🏨PHEROMONES🏨
“Mau bermain?” tanya Kyuhyun menaikkan sebelah alisnya.
Aku mengamatinya─wajah bangun tidur, rambut berantakan, piyama satin hitam dan bibir basah setelah minum air.
Semua itu membuatku mengartikan pertanyaannya mengarah ke hal lain.
Bodoh.
Rutukku saat menyadari bukan itu maksud Kyuhyun, matanya mengarah pada bidak kuda yang kupegang.
Aku kemudian memutar bidak catur menimang, sampai sebuah ide menghampiri kepalaku.
“Dengan taruhan, bagaimana?” tawarku padanya.
Pria itu menunjukan wajah tertariknya.
“Jika aku menang maka kau akan keluar dari rumah ini”
Kyuhyun mengusap rambut bangun tidurnya yang berantakan, kemudian menumpu dagu dengan tangan dan menatapku,
“Baiklah, tapi jika aku menang, maka kita pacaran”
Aku memundurkan wajah terlonjak.
“Mwo? Apa kau sedang memintaku untuk menjadi selingkuhanmu? Tidak” tolakku mentah. Mana aku mau menjadi selingkuhan wanita penabrak mobilku?
“Hanya tiga hari” tawarnya lagi, mulai bernegosiasi, yang tidak kupungkiri, mulai membuatku tergiur.
Maksudku, itu hanya tiga hari. Apa yang bisa kami─, ani maksudku Kyuhyun lakukan padaku hanya dalam kurun waktu tiga hari? Lagipula jadwalku kedepan sangat padat, jadi akan sangat mudah untuk menghindarinya kalau-kalau aku kalah bermain.
“Kau hanya perlu menang jika tidak mau menjadi kekasihku” katanya lagi─meyakinkanku.
Dan aku tergoda.
~🏨🏨🏨~
Argh.
Aku mengerang frustasi saat pergerakan bidak rajaku mati. Kekanan ada menterinya, ke belakang tidak bisa─aku sudah diujung papan, memakan menterinya maka aku akan dimakan bentengnya. Sial.
Benar-benar skakmat.
Argh.
Sedangkan pria ini hanya menatapku dengan kedua sudut mata naik, dan giginya memainkan─menggigit-gigit kecil, menteriku yang sudah mati ditangannya satu langkah sebelumnya.
Membuatku tiba-tiba retoris mengingat bagaimana bibir dan giginya pernah bekerja pada bibirku, bahkan puncakku dengan gerakan lambat.
Astaga.
Aku pasti sudah gila.
Aku memejamkan mata menepis imajinasi gilaku.
Kemudian kembali menatap papan catur yang sudah tidak ada setitikpun asa disana.
Sial.
Aku bahkan sudah rela tidak menonton dua set pertandingan dengan bekal keyakinan akan bisa mengalahkan Kyuhyun dan membuatnya angkat kaki dari rumah ini.
Tapi apa? Aku kalah.
Fuck.
Aku menghempaskan tubuh ke kaki sofa─kami berdua duduk di lantai, menggeser meja di depan TV ke samping dan menggelar papan catur disana.
“Dimulai besok” katanya, ikut menyenderkan diri di kaki sofa.
“Tunggu, ini sudah awal hari, jadi dimulai hari ini” koreksinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHEROMONES
Lãng mạnSebaiknya enyahkan stereotip; dokter itu pecinta buku dan membosankan. Karena, Kim Hyein─gadis itu bukan pecinta roman picisan, lebih mengarah ke pencinta casino dan club terlebih dengan tato di belakang telinga, tindikan dan rambut diwarna. Hidup...