"Dilated Cardiomyopathy."
Vivi menggaruk pipinya pelan, "Itu penyakit Alien?"
Feni tertawa kecil, kepalanya menggeleng, "Dilated Cardiomyopathy atau Kardiomiopati Dilatasi adalah tipe Kardiomiopati yang paling sering terjadi. Penyakit ini terjadi saat ventrikel kiri jantung membesar atau melebar dan dinding otot jantung menjadi lebih tipis. Hal itu yang menyebabkan jantung melemah, sehingga kemampuan untuk memompa darah ke seluruh tubuh berkurang."
"Bahasa manusianya?"
Feni tersenyum, ia paham kalau Vivi kesulitan memahami bahasanya, "Jantung kamu melemah. Karena jantung kamu lemah, jantung kamu tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan maksimal."
Vivi menyentuh dadanya sendiri, merasakan degup jantungnya, "Jantungku lemah gara-gara aku kurang makan, ya? Atau lagi mleyot?"
"Vivi." Tegur Veranda. Ia tidak menyangka anaknya masih menyempatkan diri untuk bercanda di saat-saat yang serius seperti ini.
"Bayangkan jantung manusia itu bola. Kamu tahu, kan, kalo jantung punya 4 ruang?"
Vivi mengangguk, "Biasanya 2 kamar tidur, satu kamar mandi, satu kamar tamu."
"Vivi." Veranda menatap tajam ke arah Vivi, memberikan kode agar Vivi mendengarkan penjelasan Feni atau ia bunuh saat itu juga.
Vivi menelan ludah susah payah, "I-iya."
Feni hanya bisa tersenyum melihat tingkah Vivi yang selalu bercanda, "Jadi jantung itu punya 4 ruang. Bagian atas itu serambi kanan-kiri. Bagian bawah itu bilik kanan-kini. Nah, setiap ruang itu ada sekatnya. Sekat itu namanya dinding otot jantung. Sampai di sini paham?"
"Paham, bu dokter."
"Sekarang apa jadinya kalau salah satu ruang di bola itu membesar?"
Vivi mengerutkan keningnya, "Bagian yang lain terdesak?"
Feni menjentikkan jarinya, ia tersenyum lebar, "Bingo. Itu yang terjadi sama jantung kamu. Bagian bilik kiri kamu membesar, membuat bagian lain terdesak dan sekat ruang menjadi tipis. Ruangan besar, tenaganya sama, jantung kamu jadi lemah."
"Jantungku membesar?"
"Ya."
Vivi mengerjap, ia tersenyum lebar, "Orang-orang selalu bilang kalo aku punya big heart."
Veranda menghela napas panjang, "Vivi."
Vivi menundukkan kepalanya, "Maaf, Mah. Gak lagi."
"Itu artinya kamu sekarat, Vi." Ucap Feni, menatap Vivi dengan serius, pertanda kalau ia tidak main-main dengan kondisi Vivi. "Kalo jantungmu terus melemah, kamu bisa terkena gagal jantung, penyakit katup jantung, penggumpalan darah di jantung, dan aritmia."
Vivi mengangkat kepalanya, "Apa yang harus aku lakukan?"
"Bukan yang harus kamu lakukan, tapi kamu butuhkan segera."
"Apa?"
"Jantung baru."
Vivi tersenyum tipis, kepalanya menggeleng, "Gak."
Feni mengerutkan keningnya, "Apa maksudnya gak?"
"Aku gak pantes dapet jantung baru."
Veranda berjalan mendekati Vivi, "Kamu bisa mati."
Vivi menoleh, "Itu jauh lebih baik daripada hidup seperti ini. Aku dapet jantung baru? Buat apa? Hidup lebih baik atau hidup lebih menderita? Mending kasih jantung itu ke orang yang lebih membutuhkan, aku gak butuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Pain
أدب المراهقين"If you're going through hell, keep going." - Winston Churchill. Cerita tentang Vivi dan Chika.