12.

839 160 38
                                    

"Cantik, kok sendirian aja? Sini ikut kakak." Goda Gita sambil duduk di seberang meja.

Chika melirik sekilas ke arah Gita, ia mendengus sebal, "Kak Gita ngapain di sini?"

"Nyamperin kamu lah, emang gak boleh?" Gita menyentuh ujung hidung Chika, melanjutkan sesi menggoda.

Chika menepis tangan Gita, "Kita udah gak pacaran, kak."

"Udah hampir sebulan kita putus, ya."

"Kalo udah sadar, mending sekarang kak Gita pergi."

Gita mengerucutkan bibirnya, menopang dagu dengan kedua tangannya, pura-pura terlihat lucu, "Kamu ngusir aku?"

Chika menghela napas panjang, ia menunjuk tumpukan kertas yang tersebar di atas meja, "Habis ini ada kuis."

"Kok kuis bilang-bilang?"

"Temen beda kelas yang ngasih tahu." Chika menatap ke arah Gita, menunjukkan senyum terpaksa, "Kalo kak Gita udah selesai ngomong, mending kak Gita pergi. Ini jadi gak fokus kalo diajak ngobrol terus."

Gita menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, mengabaikan ucapan Chika yang selalu mengusirnya setiap kali ia datang. "Kok gue akhir-akhir ini gak liat Vivi?"

Chika berhenti menulis di atas kertas, tubuhnya menegang, dengan cepat ia menguasai reaksinya, "Sibuk."

"Oh, sibuk pameran, ya. Dia udah semester 7 bukannya fokus skripsi, malah ikut-ikutan kayak gitu."

"Urusan mereka, bukan urusan kita."

Gita menyadari perubahan intonasi nada bicara Chika. Kenyataan ketiadaan Vivi di samping Chika, membuatnya sedikit curiga kalau ada sedikit pertentangan antara dua orang ini. Padahal setelah putus dengan Chika, ia mengira kalau Chika dan Vivi akan langsung pacaran. Tapi yang ia dapati malah kebalikannya.

Bukan sekali dua kali ia memergoki Chika duduk sendirian di kantin atau di perpustakaan, atau sedang bersama dengan teman satu jurusan. Akhir-akhir ini Chika terlalu sering berada di gedung fakultas mereka, dan itu tidak wajar. Chika sangat jarang berada di gedung fakultas hukum, Chika lebih sering menghabiskan waktu dengan Vivi di luar gedung fakultas hukum.

"Chik, lo pernah kuis berapa kali?" Tanya Gita.

Chika mengernyit, tidak paham dengan pertanyaan Gita, "Kak Gita kena sawan?"

"Gak, jawab aja."

"Gak inget dong, satu semester itu minimal dua kali, kalo maksimalnya gak tahu."

"Pernah dapet nilai jelek waktu kuis?"

"Waktu gak paham sama materinya."

"Sekarang paham sama materinya?"

"Sedikit."

Gita menegakkan tubuhnya, mengumpulkan kertas-kertas di atas meja lalu ia letakkan di kursi sebelahnya, "Lo gak butuh belajar lagi."

"Kak, balikin. Belum selesai belajarnya ini. Nanti jam 4 kelasnya dimulai." Chika berusaha mengambil kembali kertas-kertasnya, tapi tangannya langsung ditepis oleh Gita.

Gita menggeleng, "Gak, lo udah terlalu pinter, kasian yang lain susah buat ngalahin lo."

Chika mengusap kasar wajahnya, "Lo kenapa, sih, kak? Akhir-akhir ini suka banget gangguin gue. Kalo mau balikan, sorry, cara lo katrok."

Gita terkekeh pelan, ia mengibaskan tangannya, "Gue emang masih jomblo, tapi gue gak ada niatan buat balikan sama elo."

"Trus ngapain masih di sini?" Kesal Chika.

Endless PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang