Rumah kosong yang berada di tengah kota roma itu akan menjadi tempat terjadinya adegan berdarah nantinya.
Sepasang kekasih terlihat tengah bercumbu di depan rumah yang sebenarnya sudah kosong sejak lama itu.
Suara tembakan terdengar, bertepatan dengan kepala sang pria yang mengeluarkan darah. Sang wanita terlihat kaget dan langsung berteriak namun ia juga ikut menjadi korban penembakan dari jarak jauh itu.
"Target sudah di lumpuh kan"
Ucap seorang pria tampan yang tengah membidik dari jarak yang cukup jauh.Sambungan terdengar dari earphone yang ia pasang di telinganya.
"Perintahkan Renjun dan Chenle untuk masuk"
Ucap sang wanita paruh baya yang bicara dengannya di seberang sana.Pria tampan yang bernama lengkap Jeno Williams itu langsung menyetujui perintah sang boss yang sebenarnya adalah ibu kandungnya sendiri.
"Renjun, Chenle, segera masuk dan periksa lantai dua. Ada target yang bersembunyi di balik dinding sebelah kanan kamar"
Ucap Jeno memberikan intruksi lewat alat komunikasi mereka. Matanya terus tertuju kearah rumah dan layar kecil yang ada di tangan kanannya. Memeriksa informasi yang di berikan sang ibu padanya."Segera dilaksanakan!"
Sambung Renjun dan Chenle secara bersamaan.Jeno memperhatikan mereka dari kejauhan, rumah itu di penuhi dengan banyaknya jendela tidak bertirai. Membuat Jeno sangat mudah membidik kearah dalam rumah.
Gas tidur sudah Renjun lemparkan, beriringan dengan tembakan beruntun dari Chenle di dalam rumah itu. Anggota yang lain juga ikut masuk untuk melindungi anggota utama.
Lima orang berhasil di lumpuhkan. Namun satu orang yang merupakan boss mereka masih bersembunyi di balik tembok.
"Ijin untuk meledakan tembok"
Ucap Renjun tertuju pada sang boss."Di ijinkan"
Ucap sang boss yang langsung membuat Renjun dan Chenle mengambil jarak jauh setelah bom itu berhasil mereka aktifkan. Ledakan yang cukup parah terjadi, membuat sang pria yang ada di dalam sana terpental jauh keluar dari lantai dua.Jeno yang sudah turun dari tempat persembunyiannya langsung berjalan mendatangi pria itu dengan senjata yang selalu ada di tangannya.
Separuh wajahnya habis terbakar, namun ia masih bernafas.
"Kodenya!"
Ucap Jeno kepada si pria yang tengah meraung kesakitan itu."Tolong bunuh saja aku!"
Ucapnya yang masih meraung kesakitan."Mom, ijin membunuh"
Ucap Jeno kepada sang ibu yang masih tersambung dengannya."Kodenya Jeno!?"
Minta sang ibu."Dia tidak akan menjawab"
Ucap Jeno. Sang ibu terdengar menghela nafas pelan."Diijinkan"
Tembakan terdengar dari panggilan yang terhubung dengan Jeno.
Jeno meminta yang lainnya untuk segera keluar dari rumah yang sebentar lagi akan mereka ledakan itu.
"Mom, cctv"
Ucap Jeno yang berjalan cepat menuju mobil mereka dengan para anggotanya yang menyusul dari belakang tubuhnya."Sudah di matikan"
Ucap sang ibu. Jeno mematikan sambungan itu secera sepihak. Lalu menoleh kearah Jisung yang sudah menunggu mereka sedari tadi di dalam mobil."Lima kilometer dari sini ada helikopter yang akan menjemput kita. Kau hanya bisa mengendarai mobil itu dalam waktu sepuluh menit"
Ucap Jeno menunjuk kearah Jisung yang langsung di angguki Jisung dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Package (NoMark)
Teen FictionKisah cinta Jeno dan Mark yang berawal hanya dalam satu hari dan berakhir pada hari yang sama. Story from grandson (Mafia Wife)