Sama seperti malam-malam sebelumnya, malam ini Vino melewatkan malamnya dengan memandangi ujung langit. Titik terjauh dari penglihatannya. Sama seperti pikirannya yang sekarang berkelana entah ke mana. Untuk siapa lagi jika bukan memikirkan Bella. Sejak kepergian Bella, gangguan tidur Vino menjadi semakin parah. Ia bahkan sampai harus meminta resep dokter untuk mengurangi insomnia yang di milikinya. Itu pun tidak akan bertahan lama, karena biasanya ia hanya akan tidur empat jam paling lama.
Entah angin apa yang membawanya, tiba-tiba Vino teringat tentang wanita yang di perkenalkan kepadanya tadi siang. Jika memang tujuan wanita itu hanya untuk uang, tentu ada sisi positif yang bisa di manfaatkan oleh Vino. Ya, zaman sekarang, siapa yang tidak akan tergiur dengan uang? Apalagi sekarang wanita banyak tuntutannya.
Seketika Vino mempunyai ide berlian yang bisa di manfaatkan agar ia bisa terbebas dari praktik perjodohan yang akan di rencanakan oleh Vanessa suatu saat nanti. Kalau-kalau ia menolak perjodohan yang ini. Jika menolak. Jika Vino menerima perjodohan ini? Memikirkannya saja sudah membuat Vino begitu bersemangat. Tidak sabar ia menunggu matahari terbit yang menandakan bangunnya Vanessa dari tidur malamnya. Dengan begitu, ia bisa meminta kontak wanita itu. Fenita.
"Let's see, akan seberguna apa dia dengan uang yang aku tawarkan." Gumam Vino sembari mengelus rahangnya yang mulus.
Dua jam kemudian, matahari yang di nantikan perlahan menampakkan sinarnya. Jelas Vino merasa penantiannya tidak sia-sia. Dan langkah ringannya pagi itu membuat beberapa pelayan yang sedang bertugas merasa keheranan.
Tok! Tok! Tok!
"Mama sudah bangun?" Tanya Vino dari luar.
"Masuk, sayang."
Meski sudah tidak sabar untuk menyampaikan maksud kedatangannya yang terlalu pagi, Vino berusaha menahan niatnya. Berusaha tenang, Vino menghampiri Vanessa terlebih dahulu dan memberikannya kecupan selamat pagi. Sesuatu hal yang sudah sangat lama tidak ia lakukan.
"Ada apa?" Vanessa merasa curiga saat melihat gelagat putranya.
"Ah Mama, tahu saja." Vino sedikit malu. "Bolehkah aku tanya sesuatu?"
Vanessa melirik putranya dengan tatapan penuh curiga. Karena tidak biasanya putranya bersikap seperti itu. Apalagi setelah kegagalan cintanya dengan wanita itu, Vino yang imut dan penuh kasih sayang rasanya menghilang. Iya, karena wanita itu, kehidupan putranya menjadi berantakan. Bahkan untuk menyebut namanya saja Vanessa merasa tidak sudi. Jika saja ia bisa menemukan wanita itu, hal pertama yang akan Vanessa lakukan adalah menyiksanya. Itu sudah otomatis terekam dalam memorinya setelah melihat apa yang di lakukannya terhadap putra kesayangannya.
"Bolehkah aku meminta nomor wanita yang kemarin?" Sesuai dugaan, cepat atau lambat Vino akan menanyakan hal itu. Tapi Vanessa tidak pernah mengira jika hal itu akan datang secepat ini.
"Untuk apa?"
Vino memanyunkan bibirnya, berusaha membuat alasan yang terdengar logis untuk Vanessa. "Tidak, hanya ingin meminta maaf saja. Anakmu ini pria yang baik, dan aku menyadari apa yang telah aku lakukan kemarin. So..."
"So?"
Vino mulai merasa kebingungan melanjutkan kata-katanya. Ia sudah lama tidak berbicara sepanjang ini, jadi ia mulai gugup dan panik. Vanessa tentu saja tersenyum puas melihat tingkah putra kesayangannya itu. Ia benar-benar tidak menyangka, Vino akan melakukan hal yang tidak di sukainya itu, berbicara panjang lebar untuk menjelaskan.
"Itu ponsel Mama, nama kontaknya 'Fenita'. Cari sendiri bisa?" Vanessa menunjuk ponselnya yang tergeletak di meja.
Andai tidak bersikap jaim di hadapan Vanessa, Vino sudah pasti akan langsung berlari menuju ponsel itu dan segera mencari. Karena dalam rangka jaim, Vino hanya bisa berjalan setenang mungkin menuju ponsel itu dan mencari dengan perlahan. Mengamati setiap nama yang tercantum. Hingga akhirnya ia menemukan nama yang di carinya. F untuk Fenita. Segera setelah menyalin nomor itu, Vino langsung undur diri dan kembali ke kamarnya. Sedikit cemas dan deg-degan, Vino menghubungi nomor itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERNIKAHAN PAKSA [On Going]
Storie brevi[Update kalau moodnya bagus] Di tinggal sang kekasih di saat perasaan cintanya mencapai level 99%. Itu sangat membuat Vino kacau balau. Sudah hampir dua tahun, Bella sang kekasih pergi meninggalkannya. Lantas bagaimana kehidupan Vino ke depannya? Ap...