Matahari bersinar dengan teriknya, menembus masuk ke dalam ruangan. Perlahan Fenita menutupi wajah dengan telapak tangannya, menghalau sinar matahari yang menyilaukan itu. Saat akan bergerak, ia merasa ada sesuatu yang menahannya. Sebuah tangan?
Betapa terkejutnya ia saat melihat sesosok tubuh yang terkulai di belakangnya.
Vino Aditya Pratama?!
Seketika Fenita menyingkirkan tangan itu dan segera bangkit. Bila hal itu sudah cukup mengejutkan Fenita di pagi ini, ada hal lain yang lebih mengejutkan. Di sana, berdiri seorang wanita paruh baya dengan pakaian yang sangat mewah dan elegan. Di belakang beliau berdiri dua orang, di mana salah satunya di kenali Fenita sebagai Mr. Khan.
"Damn! Apa yang terjadi semalam?" Batin Fenita penuh pertanyaan.
Saat Fenita berusaha membuka mulut untuk menjelaskan, namun Vanessa segera memberi isyarat kepadanya untuk menutup mulut. Fenita segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Perlahan namun pasti, Vanessa berjalan menuju tempat tidur. Hal selanjutnya yang beliau lakukan tidak pernah ada di dalam bayangan Fenita mengingat betapa anggunnya beliau.
"Hei berandal kecil, ayo bangun. Kamu pikir apa yang kamu lakukan hah?!" Bukan hanya suara Vanessa yang menggelegar memekakkan telinga yang membuat pemuda itu bangun, tapi juga sabetan ikat pinggang. Melihat hal itu, Fenita juga merasa terkejut. Ia tidak pernah melihat bagaimana kehidupan yang di jalani oleh para konglomerat. Dan ini sedikit mengejutkan bagi dirinya.
Di sisi lain, Vino yang terkejut dengan apa yang baru saja di lakukan oleh Vanessa, ia langsung terbangun dalam keadaan linglung. Ada apa ini? Kenapa banyak orang di dalam kamar? Dan apa pula reaksi dan wajah yang mereka tampilkan itu?
Jelas Fenita tidak ingin terlibat dalam masalah ini. Di tambah lagi sekarang sudah pukul delapan pagi, dan ia harus masuk shift pagi kali ini. Masalah lain akan muncul jika ia tidak sampai di restoran dengan tepat waktu. Pertanyaannya, bisakah ia bisa tepat waktu sampai di restoran sekarang? Mengingat dirinya belum mandi dan berganti pakaian.
Ketika seluruh perhatian orang-orang tertuju pada Vino, perlahan Fenita berjalan ke luar kamar. Namun sayangnya, langkah Fenita terhenti oleh suara yang sangat khas tepat sebelum ia berhasil membuka pintu.
"Kamu mau ke mana, sayang?" Tanya Vanessa lembut.
Fenita membalikkan tubuhnya dengan canggung, ia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Maaf Madam. Saya harus bekerja. Saya ada shift pagi hari ini."
"Paling tidak, kamu harus sarapan dan mengganti pakaian." Ucap Madam Vanessa sembari menunjuk pakaian Fenita yang lusuh. "Aru, siapkan beberapa pakaian untuk Mrs. Fenita, juga sarapan untuk dia."
"Baik Madam." Jawab wanita yang bernama Aru. Aru mempersilahkan Fenita mengikuti dirinya menuju kamar lain di hotel ini. Sebenarnya Fenita enggan mengikuti Aru. Selain karena tidak merasa kenal, ia juga merasa canggung. Tapi menolak kebaikan Vanessa juga bukan hal yang tepat untuk di lakukan. Dengan berat hati, akhirnya Fenita memutuskan untuk mengikuti Aru.
Di kamar sebelah, Aru membimbing Fenita untuk masuk ke walk in closet yang sangat mewah. Di sana terdapat banyak pakaian mahal yang tergantung. Tidak hanya pakaian, di sana juga terdapat lemari yang penuh dengan tas dan sepatu dari berbagai merk. Barang-barang yang tidak pernah Fenita lihat secara langsung.
"Mrs, anda ingin mengenakan pakaian seperti apa? Mungkin saya bisa membantu." Tanya Aru.
"Eh kaos dan celana jeans sudah cukup, Madam." Jawab Fenita canggung.
"Jangan panggil saya Madam, Mrs. Panggil saya Aru." Aru memberikan senyum terbaiknya. Fenita hanya bisa menganggukkan kepalanya. Begitu mengetahui baju macam apa yang ingin di kenakan oleh Fenita, Aru segera memilih beberapa kaos dan celana yang ada di dalam lemari. Tidak hanya itu, Aru bahkan menyiapkan beberapa sepatu dan jaket sebagai pelengkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERNIKAHAN PAKSA [On Going]
القصة القصيرة[Update kalau moodnya bagus] Di tinggal sang kekasih di saat perasaan cintanya mencapai level 99%. Itu sangat membuat Vino kacau balau. Sudah hampir dua tahun, Bella sang kekasih pergi meninggalkannya. Lantas bagaimana kehidupan Vino ke depannya? Ap...