07. Tanggal Merah

8.3K 544 185
                                    

Hari Minggu malam, waktunya Nevan kembali ke Jakarta. Hubungannya dengan Frizka Gestyfani, si istri bagaimana? Ya biasa saja. Seperti pada kebiasannya, biasa-biasa saja.

"Pergi dulu, Friz. Assalamualaikum."

"Hm. Waalaikumsalam."

Nevan pun berjalan menuju pintu utama untuk keluar sedangkan istrinya ada di ruang TV, menonton TV sambil makan sepiring nasi plus ikan goreng balado. Frizka yang memasaknya.

Waktu menunjukkan pukul 7.36 malam ketika Nevan mulai menjalankan mobilnya untuk bertolak ke Jakarta. Perkiraan kasarnya, ia akan sampai di Menteng, Jakarta Pusat sekitar pukul setengah 10 malam.

Di jalan, tentunya tidak ada aktivitas apa-apa selain menyetir. Untuk mencegah suntuk, Nevan memutar radio sejak awal mengemudi.

Ke manakah ku kan melangkah?
Jalan kita tak tentu arah
Hidup yang pernah kupahami
Terjaga di sampingmu

Andaikan waktu memihakku
Jangan cepat semua berlalu
Apa yang pernah kita lalui
Mulai terurai sepi

Menepilah sejenak, kekasihku
Berikan ruang untuk rindu
Sehingga reda deru ragumu
Kan kupeluk hatimu

Sebuah lagu dari Band Noah yang berjudul Kupeluk Hatimu, baru saja memenuhi ruangan mobil Nevan. Lagu cenderung galau tersebut mengukir senyum miring di bibirnya.

"Bullshit," gumamnya dengan seringai sinis. Hatinya seperti mendendam. Tidak tahu dendam pada siapa dan dendam karena apa. Intinya, hatinya terasa keras.

Sebetulnya, sejak dipaksa menikah dengan orang yang tidak ia cintai dan tidak mau mencintainya, Nevan kerap merasa muak mendengar lagu-lagu cinta. Ia tidak menyengajakan hal tersebut, tapi entah mengapa, selalu muncul perasaan tidak suka dan jengkel mendengar lagu-lagu cinta.

Dulunya, Nevan suka sekali musik, suka sekali mendengarkan lagu. Genre apapun ia suka, asalkan enak di telinga. Bahkan dirinya bisa menyanyi dan bermain piano. Tapi... itu dulu. Sungguh, sekarang ia tidak suka dengan lagu-lagu.

Lalu mengapa mendengarkan lagu-lagu di radio jika tidak suka? Hanya supaya tidak mengantuk saja di jalan.

. . .

Sekian jam kemudian, Nevan dan mobilnya sampai di depan rumah. Ia memberhentikan mobilnya tanpa mematikan mesin, turun, lalu membuka pagar rumahnya.

Jelita yang belum tidur dan sedang berbaring di atas sofa ruang tamu itu langsung terlonjak, berdiri, dan berlari dengan kecepatan cahaya menuju jendela. Ingin mengintip, sebab mendengar bunyi pagar rumah Nevan di tengah kesunyian komplek.

"Mas Nevan udah pulang," gumam Jelita pelan. Ada senyuman kecil di bibir tebalnya.

Gadis itu pun menonton semua aktivitas si tetangga. Mulai dari pria itu membuka pagar, lalu berjalan menuju mobilnya lagi untuk membawa masuk si benda besi beroda empat, sampai lelaki itu turun lagi dan masuk ke dalam rumahnya.

Setelah Nevan masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya, barulah Jelita menyelesaikan pengintipan diam-diamnya.

"Dia dari mana, sih? 2 hari gak pulang." Masih bicara sendiri gadis itu. "Ke rumah istrinya kali, ya?" katanya dengan perasaan yang agak aneh. Seperti percampuran antara rasa tidak suka, namun merasa tak pantas juga untuk tidak suka.

🔹️🔸️🔹️🔸️

Keesokan harinya...

Meski hari Senin, hari ini adalah tanggal merah. Maka, Nevan tidak bekerja, begitu pun dengan si tetangga depan rumah yang juga tidak kuliah.

LOVING, CHEATING ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang