..........
Hening. Nevan menunduk tak berani menatap kedua orang tuanya. Menahan air-air yang entah mengapa mulai bergumul di dalam matanya.
"Yang nikah Nevan, yang akan menjalani dia. Kenapa Bunda selalu mengatur dia secara berlebihan?" tanya Arman lagi. Sedari tadi suara beliau pelan dan baik-baik. Menahan sabar, berusaha tidak kasar. Meskipun agak gergetan.
"Bunda cuma mau yang terbaik buat Nevan, Pak."
"Yang Bunda kira baik belum tentu baik, begitu juga sebaliknya. Itu si Frizka," Arman menunjuk ke arah yang asal, "udah lupa modelannya kayak apa? Udahlah, Bun... jangan kayak gini terus," ujar Arman mulai lelah.
Nevan melirik sedikit, menatapi raut wajah kedua orangtuanya.
"Ya udah, terserah," ucap Ayu tak ikhlas, lalu berdiri dari sofa dengan gerakan kasar. Meninggalkan kedua pria yang berstatus suami dan anaknya.
Nevan menghela napas kecil. Kembali menunduk, meringis dalam hati.
"A' Nevan," panggil Arman lembut, sambil mendekat dan duduk di sebelah anaknya. "Sabar, A'. Bapak yakin, Bunda lama-lama pasti akan merestui," lanjutnya, sambil mengusap-usap punggung Nevan.
Anaknya pun mengangguk dalam kesedihan. Sedih, bundanya selalu membuat dirinya sakit hati setiap kali mencoba menentukan pilihan hati.
"Pak."
"Ya?"
Nevan mengangkat kepala, lalu menoleh pada Arman. "Bunda sebenarnya sayang sama Aa' gak, sih, Pak?" tanyanya pelan nan getir.
"Sayang, A', sayang..." jawab Arman lembut, masih mengusap-usap punggung Nevan.
"Tapi kenapa Bunda selalu begitu sama Aa', Pak?"
Arman menatap sendu. Maniknya jadi berkaca pilu. Kasihan melihat si sulung.
"Bunda gak kasian sama Aa', Pak?" Suara Nevan semakin bergetar. Bola mata telah basah terendam, siap untuk tumpah.
Arman tidak tega. Ia mengambil punggung atas anaknya. Menarik ke depan, lalu memeluknya penuh rasa sayang dan perhatian.
"Aa' sabar. Gak usah sedih, Bapak sayang banget sama Aa'. Maafin Bapak, dulu Bapak sering kurang tegas. Tapi sekarang, Bapak gak mau lagi begitu. Bapak mau anak-anak Bapak bahagia, Bapak gak mau liat anak-anak Bapak sedih," ujar Arman di sela pelukan.
Nevan hanya mengangguk-angguk pelan sebelum melepas pelukan. Ingin menatap mata bapaknya dalam-dalam. "Pak," panggilnya pelan.
"Ya, A'?"
"Kalau Bapak, mau ngerestuin Aa' sama Jelita?" tanyanya sedih penuh harap.
"Insyaallah, Bapak restuin, A'. Kalau Aa' balik ke Jakarta, Bapak ikut, ya. Mau kenalan sama Jelita," ucap Arman begitu menenangkan.
Raut sedih Nevan seketika memudar. Ia terkesima. Tak menyangka, bapaknya begitu baik berkata demikian. Hatinya menghangat. Yang tadinya terasa gelap gulita tiada cahaya, mulai kembali terang lamat-lamat.
"Beneran, Pak?" tanya Nevan lambat.
"Iya." Arman tersenyum teduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVING, CHEATING ✔️
FanfictionSelingkuh tidak pernah benar. Namun, setiap perselingkuhan punya alasan, baik alasan masuk akal maupun amat sepele. Seperti seorang pria berusia 30 tahun bernama Nevan yang akhirnya tergoda pada pesona gadis 20 tahun, Jelita, akibat begitu banyak ke...