15. Basahnya Wajah

9.1K 528 145
                                    

Perjalanan pulang dari mall dihabiskan Jelita dengan menangis tanpa suara. Air mata tidak berhenti-berhenti keluar meski Nevan sudah membujuknya.

Entahlah, Jelita sedih dengan keadaan. Sakit hati dengan kalimat Atikah yang meskipun kasar namun benar. Sebenarnya tidak suka dengan status dirinya dan Nevan. Namun untuk berpaling dari Nevan, Jelita tidak bisa. Maka, hanya menangis saja yang ia bisa.

Mobil Nevan sampai di depan rumah Jelita tepat pukul 8 malam. Menunggu jalanan sepi, mereka pun turun dari kendaraan. Nevan ikut masuk ke dalam rumah Jelita. Tidak lupa mengunci pintu supaya aman.

Nevan mengantarkan Jelita ke kamarnya yang serba pink. Gadis itu pusing katanya. Mungkin karena terlalu banyak terisak.

Jelita berbaring, Nevan juga ikut berbaring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jelita berbaring, Nevan juga ikut berbaring. Si pemilik kamar tak keberatan sama sekali. Lalu Nevan mengarahkan kepala Jelita untuk berbaring di atas lengannya.

Setelah diam beberapa detik, Jelita memanggil pelan. "Mas."

"Ya?"

"Kenapa kita kayak gini?"

Nevan terdiam, belum bisa menjawab. Ia pun menghela napas, sambil menyapu-nyapu kepala Jelita.

"Mas, kenapa?" Gadis itu kembali menuntut jawaban, dengan suara yang terbalut lara.

"Maafin aku. Semuanya gara-gara aku," jawab Nevan pelan, terdengar begitu menyesal.

Jelita melingkarkan tangan kurusnya ke tubuh Nevan, menangis lagi sambil menenggelamkan wajahnya di dada sang pria.

"Jangan nangis lagi, Sayang," ucap Nevan parau.

Isakan kecil terdengar. "Mas, jangan suruh Jeje pergi. Jeje gak punya siapa-siapa lagi..." lirihnya.

Nevan menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan sesak hati yang datang mendera. "Aku gak akan nyuruh kamu pergi," bisiknya.

Jelita lalu mengangkat kepala, mendongak dengan wajah basah penuh harap. "Mas Nevan gak apa-apa sama Mbak Frizka terus, tapi jangan tinggalin Jeje, ya, Mas..." mohonnya menyedihkan.

Nevan melihat ada ketakutan. Wajah cantik itu begitu nelangsa, begitu mendamba di tengah-tengah luka. Gadis itu menatapnya dengan perasaan. Gadis itu tak ingin kehilangannya. Namun fakta menegaskan ia hanya sekadar simpanan. Sakit sekali hati Nevan. Tidak rela wanita yang menyayangi dirinya menangis karena cinta.

Nevan mengecup dahi lembab Jelita. Lembut, lama, penuh perasaan. Air mata Nevan mengalir, namun kecupannya belum berakhir. Jelita terpejam menikmati, meski hatinya sakit bagai diiris-iris.

Beberapa detik terlewati, kecupan itu Nevan akhiri. Lalu, menatap Jelita begitu lirih. Gadis itu menatapnya sedih. Iris mereka bertatapan dalam tangis.

"Kamu yang harus sama aku, bukan Frizka. Kamu yang harus aku pertahankan, bukan Frizka. Kamu gak usah takut, aku gak akan ninggalin kamu," ujar Nevan bergetar.

LOVING, CHEATING ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang