megantara

4 3 0
                                    

"T-teman?"

Dari tadi sore, tara tak berhenti tersenyum mengingat berbagai candaan yang mereka lakukan. Sampai-sampai tara lupa dengan kejadian itu. Tentunya karena tiara yang membuatnya melupakan masalah yang menyakitkan bagi tara.

Sebelum menjelang maghrib, tiara pamit untuk pulang bersama vino tentunya, setelah membantu tara mandi dan sholat.

"Ekhm"

Suara deheman itu membuyarkan lamunan tara. Tara menatap sosok yang baru saja muncul dari balik pintu rawat inap bersama seorang laki-laki yang tara ingat sebagai papanya reno.

Tara tersenyum kearah damar yang juga menatap tara dengan senyum.

"Gimana keadaan kamu?"

"Baik om"

Damar duduk di sopa dengan megan. "Syukul lah"

Seketika tara mengingat kejadian tadi siang yang sangat memilukan. Papanya, tega sekali dia menjual dirinya jadi budak orang lain. Tapi, mengapa papanya, bisa sejahat itu?

Tara mendonggak menatap megan dan damar bergantian. "Om, megan, t-tara mau tanya.." ucap tara pelan.

"Kenapa kalian ada disana saat kejadian itu?"

Damar menghela nafasnya pelan, anak itu pasti akan mempertanyakan hal itu. Megan menatap damar, mau menjawab rasanya tak enak dengan tara. Dia juga tak mau tara sedih dengan apa yang nanti dia dengar. Megan tak tau kenapa dia bersikeras untuk menyembunyikan masalah ini dari perempuan itu.

Akhirnya, damar yang angkat bicara. "Kebetulan, papa kamu karyawan dari kantor om. Beberapa hari yang lalu memang, sudah beberapa kali ada preman yang menanyakan papa kamu ke kantor." Ucap damar serius, memang belakangan ini banyak sekali orang yang menanyakan rendi baik itu rentenir, preman, dll.

Kali ini tara menundukan kepalanya. "T-tapi, preman itu bilang aku ini budak mereka. Mereka juga bilang papa itu bajingan, emang papa salah apa sama mereka.." lirih tara mendonggak menatap kedua orang yang berbeda usia itu dengan mata berkaca-kaca dan bibir yang bergetar menahan tangis.

Megan yang melihatnya pun mengalihkan pandangan. Shit! Jangan nangis..

"Kalo soal itu, om kurang tau." Damar juga sebenernya gak tega melihat kondisi keluarga anak ini. Tapi kalo damar menceritakan yang sebenernya, kondisi fisik dan jiwa tara akan keganggu. Mungkin, lain kali di waktu yang tepat, damar akan mencoba menjelaskan yang sebenernya terjadi seperti apa... semoga tidak terlambat.

Hening.

Hanya terdengar isak tangis tara saat ini. Kalau mamanya tau kondisi tara seperti ini, trus kejadian yang menimpa papanya yang tara juga bingung ada apa sebenarnya, mungkin dirinya akan mendapatkan hukuman yang lebih. Tara takut, tara gak siap.

Damar menepuk-nepuk pundak megan lantas berjalan kearah tara, mengusap rambut tara pelan. "Om pamit dulu, jangan terlalu dipikirkan, nanti om akan cari tau tentang papa kamu"

Tara mendongak menatap damar, "Makasih om, tapi maaf gak usah, biar tara yang cari tau keberadaan papa"

Damar tersenyum tipis. "Kamu anak baik. Om tau" mengusap-usap pundak tara, kemudian berbalik keluar kamar inap setelah meganggukan kepalanya kearah megan.

Hening.

Keadaan pun menjadi canggung. Tersisa hanya ada megan dan tara. Dari tadi siang, mereka tidak saling bicara selain ketika ada teman-temannya saja. Tara masih merasa malu dengan megan, bahkan untuk menatap wajah megan pun tara malu.

Tara meruntuki dirinya yang akhir-akhir ini jika dekat dengan megan dia tidak bisa berkutik apa-apa, juga jantungnya berdetak tak normal kala mengingat perlakuan megan yang membuat tara terasa nyaman.

MEGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang