empat belas

613 70 32
                                    


Seperti biasa... typo bertebaran karena gak typo gak idup :')

.

.

.



Terlihat seorang gadis tengah berlari menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi karena para siswa sudah masuk kedalam kelas masing-masing, gadis itu terus saja berlari menuju kelasnya yang berada di depan.

Brakk....!!

Suara pintu yang berbenturan dengan tembok kelas di akibat kan karena seseorang membuka pintu tersebut dengan kencang.

" Ryujin......"

" Ryu............"

" Ryujin.......... " pekik seseorang dari arah pintu masuk, memanggil-manggil nama Ryujin dengan kencang.

" wae wae wae .....??" tanya Ryujin yang menyadari jika sejak tadi salah satu teman sekelasnya memanggil-manggil namanya.

" sebentar... aku ngatur nafas terlebih dulu " ucap gadis itu meminta waktu pada Ryujin untuk membiarkannya mengatur terlebih dulu nafasnya yang tersenggal akibat berlari.

" lagian kamunya juga kenapa lari-lari seperti itu...?? Sampai-sampai itu pintu kelas yang gak ada salahnya pun kamu banting gitu aja " ujar Ryujin sambil menggelengkan kepalanya bingung dengan tingkah laku teman sekelasnya ini, bukan kah gadis yang tengah berdiri disamping tubuhnya ini adalah termasuk golongan gadis yang pendiam, kenapa sekarang bertingkah sebaliknya..? ada apakah ini.

" ini penting... tentang Minjeong " setelah lebih nyaman gadis itu pun memberitahukan pada Ryujin tentang sahabatnya gadis berambut pendek itu.

Sontak saja Ryujin membulatkan kedua matanya ketika ia mendengar nama Minjeong keluar dari mulut gadis itu, oke sekarang ia mulai panik dan cemas.

" kenapa.... kenapa dengan Minjeong cepat katakan Minju-ah " ucap Ryujin dengan nada panik, ia takut Minjeong kenapa-napa.

" tadi aku lihat Karina unnie menggendong Minjeong menuju ruang kesehatan "

" sepertinya Minjeong dalam keadaan tidak sadarkan diri dan aku juga melihat jika raut wajah Karina unnie begitu cemas seperti ekpresi wajahmu sekarang " ujar gadis bernama Minju menceritakan semua apa yang sudah ia lihat pada Ryujin.

" baiklah terimakasih... tolong izinkan kami berdua " ucap Ryujin menepuk pundak Minju mengucapkan terimakasih karena telah memberitahukan keadaan sahabatnya, gadis itu menganggukan kepalanya lalu Ryujin segera meraih ransel miliknya dan juga milik Minjeong kemudian ia bergegas berlari keluar kelas menuju ruang kesehatan, Ryujin benar-benar takut jika Minjeong kenapa-napa, ia sedikit menyesal karena telah mengizinkan Minjeong untuk pergi ke toilet sendirian, astaga Ryujin benar-benar ceroboh jika sampai Minjeong kenapa-napa mungkin Ryujin tidak akan memaafkan dirinya sendiri.


#ruang kesehatan......

Untuk kedua kalinya Karina berada didalam ruang kesehatan, dan untuk kedua kalinya ia harus berdiri dengan perasaan cemas menunggu Minjeong yang tengah di periksa oleh dokter yang bertugas pada hari ini.

Karina kalut, tidak dapat dipungkuri hatinya begitu sakit ketika ia melihat wajah pucat sang adik apalagi dengan cairan merah yang terus saja mengalir keluar dari hidung Minjeong.

Pikiran Karina tertuju pada perkataan Minjeong yang tiba-tiba saja berada dalam pikirannya " apakah aku harus mati terlebih dulu agar unnie mau memaafkan ku " kedua mata cantik Karina terpejam ketika perkataan itu selalu terbesit dalam ingatannya.

" Karina.... " panggil dokter yang sudah selesai memeriksa keadaan adikanya dan tidak lupa membersihkan darah pada hidung Minjeong.

" ne dokter...??" Karina membuka kedua matanya kembali ketika suara dokter terdengar oleh telinganya.

" sepertinya Minjeong harus di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan yang lebih lanjut " ujar sang dokter yang bertugas, Karina terdiam mencerna perkataan dokter tersebut.

" maksud dokter..??"

" keadaan adikmu tidak baik-baik saja" dokter itu kembali sambil menepuk pelan pundak Karina.

" n-nnee...." ucap Karina terkejut, baiklah sekarang Karina mulai merasakan takut, takut akan kehilangan, Karina memilih untuk berjalan lebih dekat menuju bangsal yang diatasnya terdapat tubuh sang adik yang tidak sadarkan diri.

Karina mengulurkan satu tangannya meraih lengan Minjeong lalu digenggamnya begitu erat, menatap sendu wajah pucat orang yang begitu ia benci namun masih sangat ia sayangi.

Perlahan namun pasti Karina dapat merasakan pergerakan yang berasal dari jemari Minjeong yang berada dalam genggamannya, dan dengan pelan kedua mata Minjeong terbuka, yang pertama kali Minjeong lihat adalah wajah Karina yang tersirat khawatir, apakah ini benar Karina Minjeong tersenyum hambar ia tidak percaya jika orang yang tengah menatap cemas dirinya adalah Karina, mungkin ini hanya halusinasinya saja.

" apa yang sakit ...?" Ujar Karina sambil mengelus surai sang adik dengan lembut, Minjeong yang mendengar nya pun hanya bisa mengerjap-ngejapkan kelopak matanya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Karina.

" katakan pada unnie " ujar Karina dengan nada suara yang pelan, gadis mungil keluarga Kim itu semakin terdiam berpikir kenapa sikap sang unnie menjadi manis seperti ini.

Tidak menjawab, Minjeong hanya menggelengkan kepalanya pertanda jika tubuhnya baik-baik saja, ia tidak mungkin memberitahu Karina jika sebenarnya dia tengah mengidap penyakit yang cukup mematikan.

" jangan berbohong... unnie tidak suka kau bohongi Minjeong-ah " ujar Karina kembali dengan tangan kanan yang aktif mengelus rambut Minjeong serta tangan kiri yang masih menggenggam telepak tangan sang adik dengan erat.

" Minjeong tidak apa-apa " pada akhirnya Minjeong bersuara, meyakinkan Karina jika tubuhnya benar baik-baik saja, Karina menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan perkataan Minjeong.

" berhenti berbohong "

" tapi unnie Min........."

" Minjeong......!" Perkataan Minjeong terpotong begitu saja ketika ia melihat Ryujin yang masuk secara tiba-tiba, Ryujin yang merasa jika dirinya membuat keributan, sontak saja langsung membungkuk kan badannya memohon maaf pada dokter yang tengah duduk di kursinya dan pada sunbaenimnya yang menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat.

" Ryuu.... kenapa kau bisa tahu aku ada disini...??" Tanya Minjeong pada Ryujin, Karina memalingkan kembali wajahnya menatap wajah pucat Minjeong sedangkan Ryujin berjalan sambil tersenyum canggung dengan dua ransel yang berada di pundaknya.

" aku mendapatkan kabar kau ada disini dari Minju...." ujar Ryujin sambil memilih untuk memandang wajah Minjeong dari pada menatap wajah dingin Karina.

" Minju...?" tanya Minjeong tidak mengerti.

" ne Minju... anak itu melihat mu dibawa kemari " ujar Ryujin kemudian.

" siapa yang membawa ku kemari Ryu...??" Tanya Minjeong kembali, Ryujin yang mendengarnya pun tidak tahu harus berkata apa, apakah ia harus mengucapkan yang sebenarnya..?

" u-unniemu Minjeong-ah " tamat sudah riwayat hidup Ryujin, ia benar-benar tidak berani mengalihkan kepalanya menatap Karina yang berdiri disamping tubuhnya.

" Minju melihat Karina unnie menggendong mu dan membawa mu kemari " ujarnya kemudian, persetan dengan rasa takut, Ryujin tidak peduli yang terpenting ia sudah mengatakan yang sebenarnya, Minjeong berhak tahu jika Karina masih menyayanginya.

Setelah mendengar pengakuan sahabatnya, Minjeong memalingkan kepalanya melihat Karina yang terdiam.

" apakah itu benar unnie...?" tanya Minjeong pada Karina yang masih diam tidak mau menjawab pertanyaannya.

" unnie..... apakah yang dikatakan Ryujin benar...?"

" unniee..... aaakkhhh " tiba-tiba saja Minjeong mengerang sakit, Karina dan Ryujin sama-sama menatap panik gadis mungil itu.

" Minjeong-ah kau kenapa...??"

" kita harus ke rumah sakit sekarang " ujar Ryujin dengan nada panik, ia segera meraih tangan Minjeong, lalu menuntun membawa tubuh mungil Minjeong agar ikut dengan nya.

RUMIT ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang