Chika berdiri bersandar di samping mobilnya, sesekali ia menguap, jatah tidurnya bersama Vivi terpotong saat alarm sebagai pengingat jam menjemput Christy di ponselnya berdering keras dan mengharuskan dirinya untuk bangun. Ia merasa baru tidur sebentar, padahal sudah hampir 3 jam ia tertidur. Ia menduga kalau Vivi kembali tidur setelah ikut terbangun gara-gara alarm itu.
Senyum tipis tercetak di wajahnya begitu mengingat apa yang terjadi sebelum mereka berdua tertidur sambil berpelukan. Vivi sangat manja kalau sedang sakit dan ia membuatnya gemas dengan tingkah laku Vivi. Sebenarnya Vivi tidak terlalu sakit, ia hanya terserang demam ringan dan tangan kirinya yang digips, tapi tetap saja ia terus mengerek kepada Chika.
"Dasar." Gumam Chika, kepalanya menggeleng pelan.
"Kak Chika!"
Chika menegakkan tubuhnya, menoleh ke depan dan mendapati adiknya berlari menghampirinya. Satu hal yang menarik perhatiannya adalah gadis kecil yang ikut berlari bersama Christy, sepertinya Christy memiliki teman yang hendak diperkenalkan kepada dirinya.
"Kak Chika, ini temennya Kiti, Feya." Christy menunjuk gadis kecil sepantaran dengan dirinya yang berdiri di sebelahnya.
Freya meraih tangan Chika kemudian mencium punggung tangan Chika, bergaya seperti salim kepada orang tua, "Halo, kak, aku Feya, temennya Kiti."
Chika tersenyum tipis, ia mengusap puncak kepala Freya, "Wah, kamu cantik banget."
"Iya, dong, temennya Kiti cantik-cantik kayak Kiti." Ucap Christy.
Chika berjongkok untuk menyamakan tinggi dengan dua gadis kecil itu, "Nah, sekarang temennya Kiti yang cantik ini nunggu jemputan atau ikut Kiti?"
"Feya mau ngajak Kiti ke rumah kakaknya."
Freya menganggukkan kepalanya, ia merentangkan kedua tangannya, "Kakakku punya mainan buanyak banget."
"Kalo gitu, ayo kita pergi." Seru Chika, ia membuka pintu belakang mobil dan membiarkan dua anak kecil itu masuk ke dalam mobil secara bergantian.
Chika melirik jam tangannya sekilas sebelum akhirnya ia berlari kecil mengitari mobilnya untuk masuk dan duduk di kursi belakang kemudi. Sebentar lagi siang hari dan Vivi harus minum obat sesuai perintah yang diberikan oleh Veranda. Mungkin ia harus menitipkan Christy di rumah Freya dulu.
"Pake sabuk pengaman dulu." Ucap Chika yang melihat Christy dan Freya dari kaca spion tengah.
Christy menarik sabuk pengaman dan memasukkan ujungnya ke sebuah slot pengunci, "Udah."
"Feya gak bisa."
Chika melepaskan sabuk pengamannya, ia berbalik dan membantu Freya memakai sabuk pengaman, "Ini ditarik, trus dimasukin di sini. Gampang, kan?"
"Iya."
Chika kembali duduk di posisi semula, ia tersenyum lebar, "Sekarang kita pergi."
"Yeay!" Teriak Christy dan Freya secara bersamaan.
Chika sesekali melihat Freya, ia seperti pernah melihat wajah Freya di suatu tempat dan telinganya tidak asing dengan nama Freya, tapi ia yakin kalau ia baru pertama kali ini bertemu dengan Freya. Sudahlah, bisa saja ia tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang mirip dengan Freya.
Sepanjang perjalanan Freya menunjukkan jalan menuju rumah kakaknya yang memiliki banyak mainan. Semakin lama Chika semakin curiga dengan Freya, ia merasa familiar dengan arah jalan yang mereka ambil.
"Kak Chika, kenapa kita pulang ke rumah?" Tanya Christy yang sudah menyadari kalau mereka bergerak menuju rumahnya.
Chika melirik ke arah Freya, "Freya, nama kakakmu siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Pain
Teen Fiction"If you're going through hell, keep going." - Winston Churchill. Cerita tentang Vivi dan Chika.