12. Renjana yang Keliru

8.4K 541 166
                                    

Hari-hari terus berakit, berlalunya dengan sepi-sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari-hari terus berakit, berlalunya dengan sepi-sepi. Tak ada komunikasi yang biasa menghiasi. Begitu sakit, namun tetap harus diarungi.

Nevan memandang kosong tembok kantornya. Memakan nasi campur yang OB belikan. Berusaha merebahkan pikiran, namun tak bisa. Sudah 5 hari Jelita enggan bicara. Jika tak sengaja bertatapan, gadis itu segera buang muka pura-pura tak melihat.

"Aku salah apa sama dia? Aku salah ngomong? Kenapa dia nyuekin aku kayak gini?"

Sesungguhnya, pria itu sama sekali tak berselera makan. Kalau tidak ingat dirinya hanya sendirian dan akan sangat merepotkan jika jatuh sakit, Nevan ingin sok mogok makan supaya diperhatikan.

Tapi ya... siapa juga yang akan memerhatikannya kalau mogok makan? Tiang rumah?

Dikta sedang makan siang juga, tetapi sambil mengerjakan pekerjaannya yang sudah menyentuh deadline. Jadi, Nevan tidak akan mengganggu sang kawan.

Sambil mengunyah perlahan, Nevan melihat ponselnya yang sedang tertelungkup di atas meja. Masih memakai case polos bergambar senyuman. "Jelita.... masih pakai case dari aku gak, ya? Atau udah dibuang sama dia?"

Sungguhan, Nevan ingin menangis. Mata dan hidungnya sudah terasa perih. Tapi, ayolah... ini di kantor. Ia tidak mau jadi sosok sensasional di sana. Membayangkan orang-orang akan bertanya 'kenapa nangis, Pak?' saja sudah membuatnya bergidik geli. Ia bukan tipe-tipe attention seeker, malah sebaliknya. Ia tak mau orang-orang mengetahui masalah hidupnya.

Nevan Arjunasetya
Jelita, kamu kenapa? Kok sekarang gak mau ngomong sama saya lagi? Saya minta maaf kalau punya salah

Entahlah, Nevan tidak bisa menahannya lagi. Tidak habis pikir gadis 20 tahun bisa membuat pria 30 tahun galau setengah mati begini.

Lantas, tekad pun sudah bulat. Ia harus bertemu dengan Jelita dengan sedikit paksaan. Maksudnya, bukan sebatas intip-mengintip lagi, ia akan langsung menghampiri.

🔸️🔹️🔸️🔹️

Di sudut lain, ada Jelita yang masih duduk di bangku kelas. Melangsungkan proses belajar-mengajar dengan seorang dosen perempuan. Ia menatap ruang obrolannya dengan sendu. Ingin sekali membalas, tak tega memperlakukan Nevan seperti ini terus.

Gadis itu pun menoleh ke sebelahnya, pada Atikah yang duduk serius dengan catatan. "Tik. Tikah," panggilnya dengan suara berbisik.

Yang dipanggil pun menengok. "Apa?" tanyanya berbisik juga.

"Bales aja, ya? Kasian..." mohon Jelita, sambil menunjukkan ruang obrolannya dengan Nevan.

Atikah mengernyit sinis setelah membaca pesan Nevan. "Gak usah ih. Ngapain, sih, drama banget. Udah biarin aja, biar dia capek sampai gak mau ganggu lo lagi," tukasnya.

LOVING, CHEATING ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang