33

3.6K 443 55
                                    

Haiiiiii welcome back honey.....
Yeyyyyyu minggu ini aku bisa update wkwk...
Happy reading!!!

.

.

.

.

Aku dan Tamara sepakat, kondangan berkedok liburan ini harus dan sangat wajib kami awali dengan wisata kuliner.  Dengan langkah yang penuh semangat empat lima aku menunggu lift turun. Tamara dan Kak Dody sudah menunggu dibawah, tepatnya di kafetaria yang ada di lantai dasar dekat dengan lobi.

Tadi aku sedang menyapukan cushion di wajah saat Tamara mengetuk pintu kamarku. Alhasil aku yang sadar diri masih butuh waktu cukup lama melakukan ini itu, meminta mereka turun lebih dulu sekalian minum kopi. Aku tau kak Dody tidak pernah melupakan rutinitas paginya dengan kafein.

Saat masuk satu langkah di pintu kafetaria, langkah kakiku melambat. Jantung norak itu mulai berdetak tidak tahu diri, siap melompat dari tempatnya. Ada personel baru asik nimbrung disana saudara-saudara. Sialan, kenapa dia gantengnya makin nggak masuk akal? Dia sengaja mengujiku dengan janggut bersih mengkilatnya? Perasaan kemarin masih lebat-lebat saja.

Oke, semua nggak bisa terus begini. Jangan anggap aku masih Deby yang dulu. Kemarin aku nggak bisa membalas karena masih dalam mode transisi antara yakin dia Arka atau bukan. Secara dengan mudahnya dia menggodaku didepan orang-orang yang ia temui. Dan ternyata dia memang Arka, entah disembunyikan dimana karakter Arka yang satu itu selama ini. Dan sekarang waktunya. Lihat saja, aku akan membuat Arka membatin tentang Deby yang berbeda, sama halnya yang aku pikirkan padanya kemarin.

Aku nggak kalah cantik kok, beberapa tahun terakhir aku rajin perawatan wajah akibat bisikan jin penggoda bernama Tamara. Tamara rajin seminggu dua kali minta ditemani ke salon  sejak lamarannya dengan Kak Dody. Semakin kesini semakin rajin, tentu saja membuat aku kecanduan. Kalau di ingat lagi, dulu dia sampai dimarahi oleh MUA yang meriasnya karena wajahnya terlalu licin. Make up tidak mau menempel diwajahnya. Dan sekarang, sekalipun bumil itu hanya krimbat, aku tetap masih mengambil perawatan wajah lengkap.

Pengaruh Tamara nggak sampai disitu. Tamara sering kali menggelontorkan padaku produk-produk kecantikan yang dia punya, mulai dari alasan tidak cocok, hanya pengen beli tapi tidak mau pakai, harga yang terlalu murah jadi cocok untukku dan banyak lagi. Aku akui, dia memang ipar paling royal. 

Oke, kembali ketempat. Aku mengigit bibir bawah bagian dalam, lalu menghembuskan nafas. Kemudian jreng, sudut bibirku naik tinggi-tinggi mulai membalas lambaian tangan Tamara.

"Hai, belum balik?" Itu pertama yang kulakukan, menyapa Arka. Disaat bersamaan Kak Dody pamit untuk angkat telepon di luar.

"Belum." Arka menggosok tengkuk. "Yang lain udah balik, aku stay."

Aku menggut-manggut, lalu duduk di kursi yang sudah ditarik Arka. Kali ini Arka tampil modis sekali. Celana chinos berwarna khaki ia padupadankan dengan kemeja putih slim fit sehingga menonjolkan bentuk tubuhnya. Dia benar-benar pintar mengintrepresentasikan keunggulannya yang satu itu sejak dulu. Selain itu, masih ada sunglasses, topi hitam, waist bag dan sneakers yang menjadi pelengkap.

"Kemarin gue ajak dia ikut kita, By. Gue butuh family time bareng suami, dan dedek disini," Tamara mengelus perutnya, lalu mendudingku. "Dan lo butuh  tour guide buat cari bibit suami."

Aku memutar mata, sambil pura-pura mual.

"Atau kalo lo mau, tour guide dadakan yang gue panggil ini? Bisa lho  dijadiin prospek bibit suami."

"Kalo tour guide-nya mau, boleh deh. Silahkan datang mendaftar, tempat dan waktu sipersilahkan," tantangku, kontan saja iris mata Arka melebar. "Eh tapi nggak salah? Ganteng begini cuma tour guide, pasti punya banyak langganan ya. Punya fasilitas apa aja nih, Mas?" tanyaku menaikan alis.

Mayday (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang