Bab 15. Sakitnya Hati Ini

11 2 0
                                    

Vino terus mengurung diri di dalam kamar. Tidak makan, tidak minum ataupun melakukan kegiatan lainnya. Bahkan kamar di kunci. Benar-benar tidak ada aktivitas di dalam kamar. Fenita dengan setia menunggu Vino ke luar, ia tidak tahu apa yang terjadi. Tapi ia tahu, dirinya khawatir dengan keadaan Vino. Di tambah lagi luka yang terlihat di wajah pria itu. Mungkin tidak hanya di wajahnya, di sekujur tubuhnya.

Tengah malam ini, Fenita memutuskan untuk tidur di ruang tengah. Ia melakukan itu agar dapat dengan cepat mengetahui jika Vino ke luar dari kamar. Dan benar saja, Vino ke luar dari kamar malam itu. Diam dan pura-pura tidur, Fenita tidak bergerak. Dan hal mengejutkan itu terjadi. Vino tiba-tiba saja menjatuhkan dirinya, duduk di sofa tempat Fenita merebahkan tubuhnya. Setelah keheningan yang cukup lama, Vino mendekati Fenita. Bau alkohol menyengat saat Vino mendekatkan tubuhnya ke tubuh Fenita. Beberapa menit sebelum Vino mengangkat tubuhnya dan kembali menegak minuman yang ada di gelasnya. Astaga, bikin terkejut saja. Hampir saja jantungnya copot.

"Kamu tidur?" Suara Vino terdengar serak. Fenita masih saja terdiam. Tidak bergerak maupun bersuara. "Kenapa kamu ingin menikah dengan pria brengsek ini? Kamu tahu jika aku hanya mencintai satu wanita saja. Bella, hanya dia yang aku cintai. Jangan harap kamu bisa menggantikan posisi Bella di hatiku." Setelah omongannya yang panjang lebar itu, Vino kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Fenita.

"Ya Tuhan, kenapa dia melakukan hal seperti ini di saat mabuk?!" Batin Fenita meronta-ronta.

"Apa kamu tahu, dua tahun lebih aku mencarinya, semua usaha aku kerahkan untuk mencari keberadaannya. Tapi apa balasannya sekarang? Dia malah nikah dengan pria lain. Bahkan dia hamil anak pria itu." Kembali hening. Fenita perlahan membuka matanya, mengintip apa yang di lakukan oleh Vino. Baru setengah jalan membuka matanya, Fenita kembali menutup matanya.

"Apakah ini balasannya karena aku telah memanfaatkanmu? Apa kamu mengutukku agar aku tidak bisa bersatu dengan Bella? Apakah kamu secara diam-diam berdoa kepada Tuhan agar aku menderita?" Terdengar suara Vino tercekat. Tubuhnya bergetar. Vino menangis?

Hening kembali menyergap. Saat akan membuka matanya, Fenita terkejut saat mendapati dirinya yang tidak bisa bergerak. Vino ambruk di sofa dan menindih tubuhnya. "Vino?" Fenita memanggil nama itu. Beberapa kali di panggil, sang empu tidak bereaksi. Bahkan setelah beberapa saat Fenita berusaha membangunkannya, Vino masih tidak bergeming. Lalu nafas yang teratur seolah mengisyaratkan bahwa Vino sudah jatuh dalam mimpinya.

Setelah berusaha untuk ke luar dari kukungan tubuh Vino, Fenita tetap saja tidak berhasil. Yang ada, posisi Vino sekarang berada tepat di depannya dengan lengan yang melingkari pinggangnya. Pada akhirnya, Fenita pasrah. "Tidak akan terjadi apa-apa. Dia akan segera sadar sebentar lagi." Fenita berusaha meyakinkan dirinya.

⭐⭐⭐

Matahari pagi memancarkan sinarnya, memberi kehangatan untuk semua makhluk hidup. Tidak terkecuali Fenita, yang entah sejak kapan tertidur dalam pelukan Vino. Sesekali berusaha untuk membangunkan Vino. Dan akhirnya yang berusaha di bangunkan membuka matanya. Wajah Vino tepat berada di leher Fenita, sehingga setiap tarikan dan hembusan nafasnya terdengar oleh Fenita.

Tidak hanya itu, Vino dengan jelas bisa mencium harum parfum Fenita yang unik. Percampuran antara buah-buahan yang menyegarkan dan juga bau lembut yang menyegarkan. Sungguh menenangkan. Mendapati dirinya tidur di sofa bersama dengan Fenita, Vino terkejut dan hampir terjatuh. Untung saja Fenita dengan sigap menarik Vino agar tidak terjatuh. Bisa di pastikan ia akan membentur meja jika terjatuh.

PERNIKAHAN PAKSA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang