3. Walk The Line

532 109 31
                                    

"Witch?!" Mulut Sunoo membulat disertai matanya.

"Hm." Ni-ki mengangguk. Matanya menyirat kan kecemasan yang ia rasakan sekarang.

"Mau apa sih dia kesini." Ujar Jungwon geram.

"Cih! Apalagi kalo bukan karna mudblood. Kayak gua." Ni-ki berdecih.

Mudblood mungkin bukan hanya dia. Tapi perbandingan antara para darah murni dan mereka hanya 0.1:100. Lihat! Yang seperti itu bahkan tidak dapat dikatakan minoritas. Sebut saja tidak ada.

"Heran gua sama klan lo. Cuman karna terlahir dari manusia, jadi dijulukin darah kotor. Udah kayak menstruasi aja gih." Nyinyir Jungwon.

"Lo yakin dia witch Ki? Sekilas gua liat patronusnya lebih ke tosca. Bukan biru selayaknya klan witch murni, atau hitam kayak punya lo. Apa gua yang salah liat?" Ujar Heeseung. Sebagai klan beast atau yang lebih dikenal 'binatang sihir', tentu Heeseung bisa melihat cahaya sihir dari klan witch.

"Patronus itu apaan?"

"Patronus itu hewan dari cahaya sihir untuk nunjukin arah, cara kerjanya sama kayak gelembung airnya klan siren... kayak gini.."
Ni-ki menghela nafas sejenak memunculkan tongkat sihirnya. Dan mengayunkannya seraya berucap "Expecto patronum."
Sedetik setelahnya, muncul siluet cahaya berwarna hitam pekat dengan selingan warna biru metalik membentuk seekor phoenix.

"Awesome." Jake menyahut. Bertahun tahun bersama Ni-ki, baru kali ini ia melihat sihir yang cantik. Tanpa sadar ia mengikuti kemana cahaya phoenix itu pergi. Diikuti ke 6 temannya termasuk si pemilik patronus, walau sepertinya ia sudah tau kemana patronusnya pergi.

Mereka semua berhenti tepat saat patronus Ni-ki menghilang. Hening sejenak sebelum Sunoo angkat bicara.

"Tunggu deh. Bocah witch tadi juga make patronus kan? Berarti dia juga butuh penunjuk jalan dong." Keningnya sekilas berkerut memikirkan sebuah kemungkinan saat patronus itu hilang tepat di depan kelas Ni-ki. Tidak mungkin kan Ni-ki membutuhkan patronus untuk menunjukkan jalan ke kelas nya?

"Ki... jangan bilang.." Ni-ki mengangguk sebelum Sunoo menyelesaikan kalimatnya.

"Witch tadi sekelas sama gua." Ujarnya.

Cuaca tiba tiba mendung. Matahari yang terik tergantikan dengan awan hitam nan lebat. Bahkan kabut menutup pandangan. Tanpa bertanya pun mereka tau itu perbuatan Jungwon. Mereka langsung melesat, membawa Ni-ki yang sempat mematung ditempat. Tujuan kali ini adalah rumah Heeseung. Tempat teraman mereka berkumpul saat ini selain ruang kosong disekolah.

Sebenarnya tempat teraman mereka itu kastilnya Jay. Tapi tidak memungkin kan Ni-ki dibawa kesana untuk saat ini.

Rumah Jungwon yang berada diatas pohon pun tidak mungkin untuk Sunghoon yang phobia ketinggian.

Jake? Jungwon sungguh tak menyukai rumahnya karna nuansa gelap dan anyir darah yang menyengat. Menjijikan.

Rumah Sunghoon juga sedikit tidak cocok dengan mereka. Walaupun mereka bisa bernafas dalam air jika berada di dekat Sunghoon, tapi tetap saja menyesakkan berlama lama di air. Tapi pernah satu hari dirumah kosong. Mereka ber 6 tanpa Sunghoon mengghibah tentang tempat tinggalnya. Mereka sepakat kalau yang menyesakkan itu bukan karna lama di dalam air, tapi karna para penghuni nya. Hell! Bagi mereka yang suka membanggakan ketampanan diri sendiri pasti merasa terkucilkan jika berhadapan dengan klan yang jika disebut nama klannya saja, yang terlintas di fikiran semua klan pasti 'sempurna'. Lupakan saja rumah Sunghoon.

Kalau Sunoo? Entahlah... dia tidak pernah mengajak mereka ke kediamannya. Mereka pun tak pernah menanyakannya. Mereka fikir Sunoo pasti punya alasannya sendiri yang tidak bisa diceritakan.

Expeliarmus | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang