Jogja 2022
“Mbak Icha! Mbak! Makan dulu, Mbak dari kemarin belum makan loh.”
Bujukan demi bujukan terdengar sejak kemarin. Arisa tetap mengunci diri di kamar. Pasca meluapkan segala perasaannya pada Fabian, dia merasa jiwanya kembali terkungkung dalam rasa sakit yang dulu bisa ia taklukkan.
“Icha! Buka pintunya, kalau nggak aku bakal dobrak pintunya.”
Arisa sudah tak punya tenaga lagi, dia hanya bisa meringkuk di atas sajadah dengan mukena terpakai. Di dalam dekapannya, foto Julian tersenyum dengan gagahnya mengenakan jas yang seharusnya ia kenakan saat hari pernikahan mereka.
“Icha!”
Tak lama suara dentuman di pintu terdengar. Tiga kali dorongan dan akhirnya pintu itu terbuka. Fabian segera berlari dan mendekat pada sosok yang terkulai lemah di atas sajadah itu.
“Icha, Icha,” panggil Fabian.
Arisa mendorong tubuh pemuda yang berusaha membopongnya itu menjauh.
“Jangan sentuh aku, Fabian! Aku ini sudah mau menikah! Mas Ian bisa salah paham!” teriak Arisa dengan suara paraunya.
“Icha! Dengerin aku! Julian itu sudah meninggal lima tahun lalu! Julian itu udah nggak ada. Dan itu artinya kamu udah nggak terikat apapun sama dia!”
Arisa bangkit, duduk dan menampar wajah Fabian.
“Mas Ian itu lagi tugas! Dia lagi terbang! Jangan sembarangan ngomong kamu!”
Mata Fabian memerah, dia benar-benar benci melihat gadis yang sangat dicintainya seperti itu.
“Icha, istigfar. Bang Julian nggak akan suka liat kamu kayak gini. Bang Julian pasti sedih ngeliat kamu belum ikhlasin dia.”
“Fabian cukup! Kamu nggak tahu rasanya jadi aku! Kamu nggak tahu betapa sedihnya aku, aku belum sanggup kehilangan dia! Aku nggak akan pernah bisa ngelupain dia!”
Fabian merengkuh tubuh yang lemah itu. Tangan Arisa terus berusah menjauhkan sang pria dari dirinya tapi dekapan Fabian terlalu kuat.
“Silakan pukul aku, silakan kamu benci aku, tapi aku nggak akan pernah ngelepasin kamu. Dulu aku pergi, Bang Julian datang buat nemenin kamu. Sekarang Bang Julian pergi, maka aku yang akan gantiin posisi dia buat jaga kamu.”
Ucapan Fabian membuat Arisa berhenti memukuli pemuda itu.
“Ian, Mas Ian kenapa nggak pulang? Apa Mas Ian benci sama aku karena aku selalu bikin repot dia kayak waktu kamu pergi dulu? Kenapa aku selalu ditinggal orang yang aku sayang?” tanya Arisa sembari menyandarkan kepalanya di dada Fabian.
“Nggak Cha, ini bukan salahmu. Dulu, aku bilang aku benci sama kamu biar kamu nggak sedih aku tinggal pergi. Aku bohong sama kamu, Cha. Aku sayang sama kamu. Sampai sekarang, sampai saat ini.”
“Ian jahat! Ian bohongin aku,” isak Arisa.
“Maafin aku, Cha. Aku emang jahat, aku jahat. Aku pengen nebus semuanya, Cha. Ijinin aku buktiin kalau aku bener-bener sayang sama kamu.”
Arisa menggeleng. “Aku nggak bisa Ian. Cintaku cuman buat Mas Ian. Bukan yang lain.”
“Aku tahu, aku tahu seberapa besar cintamu buat Bang Julian. Aku nggak masalah kalaupun selamanya kamu nggak cinta sama aku. Tapi, tolong, kasih aku kesempatan buat gantiin posisi Bang Julian jagain kamu.”
Foto Julian terjatuh, kepala Arisa melunglai.
“Cha, Icha?” Fabian memanggil-manggil nama gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNMEI (END)
RomansaJatuh hati pada dua pria yang punya nama panggilan yang sama membuat Arisa terjerat rumitnya perasaan. "Ian pergi dan meninggalkanku begitu saja, kemudian Mas Ian datang dan menawarkan surga. Namun, aku kembali kehilangan Ian ku, dan Ian yang lain...