Part 6- 18 tahun

203 41 0
                                    

Ini hadiah khusus untuk Sadewa. Sebuah sepatu sepak bola yang sedari kemarin diinginkan oleh si tengah Birendra. Nakula akhirnya bisa membelinya setelah sekian lama ia mendengar kode ingin dibelikan oleh Sadewa. hari ini ulangtahun mereka, yang artinya mereka sudah genap 18 tahun, 18 tahun hidup bersama dari rahim tentunya membuat Nakula peka terhadap serangan kode dari saudara kembarnya itu.

Netranya tanpa sengaja menangkap siluet Dewa. Dia bersama dengan perempuan yang Nakula juga kenal, namanya Gendis. Setau Nakula, si Gendis ini memang sudah lama menyukai Sadewa. Tidak heran sih, Sadewa kan tampan, terkenal sebagai kapten tim futsal walaupun nilai sekolahnya pas-pasan. Terkadang Nakula merasa iri dengan saudara kembarnya itu. Sadewa, dengan segala pesonanya selalu bersemangat, membawa aura positif kemana pun ia pergi bahkan membuat orang yang baru mengenalnya merasakan kenyamanan. Berbeda dengan Nakula, aura suram dan cenderung tidak bisa bergaul.


Nakula menghela nafas ketika ia melihat Gendis memberikan hadiah sepatu yang sama dengan yang Nakula beli. Tanpa memanggil Sadewa, Nakula berbalik. Ia dengan sepatu yang ia bawa kembali ke rumah dengan perasaan sedih.


Disinilah Nakula sekarang, duduk di ruang keluarga dengan air mata yang turun dengan derasnya. Sulung bukan berarti kuat kan? Sekarang Nakula hanya ingin menumpahkan air matanya. Katakanlah ia cengeng. Tapi apa kalian tau apa yang membuatnya menangis?



Setelah memutuskan untuk pulang ke rumah, ia mendengar kabar bahwa Bunda terlibat kecelakaan pesawat. Ia sudah berusaha menghalau air matanya tapi melihat tangisan pilu dari Raden membuat batinnya terluka. Ia ingin pergi jauh. Ia ingin mengembalikan semuanya dari awal. Ini salahnya. Karena dia kejadian ini terjadi. Kehilangan keluarga harmonis, kehilangan Sadewa yang manja, kehilangan Raden yang amat ia jaga dan kehilangan sang Bunda.


"Ini bukan salah kakak!"


"Udah berapa kali gue bilang kalo ini salah ayah dan bukan salah kakak!"


Suara itu terngiang dengan jelas, suara Sadewa.


"Kakak! kakak denger Dewa kan? Kakak!"


Hati Sadewa lega saat netra Nakula membalas tatapannya. Nakula itu tidak seperti yang kalian kenal. Ia punya sisi dimana hanya Sadewa yang bisa menyembuhkan. Seolah tersadar Nakula segera melihat sekitarnya. Tidak ada Raden yang menangis, dan tidak ada kerabat yang berdatangan.


"Kakak ngelamun lagi, kan udah Sadewa bilang, jangan pernah ngelamun lagi. Kalo Dewa engga pulang cepet tadi bagaimana coba!"


Maladaptive Daydreaming, penyakit sialan yang menghantui sang sulung sejak 5 tahun lalu. Terkadang penyakit itu datang ketika Nakula tiba-tiba merasa sedih dan membuatnya melamun hingga tanpa sadar melupakan keadaan sekitarnya. Tidak ada yang tau mengenai penyakit ini kecuali Sadewa dan Raden tapi orang yang dapat memanggilnya kembali ke dunia nyata hanya Sadewa seorang. Kalau kata Raden pasti karena ikatan batin mereka.


"Kali ini apa yang bikin kakak sedih?"


"Gue engga sedih kok!" Jawab Nakula sambil tersenyum.


Sadewa mengangkat sebelah alisnya. Nakula pikir Sadewa akan dengan mudah percaya?


"Oke, anggep saja kakak engga sedih tapi kakak engga mau cerita tadi ngelamunin apa?" Tanya Sadewa.


"Kalau gue kasih tau yang ada Lo nangis."


Sadewa memukul lengan Nakula pelan, "Gue engga kaya Raden yang cengeng ya!"


"Raden engga cengeng ya Bang!"


Ini anak baru juga diomongin dah dateng aja. Eh tapi.....


RAINBOW [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang