17. Luapan

7.2K 493 185
                                    

..........

Pria itu pun menutup pintu rumah Jelita, menjeling pada Ayu dan Frizka. "Kita bicara di rumah," ucapnya dingin sambil berjalan duluan, meninggalkan kedua wanita itu di belakangnya.

Ayu dan Frizka pun mengikuti. Lalu setibanya mereka di rumah Nevan, sidang pun segera dilaksanakan. Ketiganya duduk di sofa ruang tengah, dengan pintu rumah yang dikunci rapat.

"Jadi alasan apa lagi yang mau kamu bilang, A'?" tanya Ayu tanpa basa-basi.

Nevan tersenyum getir. "Gak ada. Aa' memang selingkuh," ucapnya.

Manik kedua wanita itu kompak melebar. Apalagi Frizka, ia tidak menyangka Nevan seberani itu.

"Nevan." Frizka menyuarakan nama itu dengan pelan. Menatap suaminya dengan datar namun dalam. Terselip setitik... cemburu di dalamnya? Entahlah.

"Apa, Sayang?" Nevan tersenyum sarkas. "Kok gak manggil aku 'Sayang'? Ini di depan Bunda, loh. Kalau di depan orangtua kan, kita harus sayang-sayangan," lanjutnya semakin sarkas.

Frizka terbungkam, menatap Nevan tajam tanpa mengerjap.

Ayu sontak kebingungan. "Ini ada apa, sih? Kalian ngomong apa?!" tanyanya frustasi.

Nevan mengalihkan tatapan, dari Frizka kepada Bundanya. Ia tersenyum. "Bun, Aa' udah capek pura-pura terus. Udah terlalu lama," ungkapnya begitu saja, jiwanya lelah.

Semua orang di ruangan itu diam.

"Aa' mau ke Bogor hari ini buat jelasin banyak hal, tapi karena Bunda sama Frizka udah di sini, ya kebetulan kalau gitu," ucap Nevan lagi dengan tenang, seolah tidak punya ketakutan.

"Aa', kamu kok gini sih, A'?" Ayu mau menangis rasanya. Mengapa Nevan tidak ada rasa bersalah sedikit pun setelah kedapatan berselingkuh?

"Sebelumnya, Aa' minta maaf karena udah buat Bunda kecewa."

Air mata Ayu tergenang. "Aa', kamu gak gini, A'. Kenapa Aa' jadi kayak gini? Pasti gara-gara cewek sok polos itu, kan?" tanyanya sedih frustasi.

"Gak usah hina-hina Jelita, Bun. Yang deketin duluan tuh Aa', jadi gak perlu nyalahin dia. Dan yang lebih tua dan berpengalaman itu Aa'. Jadi, kalau ada yang dipengaruhin di sini itu dia, bukan Aa'," jelas Nevan lugas.

Ayu menangis tanpa suara. Tak percaya dengan penuturan anak sulungnya.

"Maafin Aa', Bunda. Tapi Aa' nyerah... Aa' gak bisa lagi menjalankan keinginan Bunda," lirih Nevan pasrah, matanya juga mulai berkaca.

Keinginan Bunda. Iya, pernikahan Nevan hanya keinginan Bunda, bukan keinginan Nevan.

Ayu berdiri, berjalan mendekati Nevan lalu duduk di sebelah anaknya. "A', jangan ngomong begitu..." mohonnya lirih.

"Bun, Aa' mohon, Bun..." Nevan menggenggam erat tangan Ibunya. "Aa' gak cinta sama Frizka. Frizka gak cinta sama Aa'. Dari dulu sampai detik ini, kita berdua gak pernah berhasil untuk saling mencintai. Tiap hari kita berantem, Bun. Aa' bukan bela diri karena Aa' selingkuh, enggak... tapi ini fakta bertahun-tahun yang selalu kita berdua sembunyikan," urai Nevan pedih.

"Dan Jelita... iya, Aa' ada hati sama dia. Aa' sayang sama dia. Aa' tau, ini salah. Tapi Aa' gak bisa bohong sama perasaan diri sendiri lagi, Bun. Biarin orang mau bilang Aa' brengsek, bajingan, mata keranjang. Terserah. Kalau Bapak mau mukulin Aa', gak apa-apa, Aa' terima..."

"Nevan..." Ayu menangis lemah. Tidak tahu harus merespon bagaimana.

Frizka menggeleng banyak. "Bunda, jangan percaya sama Nevan, Bun. Ini pasti karena dia ketahuan selingkuh makanya dia ngomong begitu. Kita gak kayak gitu, Bun–"

LOVING, CHEATING ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang