Ciarra

302 56 12
                                    

"Jadi kalian akan berapa lama di Jakarta?" 

"hmm, mungkin sebulan. Tapi Adnan akan stay disini soalnya dia akan mulai kerja di rumah sakit besok" 

"Wah hebat sekali kamu, Nan. Om salut sama kamu"

"Terima kasih Om,aku belum bisa sehabat Ayah dan Om." 

Itulah sedikit dari pembicaraan Ayah dan tamunya. Saat ini kami -aku, Ibu dan Kak Sabbi- menemani Ayah menjamu tamu yang kata Ayah merupakan teman lamanya saat sekolah dulu. Teman Ayah berasal dari Surabaya dan datang ke Jakarta karena anak laki-lakinya yang kalau tidak salah dengar tadi namanya Adnan akan bekerja di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta, aku ikut senang mendengarnya.

"Oia, bagaiman dengan Sabbi dan Ciarra? sepertinya Sabbi sudah bekerja ya?" tanya istri teman ayah, Tante Anya.

"Iya Tante, aku sudah bekerja di salah satu perusahaan fashion" jawab Kak Sabbi, sungguh aku sedikit berkecil hati saat dibandingkan dengan Kak Sabbi karena aku tau semua yang bertemu dengan Kak Sabbi pasti akan langsung jatuh hati karena sikap lembutnya dan tentu saja tak lupa dengan parasnya yang cantik.

"Wah hebat ya kamu, nak" sahut Tante Anya.

"Lalu bagaimana dengan Ciarra?" 

Haahh? sungguh aku kaget saat suara Kak Adnan bertanya kepadaku

"Ciarra masih kuliah semester 4, Kak" jawabku lirih dan tentunya harus sopan.

Aku bisa melihat sedikit senyumnya lalu bertanya kembali padaku, "Kamu kuliah jurusan apa?" aku juga bisa melihat kedua orang tua Kak Adnan yang tersenyum padaku dan terlihat juga menunggu jawabanku.

"Jurusan Psikologi, Kak" 

"Kamu juga hebat Ciarra, tante yakin nanti kamu juga kan menjadi psikolog yang sukses" ujar Tante Anya dengan senyum cantiknya.

"Aamiin, terima kasih atas doanya Tante" balasku dengan ramah dan aku bisa melihat Ibu, Ayah dan Kak Sabbi  juga ikut tersenyum mendengarnya.

Sekitar satu jam setelahnya keluarga Om Arga berpamitan. aku bersyukur karena keluarga Om Arga tidak melihatku dengan tatapan berbeda seperti keluarga teman ayah yang pernah datang ke rumah. Tapi aku tidak perlu berkecil hati, bagaimanapun kondisiku ini semua adalah anugrah dari Tuhan. 

"Ayah, Om Arga kerumah kita bukan karena ada maksud lain kan?" tanya Kak Sabbi saat kita semua berkumpul diruang keluarga. 

Aku tau kenapa bisa Kak Sabbi bisa bertanya seperti itu karena setiap teman Ayah yang datang memiliki tujuan untuk menjodohkan anak mereka pada kami salah satu anak Ayah. Hampir semua anak teman Ayah memilih Kak Sabbi untuk calon mereka, aku tahu semua laki-laki memilih kak Sabbi karena Kakakku merupakan perempuan yang sempurna dibandingkan denganku yang berjalan saja harus dibantu oleh kruk.

"Enggak kok sayang, mereka memang hanya ingin bersilahturahmi." sahut Ayah dengan senyum teduhnya dengan tangannya membelai halus kepalaku.

"Pokoknya aku engga mau ya, Yah. Ayahkan tau aku sudah punya Rehan" ujar Kak Sabbi lagi dengan wajah cemberutnya, ibu tertawa kecil melihat tingkah kakakku itu.

"Iya sayang, kamu dan Rehan juga mau tunangan 3 bulan lagi kan."

"Ahh, bagaiman jika kita jodohkan Ciarra dengan Adnan, Yah?" kata Kak Sabbi yang langsung aku liat wajahnya yang tersenyum licik, aduh kakakku ini benar-benar.

"No..Ayah! Ciarra engga mau! Ayahkan tau Ciarra engga mau di jodoh-jodohin gitu" jawabku membujuk  Ayah agar tidak setuju dengan usul kak Sabbi.

"Hahah, iya sayang. Ayah tau kok, lagian anak Ayah yang ini kan masih kecil buat dijodohin juga" 

"Makasih Ayah, tuh kak dengerin! wlee" aku menjulurkan sedikit lidahku sebagai tanda aku memangkan ini dari Kak Sabbi dan Kak Sabbi hanya tertawa melihat tingkahku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

With JoyieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang