Part 12 Melamar

81 14 24
                                    

Jogja 2016

 

Suasana bandara yang cukup ramai membuat gadis berpashmina hitam itu memfokuskan matanya ke arah pintu kedatangan. Arisa selalu senang jika berada di tempat ini. Tempat dimana mata-mata yang berharap cemas dengan binar kerinduan mencari-cari kedatangan orang yang muncul dari pintu di sana sembari menyeret koper atau menjinjing tas mereka.

Le, ibu kangen,” pekikan seorang wanita saat memeluk sosok yang baru saja tiba membuat Arisa ingin menangis haru.

Terpancar kebahagiaan mendalam di sana. Mata Arisa teralih saat rombongan kru pesawat mulai keluar dari sana. Para pramugari cantik satu persatu keluar menyeret koper mereka dengan anggun. Dua sosok pria terlihat setelahnya. Seragam putih dengan celana hitam yang membalut tubuh atletis itu melangkah tegap ke arah Arisa.

Arisa mengukir senyum terindahnya menyambut laki-laki yang tengah menujunya bersama rekan kerjanya.

I’m home,” ucap Julian.

Tangan kokoh itu merengkuh tubuh Arisa, membiarkan sang gadis membenamkan kepala di dadanya.

I miss you so much, Darl,” ucap Arisa.

I miss you more, langitku.”

“Ehem ...”

Deheman sosok di belakang Julian membuat dua sejoli itu menyudahi moment pengobat rindunya.

“Eh, iya lupa. Kamu inget kan dia? Jendra temenku di Bandung dulu. Dia ada acara sama keluarganya di sini, cuman keluarganya dateng besok. Nanti dia nginep di rumah.”

“Oh, hai Kak. Long time no see.”

“Je aja, nggak usah panggil Kak.”

Arisa terkekeh. “Okay, Je. Noted.”

Capt Ju!”

Seseorang berteriak dan terlihat tergopoh mendekat sembari menyeret kopernya. Seorang pramugari cantik terlihat membawa paper bag.

Capt ini yang kemarin dititipin, hampir saja saya lupa.”

Pramugari itu mendekat ke Jendra.

“That’s mine,” kata Julian.

Si pramugari mengalihkan pandang. “Oh God, sorry, Sir. Mirip sih. Kami sering pusing kalau Capt Ju dan Capt Je kerja bareng.”

Jendra terkekeh. “Gantengan juga saya, soalnya kalau Bang Ju udah ada yang punya.”

Arisa ikut tertawa, dia mengamati kekasihnya dan rekan kerjanya yang memang jika sedang menggunakan seragam terlihat mirip. Bedanya Julian sedikit lebih tinggi dan lesung pipi di kedua sisi.

Thanks, salam untuk suamimu ya. Dia nggak jemput?”

“Suami saya di sana Capt, nanti saya salamin.”

Selepas itu sang pramugari pergi.

“Lah, dia udah punya suami?”

“Udah, suaminya temen sekolahku dulu, dokter.”

Jendra terlihat kecewa, Arisa mengamati perubahan wajah rekan suaminya itu.

“Kita pulang sekarang?” tanya Arisa.

“Yuk, Mama pasti udah nungguin di rumah.”

Julian tak sedikitpun melepaskan satu tangannya di tubuh Arisa, meski satu tangan lainnya harus menarik koper. Arisa yang datang dengan mengendarai mobil milik Julian kini duduk manis di kursi penumpang.

UNMEI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang