Bab 26. Aku Merindukanmu

4 0 0
                                    

Dua Minggu yang padat mengisi hari-hari Vino. Kirana yang biasanya tidak sibuk adalah orang pertama yang terkena imbasnya. Ia harus mengatur ulang jadwal sang Boss dan menghubungi beberapa orang untuk mengatur ulang jadwal karena terkena cuti. Sangat sibuk sampai rasanya untuk menikmati makan siang saja ia tidak bisa. Jangankan makan siang, mengambil nafas pun rasanya ia kesulitan saking sibuknya.

"Makanlah." Di lihatnya sang Boss menaruh sebuah kotak makan di mejanya. Ini benar-benar pemandangan yang langka. Seorang Boss besar, seorang Vino Aditya Pratama yang terkenal sombong dan angkuh membelikan makan siang untuk sekretarisnya? Apa kepala beliau terbentur sesuatu? Pertanyaan itu terus bergema di telinganya. Karena apa yang di lakukan beliau adalah hal yang sangat langka. Jangankan membelikan makan siang para karyawannya, mengambil kopi untuk dirinya sendiri pun beliau akan menyuruh Kirana.

"Ini hari terakhir aku bekerja sebelum cuti, dan aku ingin pulang lebih awal untuk itu." Ucap Vino sembari berjalan menuju ruangannya. Mendengar ucapan Boss-nya, Kirana segera menelan ludah. Akhirnya ia tahu maksud dari makan siang yang sekarang sudah tergeletak manis di hadapannya. Oh iya, tidak ada makan siang gratis. Bahkan untuk makan siang kali ini ia harus membayarnya dengan pulang lembur lagi dan mengatur ulang jadwal lagi. Ah, rasanya kepala itu akan meledak! Benar-benar dua minggu yang penuh derita bagi Kirana.

Melajukan mobil dengan kencang, Vino tidak sabar untuk segera sampai di rumah. Rumah yang beberapa bulan ini ia tinggali sendirian. Rumah yang mesti sebentar telah memberinya kenangan yang hangat.

"Fe, aku hanya ingin kita bersama lagi menghabiskan waktu bersama, menjadi keluarga yang bahagia." Dengan tulusnya Vino berkata, memandang foto pernikahan mereka. Setiap kali merindukan istrinya, Vino akan duduk di ruang tengah sembari memandang foto itu. Foto yang penuh kenangan tidak menyenangkan dahulunya, kini menjadi foto paling favorit bagi Vino. Karena di sana ia bisa melihat senyum Fenita dengan senyumannya. Satu lagi kebiasaannya saat merindukan Fenita. Vino akan dengan senang hati membersihkan rumah dan memandanginya berlama-lama. Seolah membayangkan bagaimana Fenita membersihkan rumah dan melakukan hal yang sama setelah selesai membereskannya.

Semua persiapan penerbangan sudah selesai. Barang bawaannya sudah di ringkas dalam satu koper besar, juga sebuah ransel untuk membawa barang-barang yang penting. Pesawat akan berangkat pukul delapan malam dari Jakarta yang langsung menuju Sydney. Setelah transit selama satu jam lebih, pesawat akan langsung terbang ke Canberra. Total penerbangan akan memakan waktu 10 jam paling lama, atau bisa di bilang Vino mengambil penerbangan paling cepat agar ia bisa segera sampai di Canberra. Lebih cepat lebih baik bukan?

Ma, aku berangkat pukul 8 malam ini, aku hubungi jika sudah sampai.

Pesan itu terkirim ke ponsel Vanessa sesaat sebelum ia masuk ke dalam pesawat. Ke manapun ia akan bepergian, ia akan berpamitan dan mengabari Vanessa. Untuk kali ini, ia hanya berpamitan, sengaja tidak memberitahukan ke mana tujuannya. Anggap saja ini sebuah kejutan. Lalu Vino menikmati 10 jam penerbangannya, berharap bahwa 10 jam itu bagai kedipan mata agar ia bisa segera mendarat di Canberra. Tanah yang sama di pijak oleh wanita pujaan hatinya. Senyum tidak dapat ia sembunyikan selama penerbangan.

⭐⭐⭐

Fenita turun dari mobil yang mengantarkannya ke kampus. Sebenarnya ia tidak suka di antar ke kampus, karena akan menarik perhatian orang-orang. Bukan, bukan mobilnya yang menarik perhatian, tapi orang yang berada di balik kemudi yang menarik perhatian orang-orang. Terlebih kaum hawa yang tidak pernah bisa melepaskan tatapan mata mereka. Menjadi tampan memang anugerah, tapi terkadang menjadi sedikit menyebalkan karena tatapan orang-orang yang terkadang kelewat batas. Dan sedikit bersimpati kepada kakaknya, Fenita selalu saja menyuruh kakaknya untuk mengenakan topi atau masker untuk menyembunyikan wajah tampannya itu.

PERNIKAHAN PAKSA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang