Aroma obat yang sangat familier, menusuk indera penciuman pria yang terbaring lemah di ranjang itu. Kepalanya masih berdenyut nyeri. Perlahan ia membuka netra, sedikit demi sedikit, mengatur intensitas cahaya ruangan serba putih itu. Setelah fokus, bola mata itu bergerak ke kanan dan ke kiri.
“Sayang, Jendra.”
Merasa namanya dipanggil, pria itu menggerakkan kepalanya sedikit ke kiri. Sosok sang ibu terlihat begitu sedih, menatap ke arahnya.
“Mami,” lirihnya.
“Sayang, apa yang sakit? Papi udah perjalanan ke sini kok. Nanti kita langsung pulang ke Bandung ya.”
“Mi, aku kenapa?”
“Sayang, kamu pingsan tadi. Nanti malam kita pulang ya.”
“Joy mana, Mi?”
“Kamu nggak usah nanyain dia. Kamu fokus sama kesehatanmu aja, Sayang.”
“Mi, Jendra mimpi lagi. Jendra mimpi ketemu temen Jendra. Dia nangis.”
“Ssshh... Mami kan sudah bilang, mimpi itu bunga tidur. Sekarang kamu istirahat. Mami mau ke tempat perawat dulu, ngurus administrasi.”
Pria itu hanya bisa kembali terbaring dengan infus menggantung di samping kepalanya.
“Icha? Icha itu siapa? Apa aku pernah kenal dia?” Monolognya sembari mengernyit karena rasa sakit kepala datang lagi.
Pintu ruang rawat kembali terbuka dan sosok Joyce muncul.
“Abang? Abang udah sadar?”
“Dek? Dek Abang kenapa?”
Joyce mendekati sang kakak. “Abang tadi pingsan. Abang nggak inget? Abang jangan sakit lagi ya. Kalau Abang sakit, Joy pasti dimarahin sama Mami Papi.”
Pria itu mengulurkan tangannya kemudian tersenyum.
“Abang nggak apa-apa kok, nggak usah nangis. Sini duduk, Abang mau tanya sama kamu.”
Joyce akhirnya duduk di tepi ranjang, menatap sang kakak.
“Dek, apa kamu kenal yang namanya Icha?”
“Icha?”
“Iya, apa dulu Abang punya temen namanya Icha? Abang tadi mimpi ketemu orang, nggak tahu kenapa Abang bisa nyebut namanya. Icha.”
Joyce terlihat berpikir sebelum menggeleng.
“Abang nggak pernah punya temen perempuan,” kata Joyce.
“Ah tunggu! Ada, Icha, kakak Icha. Dia istri temen Abang. Dulu kita pernah liburan ke Jogja, terus ada temen kakak sama istrinya. Namanya Icha.”
“Jogja? Icha? Istri temen Abang?”
“Iya, Bang Ju namanya. Temen baik Abang dulu. Tapi, denger-denger dari Papi, Bang Ju udah meninggal katanya. Aku nggak tahu apa istrinya juga meninggal atau belum.”
“Ju?”
Joyce mengangguk. “Cari aja di sosmed, Bang. Kan bisa ditelusuri, tapi sayangnya nama Icha banyak. Sosmed Abang yang dulu ada kan?”
Pria itu menggeleng. “Abang kan nggak pernah main kayak gitu. Abang nggak inget.”
Joyce kemudian berselancar di ponselnya.
“Ini nih, cari aja di aplikasi ini. Abang download dulu, nah terus bikin akunnya. Abang bisa masukin nomor atau email lama Abang.”
“Joy, Abang kan nggak inget.”
"Aku punya kok email Abang yang lama. Biasanya password email Abang itu J0202J. Abang selalu pakai password itu buat email atau hal lain yang butuh pin. 0202, tanggal ulang tahun kita. Dua Februari."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNMEI (END)
RomanceJatuh hati pada dua pria yang punya nama panggilan yang sama membuat Arisa terjerat rumitnya perasaan. "Ian pergi dan meninggalkanku begitu saja, kemudian Mas Ian datang dan menawarkan surga. Namun, aku kembali kehilangan Ian ku, dan Ian yang lain...