19

3.5K 421 71
                                    

Deby sengaja mengabaikan dering ponselnya setelah melirik nama seseorang yang muncul dilayar ponselnya. Kejadian beberapa waktu belakangan membuat perasaannya berantakan. Tak terkecuali hari ini. Siapa lelaki yang tidak mau dengan Inggrit Lin Chou? Wanita itu seperti hasil nyata emansipasi seorang wanita yang tak sia-sia di rengkuh Kartini karena talentanya. Keluarga Arka juga butuh perempuan yang berpengaruh seperti Inggrit, bukan hanya wanita yang suka berkhayal seperti dirinya. Bekerja dibalik layar, yang bahkan nama tokoh khayalannya lebih terkenal. Gadis itu memijit pilipisnya, kenapa ia harus memusingkan sebuah hubungan yang belum tentu akan bertahan lama, Deby hanya perempuan yang hadir karena rasa penasaran lelaki itu. Deby yakin.

Dering ponsel itu berbunyi kembali, ia menatap nama yang Arka yang bergoyang dilayar ponsel lamat-lamat, sebelum kemudian ia memilih untuk menelungkupkan benda itu. Ponsel itu berhenti bergetar, disusul dengan dua notifikasi massage masuk.

Arka Pradana : Masih sibuk ya?
Arka Pradana : Aku jemput, aku udah didepan. Ini udah jam pulang kantor kamu, kan?

Bertepatan ketika ia membaca pesan diponselnya, Tamara menghampiri dengan wajahnya yang tersenyum meledek.

"Arka didepan tuh. Ciee... ada yang jemput. Sana deh balik, sebelum pacar ganteng lo dikerubuti lalat centil," godanya.

"Lo nggak balik?"

"Enggak dong. Gue masih ada pekerjaan sayang."

Deby mengangguk, ia menyelempang tasnya. "Ya udah gue balik ya," pamit Deby. Bertahan bersama Tamara lebih lama akan malah membuat dirinya jadi bahan lelucon untuk gadis itu.

Jemari Deby saling bertaut, langkah kakinya memelan. Arka sudah ada didepannya, belum menyadari kedatanggannya dalam jarak beberapa langkah. Lelaki itu bersama Inggrit, mengobrol akrab seraya tertawa. Kadang juga Inggrit meninju pelan lengan Arka masih dengan tawanya. Entah apa yang mereka bicarakan, Deby tidak tahu. Tapi yang pasti, ada tempat didalam dirinya yang tersentil nyeri. Sebuah kegamblangan nyata, bisikan halus terucap, mereka yang seharusnya bersama.

Lima langkah dibelakang Arka, Deby melihat Inggrit pamit lebih dulu setelah taksi berhenti didepan gedung. Didalam taksi, Inggrit melambai pada Arka seraya masih menampilkan senyum manisnya.

"Hey... udah lama disini?" tanya Arka begitu menemukan Deby dibelakangnya.

Deby bergidik. "Nggak, baru aja." Baru aja melihat kalian yang serasi, batinnya.

Mereka melangkah bersama ke arah Jeep Arka yang terparkir.

"Sakit?" tanya Arka lagi ketika mobil yang mereka tumpangi sudah bergabung dengan mobil lain di jalanan.

Deby menggelang lemah.
Arka masih belum puas, sampai punggung tanggan kirinya mendarat dikening Deby. "Lumayan anget. Harusnya kamu jangan kerja dulu, pasti kamu kecapekan nih."

"Aku nggak papa, Ka. Nanti kalo udah tidur juga segeran."

"Kamu mau makan apa malam ini?"

"Terserah deh. Tapi aku lagi nggak mau makan yang kering, maunya yang berkuah."

Arka terkikik. "Terserah, tapi tetep ngatur, bisa gitu ya?"

"Inget, cewek serba bener."

Arka makin tergelak.

Pada akhirnya Chinese food jadi pilihan menu makan mereka malam ini. Restoran yang didominasi warna merah dan digantungi lampion dengan warna senada menjadi pemandangan yang tak asing lagi. Kalau ingat chinese food, Deby jadi mengingat beberapa kali kebersamaannya dengan Radja. Lelaki penggila makanan china itu juga membuatnya patah hati direstoran china yang sama.

Mayday (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang