Bab 5. Tidur Bersama

23 2 0
                                    

Tidak terasa, hari pertemuan Fenita dengan Vino akan terjadi hari ini. Fenita hampir saja melupakannya. Untung saja pemuda itu meneleponnya dan mengingatkannya akan janji mereka.

Baiklah, aku akan segera sampai di hotel Horison.

Fenita membalas pesan dari Vino. Untung saja belum naik bus, jika sudah pasti akan kacau. Dengan langkah lemahnya, Fenita memutar balik tujuannya. Untung saja jarak antara restoran tempatnya bekerja dengan hotel Horison tidak terlalu jauh. Cukup sepuluh menit berjalan kaki.

Sesampainya di depan pintu kamar hotel, Fenita menghentikan langkahnya. Dengan ragu ia menatap pintu hotel megah ini. Hotel termegah dan termewah yang ada di kota. Keraguan Fenita beralasan. Ia tidak ingin mengalami hal memalukan serupa saat di restoran beberapa hari yang lalu. Di tolak karena terlihat biasa dan lusuh. Ya, di lihat dari segi manapun, penampilan Fenita memang biasa saja. Meski banyak orang berpakaian kasual, tapi pakaian Fenita tidak datang dari brand designer terkenal. Siapapun akan langsung mengetahuinya.

Drrttt!

Ponsel Fenita bergetar, menandakan adanya panggilan masuk. 'Tuan Sombong' begitulah nama si pemanggil.

Halo?

Apakah masih lama?

Eum tidak. Ada apa?

Aku mempunyai urusan mendadak. Mungkin hanya sebentar, jadi apakah bisa kamu menunggu? Aku akan menyuruh orang untuk menjemputmu.

Perkataan Vino terdengar seperti angin segar bagi Fenita. Jika ada orang yang menjemputnya, tentu ia tidak akan mendapatkan kesulitan dan penolakan saat memasuki hotel. Sebuah kebetulan yang sangat tepat.

Baiklah. Aku berada di ujung gang sebelum ke hotel.

Jawab Fenita berusaha tetap tenang.

Ada Mr. Khan yang akan menunggumu di lobby. Dia yang akan memandumu ke tempat perjanjian.

Baiklah.

Lalu sambungan telepon terputus. Fenita berjalan dengan santai menuju hotel. Kali ini pikirannya sedikit tenang. Tapi ia masih saja memikirkan apa kiranya hal penting yang akan ia bicarakan dengan Vino. Ia yakin, ini bukan hanya sekedar membahas masalah nominal uang seperti celetukan Fenita kemarin saat pertemuan pertama mereka.

Di lobby hotel, seorang pria dengan setelan jas mahal telah menunggu kedatangan Fenita. Begitu ia pergi menuju resepsionis dan menyebutkan namanya, Mr. Khan yang di maksud oleh Vino datang menghampiri dirinya.

"Mrs. Fenita?" Tanya Mr. Khan sopan.

"Iya, saya Fenita. Anda Mr. Khan?"

"Itu saya." Mr. Khan membungkukkan tubuhnya, penuh dengan sopan santun. "Mari ikuti saya." Mr. Khan mempersilahkan Fenita untuk mengikuti dirinya. Setelah memasuki lift, beliau menekan tombol angka 15. Itu tandanya mereka akan menuju lantai 15. Ada apakah yang menanti mereka di lantai 15?

Begitu sampai di kamar yang di maksudkan, Mr. Khan membukakan pintu dan mempersilahkan Fenita untuk masuk. Anehnya, Mr. Khan tidak ikut masuk dan tetap berdiri di depan pintu.

"Apakah anda tidak ikut masuk?" Tanya Fenita.

Seulas senyum tergambar di wajah Mr. Khan. "Tidak, saya akan menunggu Tuan Vino. Silahkan menikmati waktu anda." Begitu pintu tertutup, Fenita tidak bisa menyembunyikan rasa takjubnya. Ini pertama kalinya ia memasuki hotel mewah. Mengedarkan pandangan matanya, kamar itu tampak seperti kamar para penguasa kaya di film-film yang pernah ia tonton.

PERNIKAHAN PAKSA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang