Bab 30. Bermain Cantik

9 0 0
                                    

Kelas pengganti Vino di mulai tepat pukul jam tujuh malam. Semua mahasiswa-mahasiswi yang mengikuti kelas telah duduk dengan manisnya menanti kedatangan sang dosen. Tepat pukul 07:05, Vino memasuki kelas yang kali ini terang benderang dengan lampu yang sudah di nyalakan.

"Maaf semuanya, aku terlambat. Ada beberapa hal yang harus aku urus." Permintaan maaf itu menjadi salam. Terlihat Vino yang masih mengenakan setelan jas yang membuatnya tampak kesulitan bergerak. Itu karena jas-nya sedikit kekecilan. Maklum saja, tidak ada wanita yang akan membantunya untuk memilihkan ukuran yang tepat untuk tubuhnya. Ah, memikirkan wanita membuat Vino merasa sedih. Karena sejauh ini ia belum ada kemajuan apapun dengan Fenita.

"Maaf, aku harus melepaskan jas karena sedikit kesulitan bergerak." Ucap Vino sembari melepaskan jas-nya, lalu menaruhnya di atas meja. Suara pekikan tertahan, menyambut Vino yang sedang menggulung lengan kemejanya. Apa yang di lakukan oleh Vino tampak terlihat seperti seorang model yang sedang melakukan peragaan busana. Sungguh indah dan menyejukkan mata. Bahkan tidak ada yang akan mengira jika Vino bukanlah seorang model, melainkan seorang CEO yang sedikit serius tapi baik hati.

Kembali ke perkuliahan, Vino memberikan penjelasan tentang bab yang seharusnya mereka pelajari kemarin. Semua mahasiswa-mahasiswi mendengarkan penjelasan Vino dengan seksama. Tidak ada suara berisik ataupun gaduh yang mengisi kelas, berbeda dengan beberapa kelas yang terkadang menjadi objek pengamatan Vino.

"Baiklah, ada pertanyaan?" Ucap Vino, mengakhiri penjelasannya. Salah seorang mahasiswi mengangkat tangannya. "Yes, please."

"Sir, apakah jika anda sedang presentasi di kantor juga seperti ini?" Tanya mahasiswi itu sungkan-sungkan. Vino menampakkan senyum manisnya sebelum menjawab.

"Aku hanya ingin mengetahui bagaimana para eksekutif bergaul. Jadi aku ingin mengundang kalian untuk ikut menghadiri acara makan malam yang akan di adakan malam Minggu besok jam tujuh malam." Kali ini suara gemuruh kelas terdengar. Mereka seolah memberikan gumaman penuh kagum kepada Vino, membuat pria yang berdiri di sana menjadi semakin meningkat kepercayaan dirinya. "Ini tidak wajib. Aku hanya ingin membagi pengalaman saja. Jika kalian ada waktu luang, datanglah. Tidak akan rugi." Vino menambahkan.

"Sir, apakah kami harus berhias diri?"

"Apakah ada dress code untuk acara itu?"

"Apa yang harus kami persiapkan untuk bergabung?"

"Apakah ada materi khusus?"

"Apakah yang akan kita ambil dari pelajaran di sana?"

Berbagai macam pertanyaan mengalir setelah Vino menjelaskan lebih lanjut tentang acara makan malam itu. Bisa di maklumi karena mungkin mereka belum pernah menghadiri acara makan malam yang Vino maksudkan. Tapi ada beberapa yang hanya mengangguk memahami karena sudah pernah ikut menjadi bagian dari malam seperti itu. Contohnya Fenita. Bukan, maksudnya Freya Mayer.

"Aku lebih menyarankan jika kalian mengenakan pakaian terbaik kalian. Tampil formal dan sopan akan meningkatkan penilaian lawan bicara kalian dan juga kepercayaan diri kalian." Vino memandangi sekeliling kelas sebelum melanjutkan. "Kalian hanya harus beramah-tamah dengan para tamu dan membuat perbincangan yang semenarik mungkin. Jika bisa, kalian akan mendapatkan ilmu dari para tamu undangan. Semacam tips and trick."

"Mungkin kita bisa mendengar langsung dari kalian yang pernah menghadiri acara seperti itu. Bagaimana, Mrs. Freya?" Seluruh tatapan mata langsung menuju ke arah Fenita. Ada rasa puas bisa menjadikan istrinya sebagai pusat perhatian. Tapi tampaknya keputusan itu tidak di rasakan oleh Fenita.

"Mari berbagi pengalaman dengan kami." Bujuk salah seorang yang duduk di depan. Fenita tidak langsung bangkit. Ia mengamati situasi kelas terlebih dahulu. Menimbang apakah ia akan menuruti permintaan sang dosen atau menolaknya. Tapi melihat tatapan dari teman-temannya yang penuh harap, Fenita tidak kuasa untuk menolaknya. Perlahan Fenita bangkit dari duduknya dan berjalan menuju depan kelas. Berdiri dengan mantapnya di samping dosen itu, meski itu membuatnya merasa gugup.

PERNIKAHAN PAKSA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang