Vanessa dan Vino duduk sembari menunggu kedatangan orang yang di nanti. Vanessa sedikit merasa khawatir karena sudah lebih dari sepuluh menit dan wanita itu belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Vino, Mama mau telepon sebentar, kamu tunggu di sini ya." Ucapan Vanessa mengandung makna memerintah. Ia tahu persis bagaimana perangai putranya itu. Apa saja yang membuat ia tidak nyaman akan di tinggalkan. Dan Vanessa khawatir, Vino merasa di tipu dan akhirnya pergi tanpa sepengetahuannya saat dirinya sedang melakukan panggilan.
"Halo sayang, kamu di mana?" Tanya Vanessa begitu sambungan telepon di angkat.
"Maaf Madam, saya ada di depan restoran." Jawab seseorang di ujung telepon.
"Kenapa nggak masuk?" Vanessa mulai keheranan.
Apakah mungkin wanita itu tidak masuk ke restoran karena melihat mereka berdua dan akhirnya mengurungkan niatnya? Mengingat perangai Vino yang bisa di bilang tidak ramah. Apa sebegitu ciutnya nyali wanita itu? Padahal sepertinya dia wanita yang cukup berani.
"Eh itu, itu..."
"Kamu di mana? Biar di jemput?" Akhirnya Vanessa memutuskan. Lebih baik menangkap secara paksa dari pada dengan cara halus tapi pada akhirnya akan terlepas juga.
"Saya di depan restoran. Di sebelah kiri pintu masuk." Sedikit kesal, Vanessa mengakhiri panggilannya dan segera kembali ke mejanya. Sebelum sampai ke mejanya, ia sudah menyuruh asisten pribadinya untuk menjemput wanita yang sedang menanti di luar restoran.
"Gimana Ma? Apa dia datang?" Tanya Vino penasaran.
"Iya, udah di depan." Jawab Vanessa singkat.
Tidak berselang lama, datanglah seorang wanita yang di tunggu-tunggu itu. Wanita itu masuk di pandu oleh asisten pribadi Vanessa. Ia terlihat sangat cantik dan sederhana. Benar-benar sederhana untuk ukuran keluarga Darren yang bergelimang harta. Tapi itu tidak masalah, selagi Vino bisa tunduk di hadapan gadis itu.
Segera Vanessa menyambut kedatangan Fenita dengan wajah yang penuh sumringah. "Halo sayang. Udah lama nunggunya?" Vanessa mempersilahkan wanita itu untuk duduk, Vanessa lalu pindah di samping Fenita. Dan dengan canggungnya Fenita duduk di kursi sebelahnya. "No, Madam. Nggak lama." Jawab Fenita canggung.
Melihat tamu yang di tunggunya sudah datang, Vino mau tidak mau mengalihkan pandangannya kepada gadis itu. Sedikit terkejut dan tidak habis pikir dengan apa yang di pikirkan oleh Vanessa, Mamanya.
Selama ini ia berusaha mencari wanita yang terlihat selevel dengan keluarganya, sampai akhirnya ia menemukan Bella. Tapi sekarang Vanessa malah ingin menjodohkan ia dengan wanita biasa seperti ini. Melihat penampilannya yang sederhana, Vino langsung ingin meninggalkan tempat itu sekarang juga. Tapi saat ia akan bangkit, mata Vanessa langsung terlihat sayu.
Apa-apaan ini? Dirinya yang mau di jodohkan? Oh Ya Tuhan, apa selera Vanessa udah down grade? "Apa kata orang-orang nanti saat tau istri seorang Vino Aditya Pratama adalah gadis lusuh nan Kumal yang di pungut dari jalanan?" Keluh Vino dalam hati.
Pemikiran Vino tidak bisa berhenti begitu melihat sosok di depannya. "Vino, kenalin. Ini Fenita. Yang Mama ceritain tadi." Vanessa terlihat bersemangat. "Fenita, ini Vino. Putra semata wayang Tante." Fenita menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Vino benar-benar tidak dapat menahan gejolak hatinya, sehingga ia hanya bisa memasang wajah datar.
Bahkan Vino tidak menyambut uluran tangan wanita itu. Meskipun anggapan menjadi pria yang tidak sopan itu menghampiri dirinya. "Kamu sudah lapar? Kalau gitu kita langsung pesan makanan saja gimana?" Vanessa berusaha penuh agar bisa mencairkan suasana. Suasana canggung itu berlangsung lama. Bahkan setelah memulai beberapa obrolan ringan, suasana canggung itu tetap menggelayuti. Dan Vino terlihat sangat tidak nyaman dengan acara makan siang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERNIKAHAN PAKSA [On Going]
Cerita Pendek[Update kalau moodnya bagus] Di tinggal sang kekasih di saat perasaan cintanya mencapai level 99%. Itu sangat membuat Vino kacau balau. Sudah hampir dua tahun, Bella sang kekasih pergi meninggalkannya. Lantas bagaimana kehidupan Vino ke depannya? Ap...