Di pukul 5.58 pagi, Nevan membawa istrinya ke rumah sakit di mana bundanya pernah dirawat ketika pingsan sebab darah tinggi setelah penalakan terhadap Frizka sekitar 9-10 bulan yang lalu.
Seperti biasa, Nevan harus rela mengikuti prosedur rumah sakit tersebut yang tak mengizinkan pengantar menemani pasien ketika diperiksa di UGD. Alhasil, Pria itu hanya menunggu dengan harap-harap cemas di depan ruangan. Bermondar-mandir tiada arah, menggigit-gigit kulit bibirnya yang kering, berusaha mengatur napas yang sedikit cepat akibat takut dan gugup yang menyerang bersamaan.
Melirik jam tangan, sudah pukul 7 pagi. Tak ada orang yang ia percayai untuk menjaga Jelita di rumah sakit. Lagipula, waktunya sudah mepet sekali. Lantas, tak ada pilihan lain. Nevan berjongkok, bersandar pada tembok UGD, mulai mengetik kata demi kata pada aplikasi email. Menulis surat permohonan tidak masuk kantor ke bagian HRD.
Beberapa menit kemudian, Nevan selesai dengan email. Menghela napas berat, lalu berdiri setelah kakinya terasa pegal terlalu lama berjongkok sambil mengetik di ponsel.
"Oke, Van. Tenang, tenang. Oke? Kamu takut kayak gini pun gak bakal ngubah keadaan, jadi gak usah takut, oke? Jelita pasti gak apa-apa," gumamnya menguatkan diri sendiri. Maklum, tak ada orang di sana untuk menenangkan pikiran kalutnya. Rasanya panik dan khawatir. Tidak pernah ia setakut ini.
2 jam kemudian...Waktu terus berjalan. Meninggalkan waktu demi waktu hingga pukul 8 pagi pun tiba ketika seorang suster UGD keluar dan mencari seseorang. "Ada yang namanya Pak Nevan di sini?" tanyanya pada siapa saja.
Nevan langsung mengangkat pandangan. "Saya, Sus. Kenapa? Istri saya gimana?" tanyanya tergesa seraya menghampiri.
Lalu suster itu mendekat, ingin berbisik. "Sebenarnya tidak boleh, tapi pasien sudah menangis parah sejak setengah jam lalu. Katanya takut, mau ditemani oleh Bapak."
Nevan agak terkesiap. Namun sedetik kemudian, ia langsung menerobos masuk ke pintu UGD. Melihat ke kanan dan kiri, banyak pasien yang sedang ditangani, menunggu ditangani, dan selesai ditangani.
"Mas Nevan..." Sebuah lirihan memanggil manja, terdengar begitu sedih dan putus asa.
Nevan menengok pada arah sumber suara, lantas didapatinya sang istri yang sudah sembab matanya. Ia pun berlari mendekat.
"Sayang?" Nevan menyapu-nyapu halus kepala Jelita. "Gimana keadaan kamu? Mana yang sakit?" tanyanya penuh perhatian. Lembut, sedikit tergesa.
Jelita tak menjawab. Ia masih menangis dengan wajah yang pucat. Ditariknya kedua tangan Nevan untuk membungkuk memeluk dirinya. Nevan menurut saja, memeluk istrinya yang sedang menangis lara.
"Mas, Jeje takut... Jeje gak pernah pingsan..." isak Jelita dalam pelukan.
"Iya, Sayang. Gak apa-apa, ini udah gak pingsan, kan? Gak usah takut lagi, ya," bisik suaminya menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVING, CHEATING ✔️
FanficSelingkuh tidak pernah benar. Namun, setiap perselingkuhan punya alasan, baik alasan masuk akal maupun amat sepele. Seperti seorang pria berusia 30 tahun bernama Nevan yang akhirnya tergoda pada pesona gadis 20 tahun, Jelita, akibat begitu banyak ke...