Part 2- Hari tenang

294 44 0
                                    

Sadewa melampiaskan kekesalannya dengan menendang bola sekuat tenaga. Hari ini secara kebetulan atau disengaja kakaknya si Nakula tiba-tiba datang ke kelasnya.

"Wa! Yang bener aja dong kalo nendang, untung engga benjol kepala gue."

Sadewa menghela nafas, kalimat yang diucapkan kembarannya kembali terngiang di kepalanya.

"Sorry Gas, tapi kalo benjol juga engga apa-apa tambah ganteng nanti."

"Sialan Lo!"

"Wa! Dipanggil Nakula tuh, Lo kenapa sih daritadi dipanggil engga nyaut?"

Netra Sadewa langsung menangkap sosok Nakula yang bersedekap dada sambil menatapnya lekat.

"Engga papa, ya udah gue samperin itu anak dulu." Ia dengan segera menghampiri kakaknya. Untung saja guru pelajaran selanjutnya ada kepentingan mendadak jadi ia merasa santai sekarang.

"Kenapa kak?" Tanyanya begitu sampai di depan sang kakak.

Nakula menyerahkan air mineral pada Sadewa yang langsung diambil oleh Dewa.

"Obatnya udah diminum?"

Sadewa berdecak, "Ya elah kak, engga ada hal lain yang bisa ditanyain kah?"

Nakula terdiam.

"Kalo engga ada biar gue yang nanya. Maksud Lo tadi bilang kalo ayah pengin ketemu apa? Lo masih ada hubungin ayah? Kan udah gue bilang kak, ayah engga bakal sadar sama apa yang udah dia lakuin."

"Tapi dia masih ayah kita Wa!"

"Dan sialnya itu. Kenapa dia yang jadi ayah kita?"

"Kakak temenin kamu deh, kakak janji engga bakal mau pergi kalo ayah nyuruh kakak buat pergi." Bujuk Nakula, ia selalu lemah kalau Sadewa dalam mode marah seperti ini, Sadewa itu apa ya, batu? Engga juga sih dia baik kok buktinya dia selalu nepatin janji tapi kalau udah marah ya tau kan marahnya orang petakilan kaya apa, Nakula aja yang gampang emosi sampe kicep.

"Sorry kak. Engga tetep engga. Lo tau gue. Mending Lo masuk kelarin urusan OSIS Lo deh, masa ketuanya mangkir sih!"

"Udah selesai rapatnya, tinggal eksekusi buat acara. Lagian engga ada salahnya juga buat liat Lo main bola, kali aja ada adegan Lo nendang terus bolanya kena cewe kaya di drama."

"Lebih tepatnya emang ada adegan itu..."

"Serius Lo?!" Jelas Nakula terkejut, ia kan hanya ucap asal tapi ternyata malah kejadian.

"Bedanya ini yang kena itu cowo bukan cewe." Lanjut Dewa.

Sejenak Sadewa mengerutkan keningnya saat Nakula mundur tiga langkah menjauhinya.

"Kenapa kak?" Tanya Sadewa.

"Lo normal kan?"

Anjir!!! Jadi Nakula mengira ia... Tiba-tiba seringai muncul dari wajah Sadewa, otak jahilnya kini sedang bekerja.

"Nanti malam mau kaya apa Nakula Birendra?"

"ANJRIT SADEWA! JAUH-JAUH DARI GUE! SADEWA SIALAN! "

Sadewa tertawa puas, terlalu mudah baginya untuk berbuat jahil apalagi dengan sang kakak yang memang gampang emosi, "Gue normal kak, jangan sampe deh gue belok yang ada Lo tambah repot."

"Maksudnya? Engga suka jadi beban gue gitu?"

"Liburan yuk kak! Cuma kita berdua." Sadewa mengalihkan pembicaraan, kalau diteruskan nantinya malah jadi canggung.

"Kakak sih mau aja, tapi yakin Raden sama Bunda engga diajak?"

Sadewa menggeleng, "Gue kangen cuma berdua sama Lo. Udah lama juga kan kita engga nglayab berdua, terakhir 4 bulan yang lalu engga sih?"

Nakula berdecak sedikit merutuki ingatan jangka pendek adiknya, "Bulan lalu, Wa."

"Oh bulan lalu, ah bodo ah ayo liburan kak!!!"

Sadewa menggoyangkan lengan kakaknya dengan wajah yang sengaja dibuat memelas. Ia benar-benar ingin liburan, bentar lagi kan UAS refreshing bentar sebelum ujian kan bikin healing.

"Ish, iya iya, tapi jangan jauh-jauh kamu belum sembuh ya!"

"Siap kapten."

...

Nakula mencium punggung tangan sang bunda. Kebiasaan dari kecil dimana sehabis pulang sekolah harus salim pada orangtua. Nakula sih rela aja membiasakan hal itu, toh sama bunda sendiri.

"Udah makan kak?"

"Udah tadi Bund sama Dewa."

"Terus Dewa mana? Kok belum pulang?"

"Lagi latihan futsal tadi males nungguin dia."

Nakula membantu sang Bunda melempit baju yang baru saja beliau angkat. Baju Nakula dan saudaranya tentu saja. Sang Bunda lebih memilih membawa pulang bajunya ke apartemen beliau.

"Oh iya Bund, Nakula sama Sadewa mau izin liburan berdua, boleh engga?"

Bunda menghela nafas, bukan ia tidak setuju tapi kan Sadewa baru saja sembuh dari DBD masa iya mau langsung liburan.

"Engga jauh kok Bund."

"Engga jauhnya kalian itu kota sebelah ya kak."

Nakula terkekeh, "Kan kota sebelah emang engga jauh Bund."

"Iya deh iya, tapi bawa obatnya Abang buat jaga-jaga kalau Abang lemes."

"Ya elah Bund, Dewa aja udah main futsal loh tadi masa disuruh bawa obat. Udah sembuh loh iniiii, liat nih keringet Abang, netes netes."

"Ish Lo ngapain ngelap ke baju gue!"

Sadewa dengan tanpa merasa bersalah mengelapkan keringatnya ke baju Nakula. Bahkan ia berniat memeluk sang kakak kalau saja si Bunda tidak menginterupsi kegiatan Dewa.

"Kalian mandi sana terus abis itu bantuin adek kerjain tugas prakarya."

Nakula dan Sadewa saling bertukar pandang, kali ini tugas untuk membuat apa lagi?

"Bund, layangan itu bentuknya kaya gini bukan?"

RAINBOW [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang