📎TTHT : 1O

3K 354 8
                                    


Junkyu berjalan diantara beberapa makam sambil membawa bunga ditangannya. Rencananya hari ini dia akan mengunjungi makam mendiang Ayahnya. Sudah cukup lama dia tidak mendatangi sosok pahlawan baginya itu.

Seulas senyum terbit dibibirnya setelah sampai dimakam sang ayah.Berjongkok disamping makam lalu membersihkan disekitarannya. Meletakkan bunga yang dia bawa disamping nama sang ayah.

Dadanya sesak kembali teringat kejadian yang merenggut nyawa pria yang dulu selalu menjadi sandaran baginya. Andai saja waktu itu Ayah tidak berusaha menyelamatkannya dari ledakan mobil mereka yang kecelakaan, mungkin sekarang Ayahnya masih ada.

"Pa...Apa kabar? Junkyu kangen"dia menunduk berusaha menahan air matanya.

"...Maafin Junkyu ya baru bisa datang sekarang. Maafin Junkyu juga pernah berniat buat nyusulin Papa..."

Bibirnya digigit kuat-kuat.Lehernya terasa dicekik dan nafasnya yang tertahan.

"-Junkyu hampir ngelakuin hal itu karena aku capek Pa. Aku udah nyerah, gak sanggup lagi...."

"Tapi hari itu aku justru ketemu sama orang yang sekarang mungkin jadi alasan aku buat bisa bertahan sampai saat ini"

Junkyu tersenyum kecil, membayangkan hari dimana dia ditolong dan bertemu oleh pemuda tinggi itu.

Orang yang sekarang mengisi ruang kosong dihatinya.

Sayangnya seseorang yang dicintainya itu sudah mempunyai dambaan hati lainnya. Membuat Junkyu sadar kalau dia tidak boleh berharap terlalu jauh, mungkin saja perlakuan Haruto selama ini hanya karena kasihan padanya atau dia dianggap sebatas teman. Apalagi setelah dia menyaksikan sendiri bagaimana perlakuan lembut Haruto terhadap Hera dihalte kemarin. Memberi efek nyeri didadanya sampai air hujan pun tak dipedulikannya lagi memasahi seluruh tubuhnya sore itu.

Baru pertama kali jatuh cinta ternyata sebesar ini pengaruhnya.

"Pa, Junkyu bisa minta buat gak kehilangan siapa-siapa lagi?"

📎📎📎


Haruto duduk lesu didepan sebuah ruangan rawat. Dia sekarang ada dirumah sakit, setelah dia dapat kabar dari Bibinya yang mengabari jika Bundanya tiba-tiba drop dan harus dilarikan kerumah sakit. Dia yang pas itu kumpul dengan temannya langsung panik sehingga Yoshi yang mengantarnya kesini. Karena kalau dalam keadaan panik Haruto tak bisa dibiarkan untuk mengendarai motor sendiri, takutnya diperjalanan malah dia jatuh atau kecelakaan.

Ucapan Dokter yang berbicara dengannya setelah memeriksa keadaan Bunda terngiang dikepalanya. Dokter mengatakan jika penyakit yang diderita Bundanya sudah cukup parah dan harus segera ditangani dengan menjalankan operasi. Tapi sampai sekarang belum dilakukan juga karena Bunda yang menolak untuk dioperasi. Haruto sudah berusaha membujuk tapi tetap saja Bunda tak mau dan mengatakan jika dia akan baik-baik saja tanpa harus melakukan operasi.

Kepalanya ditolehkan kesamping saat Bibi dan Pamannya keluar dari ruangan Bunda. Mereka datang untuk menjenguk, bersama dengan Ayahnya juga. Tapi, tampaknya Ayahnya masih ada didalam karena tidak ikut keluar bersama dua orang anggota keluarganya itu.

Tanpa berbicara Paman dan Bibinya langsung pergi, Haruto juga tak berniat mengajak mereka untuk berbicara karena memang tak ada yang mau dibahas dengan mereka.

Dia justru masuk kedalam kamar rawat Bundanya untuk melihat sang Ayah yang masih ada didalam. Berdiri menghadap jendela membelakangi posisi Haruto yang sekarang berdiri diambang pintu. Menatap punggung tegap pria dewasa yang sudah berumur kepala empat itu.

"Kalau bundamu sudah sadar, bujuk dia untuk operasi"ucap Ayahnya.

Haruto menatap Bunda yang terbaring dengan beberapa alat yang melekat ditubuhnya.

TRY TO HAPPY TOGETHER | [HARUKYU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang