Permukaan sungguh sudah berubah. Terakhir kali aku mengunjungi permukaan, aku minimal akan bertahan hidup bebas selama lima menit sebelum mungkin diterkam Yaksha yang kebetulan melintas.
Sekarang aku hanya bertahan selama lima detik sebelum terjebak di kerangkeng berengsek ini.
Sial.
Aku hanya sedang melangkah di tengah hujan sebelum terjerembab ke lubang jebakan. Lubang yang tidka terlihat di tengah banyaknya dedaunan yang jatuh karena hujan lebat dan lumpur yang memblokir jalan serta pandangan. Aku tidak ingat apa-apa lagi setelah jatuh.
Saat sadar, aku sudah ada di kerangkeng ini, dalam keadaan sebelah kaki berdarah, seperti tergores sesuatu.
Ini gawat.
Luka terbuka adalah larangan keras di dunia baru ini. Infeksi menyebar di udara. Aku tidak bisa membiarkan luka terbuka ini berlama-lama atau bisa saja aku....
Kerangkeng tempatku ditahan berguncang tiba-tiba.
Kurungan yang dibuat dari tulang belulang manusia diketuk dari luar. Guncangannya cukup kuat sampai aku terjerembab ke lain sisi dan mengaduh.
Sayangnya, alih-alih pertolongan, yang aku dapat malah ketawa cekikikan. Mirip kekehan burung malam yang mengintai mangsa.
Sosok bersayap melintas di depan kandangku. Bayangan hitamnya melintas ke berbagai arah, memamerkan suara lengkingan tawa yang tidak menyangnkan. Sebelum akhirnya hinggap di sebuah sudut. Dia mengatakan sesuatu, berulang kali. Satu kata yang sama yang tidak bisa aku kenali dari bahasa apa.
"Tadashu!"
Entah apa artinya itu, tapi karena semua Yaksha yang aku temui sering mengatakan kata itu, aku pikir kata itu berhubungan dengan Manusia. Atau mangsa. Yah, paling-paling tidak jauh dari itu.
Mengingat tempat tinggal makhluk ini juga tidak punya banyak hal.
Aku melihat sekeliling, mengamati gua tempat makhluk ini bersarang. Dinding, lantai, dan langit-langitnya tersusun dari bebatuan stalakmit kelabu. Cahaya remang-remang menyala di kanan dan kiri, berasal dari batu Kristal yang tidak aku kenal yang memancarkan sinar jingga yang hangat. Seperti api unggun yang kecil di tengah dingin. Batu Kristal itu disimpan dalam sebuah wadah kaca yang tergantung di dinding.
Dan hanya itu perabotan yang terlihat mewah di tempat ini.
Sisanya? Semuanya diukir dari batu. Bahkan tempat kurunganku berada yang seperti meja ini, dibuat dari batu. Seolah batu rata ini memang sudah ada di sini dan tidak perlu merusak untuk mengukir batu ini menjadi bentuk berguna. Tanganku terulur untuk meraba batu dan tulang di sekelilingku, menyadari tangan dan kakiku rupanya tidak diikat sama sekali.
Aku tertegun dalam ketakjuban. Yaksha ini ... dia sungguh yakin aku tidak akan bisa kabur atau hanya teledor? Dia sungguh yakin luka kecil di kaki akan menghentikanku sepenuhnya?
Mencoba untuk tidak membuat gerakan aneh, mataku beredar ke empat sudut kerangkeng. Mencari celah. Di antara ikatan serabut yang asal-asalan—serabut yang hampir membuatku muntah, jika saja aku masih punya isi perut, karena nyatanya serabut ini dibuat dari rambut—dan ikatan tulang belulang.
Dapat!
Ada satu bagian mencuat di atas kepalaku. Sebuah pecahan tulang. Tanganku yang bebas diam-diam meraihnya.
Terdengar suara kaokan dan aku pun menyembunyikan pecahan itu di balik punggung. Yaksha bersayap itu lantas turun ke bawah. Dengan tangannya yang aku sadari sebesar dan sepanjang tangan manusia, makhluk itu mengambil Kristal di dinding dan menggesekkannya ke batu di bawah, melemparkan Kristal itu ke sebuah tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maladies-UNEDITED 1ST DRAFT
Fantasía[TWISTED FOLKLORE] - "Semua hal di dunia ini jadi beracun untuk kita sekarang. Seolah dunia ini mengusir kita." Setelah kehilangan putra dan suaminya, Dayuh memutuskan untuk berkelana ke Permukaan bumi yang beracun demi mencari putra b...