26. Green Mug

158 32 0
                                    

🏨PHEROMONES🏨

Aku meniup bibir mug hijau berisi teh panas yang baru saja kubuat. Kepalaku memang masih sedikit pusing, tapi aku sudah bisa untuk sekedar turun ke dapur dan membuat teh tanpa bantuan Kyuhyun.

Sebenarnya tadi pria itu memintaku untuk memanggilnya jika ada yang kuperlukan─dengan nada sedingin esnya, sepertinya pria itu marah, dan karena alasan itulah aku lebih memilih untuk mengurus diriku sendiri malam hari ini, seperti untuk membuat teh sendiri, misalnya. Yah, walaupun kemarahannya tidak menghalangi Kyuhyun untuk tetap membawakanku makan siang dan mengganti kompresku tadi.

Aku kembali meneguk teh hijau yang warnanya terlihat lebih pekat dari aslinya karena pantulan warna mug─hijau gelap, untuk mengaliri kerongkonganku kesekian kalinya sambil menunggu bubur abalone yang kupesan sebelum membuat teh tadi.

Menyesap teh hijau dan menghabiskan waktu dengan meniup-niup kepulan asap dari mug hijau favoritku, berharap itu dapat mengusir sisa-sisa pusing di kepala yang sudah mulai mereda dibanding tadi pagi.

Dua puluh menit sampai tehku hampir habis dan bel rumah kami berbunyi. Aku segera mengambil pesananku. Sangat bersyukur akan kemodernan dunia sekarang ini, semuanya menjadi sangat mudah, bahkan memungkinkanmu untuk mendapatkan makanan tanpa bantuan disaat kau sakit.

Saat berbalik untuk ke meja makan aku menemukan Kyuhyun sudah duduk disana, ditempatku tadi, dengan tangan menyilang angkuh, mungkin karena mendengar bel rumah berbunyi atau mungkin akan membuatkanku makan malam? Entah, aku tidak bisa membaca pikirannya, lagi pula siapa yang ingin dibuatkan makan malam olehnya?

Lebih baik aku terjun dari ketinggian 3000 kaki daripada harus mengemis makanan padanya, yah walaupun ia sendiri yang tadi pagi mengatakan akan merawatku.

Sungguh, tidak perlu, aku bisa sendiri. Tidak sulit bertahan hidup di dunia modern sekarang ini.

Aku memilih membuang muka, berlalu ke arah dapur untuk mengambil sendok dan melenggang untuk menghabiskan makananku di sofa depan tv.

Baiklah, sebenarnya bukan Kyuhyun saja yang mendinginkanku, tapi aku juga sedang mendinginkan bubur yang masih cukup panas untuk bisa masuk ke saluran pencernaanku, sekaligus mendinginkan Kyuhyun untuk meredakan amarahnya, mungkin?

Sepuluh menit kuhabiskan untuk menandaskan setengah bubur abalone kesukaanku yang kali ini tidak begitu terasa enak di lidah. Aku berbalik untuk kembali ke dapur dan pria itu masih disana.

Aku mendengus dan memutuskan untuk berjalan ke arahnya setelah meletakan alat makanku di meja dapur serampangan.

"Kita resmi selesai besok, Kyuhyun"

Pria itu meliriku sebentar dan kembali beralih pada ponselnya, sedangkan aku hanya terpaku diam menunggu reaksinya.

Benarkah? benar ia sedang marah? Tapi kenapa? Karena aku tidak membiarkannya bolos? Atau karena aku berkata tidak perlu dijaga olehnya? Atau karena aku berkata akan memanggil Jungsuk? Atau mungkin semuanya?

"Kau menghabiskan hari terakhir kita dengan sakit, bagus sekali"

"Ini di luar kendaliku" sangkalku.

"Sebenarnya dalam kendalimu, jika saja kau menggunakan gelar kebanggamu sebagai dokter anestesi terhandal di Korea, kau bisa menuntut mereka untuk tidak menumpuk jadwalmu seperti itu"

Belum sempat aku menjawab kalimatnya, Kyuhyun sudah lebih dulu kembali membuka suara, "Kecuali jika kau sendiri memang merencanakan untuk sakit hanya untuk menghindariku" tuduhnya.

Sial.

Aku harus menyanggah bagaimana? Karena tuduhannya tidak seratus persen salah. Ya, aku memang tergiur akan liburan yang ditawarkan Dokter Baek, tapi tujuan utama adalah untuk menghindari Kyuhyun.

PHEROMONESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang