Tara sampai di rumah dengan keadaan yang kacau, sepanjang jalan dia menangis hebat mengingat nasibnya yang tak pernah baik. Tara tau, kedua orang tuannya ada di rumah hari ini. Karena kebetulan ini hari minggu, hari dimana kedua orang tuanya ada di rumah.
Tara membuka pintu dan langsung di sambut dengan mona yang menatapnya datar. "Dari mana aja kamu?" Tanya mona menatap tara tajam sambil bersedekap.
"Apotik" jawab tara pelan.
"Mau setiap hari kamu sembuhin luka itu, tetep gaka akan hilang!" bentak mona tajam, tara tidak bodoh dengan apa yang di ucapkan mamahnya barusan. Itu berarti ia akan selalu di siksa seterusnya bahkan sampai mati mungkin..
"Inget ya atara. Kamu jangan sampai menyerah buat rebut si reno!"
Kali ini tara menatap mona tidak mengerti, "tapi dia udah punya tunangan mah"
"Saya gak peduli, mau dia punya tunangan, pacar atau istri pun saya gak peduli. Yang saya inginkan, kamu deketin dia, rebut harta warisan dia, dan selesai" mona mengucapkan itu seakan hal itu adalah hal yang mudah.
Tara menggelengkan kepalanya. "Mau mama apa sih? Tara cape mah disuruh itu terus!"
"CAPEK HAH?! BARU SEGITU AJA KAMU BILANG CAPE?? BAHKAN KAMU BELUM MENGHASILKAN APA-APA ATARA! BERAPA BANYAK LAKI-LAKI YANG KAMU DEKETIN HAH?! TAPI MANA HASILNYA TARA??!!" Ucap mona membentak tara.
Tara menunduk takut, setiap mona membentaknya, setiap mona menyiksanya tara selalu takut, anak mana yang tidak takut di siksa ibu kandung sendiri.
"Papa-hiks- papa kerja ma. Mama gak perlu cari laki-laki buat ngambil hartanya doang, pliss ... berhenti makan uang haram ma" lirih tara menatap mona, ia tidak tau sudah berapa banyak air mata yang keluar dari pelupuk matanya.
Mona tersenyum sinis, tangannya membelai rambut tara perlahan. "Jangan sok tau anak kecil. Kamu bahkan tidak tau pekerjaan ayah kamu sebenernya apa..."
Setelah menyucapkan kata-kata yang membuat tara kepikiran, mona melangkah keluar dari rumah meninggalkan tara. Tara menghapus air matanya, lantas beranjak menuju kamarnya di lantai dua.
Ceklek.
Tara menghempaskan dirinya ke kasur, rasanya tubuhnya begitu remuk bahkan kalo bisa untuk jalan saja tara gak sanggup. Seluruh badannya menggigil, tara mengambil remot AC untuk memperkecil suhu kamar, padahal tara memakai kardigan tapi tetep saja dingin.
Dirasa-rasa, lukanya sangat perih ditambah tergesek dengan sweeter. Tara tak ngerti dengan kelakuan mamahnya, biasanya kalo mona menyikasanya palingan jambak rambut, tampar pipi sama pukulan di punggungnya. Tapi kali ini seluruh tangan tara penuh luka.
Tara bangkit dari tidurnya. Kemudian mendudukan diri untuk mengobati lukanya, tangan tara terjulur mengambil kantong kresek yang berisi salep luka yang tadi tara beli abis pulang dari markas argorious.
Ngomong-ngomong tentang markas, tara jadi inget dengan ucapannya pada megan tadi. Apakah ia keterlaluan bersikap kasar pada megan, padahal megan niat baik ingin membantunya. Tapi tara takut, tara tau megan bukan orang biasa, tara rasa megan mulai curiga dengan niatnya mendekati reno. Jangan sampai megan tau, karena kalau sampai tau tara gak tau lagi harus gimana.
"Tapi megan nyebelin banget! dulu aja galak, so cool, sekarang so perhatian." ucap tara cemberut sambil mengolesi lengannya dengan salep.
Seketika tara mengingat kejadian kemarin malam saat megan tiba-tiba menjemputnya di taman. "Gue gak percaya reno nyuruh megan buat jemput gue. Eh-tapi bisa jadi sih soalnya kan megan keliatannya deket banget sama reno". Celoteh tara sambil asik mengobati lukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEGANTARA
Teen Fiction(Masih banyak yang aku revisi gaiss jadi mon maaf kalo ada yang berubah ceritanya) "LO TAU? GUE JUGA GAK MAU GAN! Gak mau.. lo pikir gue cewe apaan yang mau hidup kayak gini.." "..." "Tapi gue terpaksa. Dengan cara seperti ini gue masih dianggap s...