Happy reading...
🏨PHEROMONES🏨
Buliran air bening itu masih betah menghujam bumi. Bedanya hanya dengan volume lebih kecil daripada beberapa menit yang lalu.
Hari ini hujan, yang sangat tidak masuk akal jika terjadi di tengah musim panas.
Dan sialnya, ini nyata terjadi.
Aku harus menaiki taksi untuk menuju Le Cafe, karena mobilku baru selesai sore nanti, sedangkan mobil yang lain ada di rumah utama. Dan sialnya lagi, sopir taksi ini adalah contoh baik untuk; sopir-taksi-tidak-profesional. Bisa-bisanya ia langsung menurunkanku saat seseorang menghentikannya dalam jarak tiga puluh meter kurang dari tujuanku.
Aku terpaksa menggunakan tas Chanelku untuk menangkis buliran hujan. Kakiku melangkah lincah melewati genangan air yang terbentuk pada beberapa bagian permukaan bumi Seoul yang tidak rata.
Menyeka air hujan yang mengenaiku saat sampai di teras Cafe, aku mendesah kesal. Mengumpati situasi yang seakan tidak mengizinkanku menemui Junghyun sejak kemarin. Oh ayolah, aku hanya ingin memutuskan pria dengan kadar romantisme selangit itu.
Pria itu, Han Junghyun, bukan pria yang buruk. Bahkan ya bisa dibilang memperlakukanku dengan sangat baik selama kami menjalin hubungan sebulan ini.
See? Belum lengkap lima langkah aku memasuki Cafe, ia sudah langsung berdiri dari duduknya saat melihatku. Menyambutku bagaikan permaisurinya. Oh baiklah itu sedikit berlebihan lagipula aku tidak menggunakan gaun putih yang menjuntai sampai kakiku ataupun kalung dan mahkota emas bertabur berlian seperti yang biasa digunakan oleh para permaisuri. Tapi intinya Junghyun memperlakukanku sejenis itu.
“Kenapa tidak membawa payung? Kau basah” kata pria itu dengan nada khawatir. Tapi tidak di mataku. Pria itu harus mendapatkan hukumannya.
Aku memberikan senyumanku padanya. Membawa Junghyun duduk kembali ke kursinya.
Setelah memuaskan lidahku dengan beberapa potong waffle dengan topping krim kocok dan saus karamel aku berkata,
“Aku ingin putus Oppa” kataku dan kembali memasukan potongan waffle itu kedalam mulutku. Tidak terganggu dengan reaksi tersedaknya oleh kopi yang memasuki saluran pernafasannya.
“Tidak bisakah kita tetap bersama?” tanyanya penuh harap dengan wajah memelas yang sudah sering ia tunjukan padaku saat menawarkan menonton film bergenre roman picisan favoritnya ataupun dinner─yang sering kutolak tentu saja. Ck!
Wajahnya juga sedikit mengkerut, menahan perih akibat kopi salah alamat tadi yang cukup banyak, menurutku. Bahkan sepertinya mencapai hidungnya, membasahi saluran nafas bagian atasnya bercampur dengan lendir hidungnya, ugh aku tidak ingin melanjutkan analisisku tentang sampai mana perjalanan kopi itu.
Aku meletakan pisau dan garpu waffle di meja tapi masih menggenggamnya di kedua tanganku, menyisakan setengah pisau itu masih teronggok di tengah waffle yang tengah kupotong.
“Oppa” kataku penuh penekanan
“Dengan kepekaamu yang tinggi ini bukankah kau bisa merasakan kalau aku tidak ada perasaan dalam hubungan ini? Selama ini?”Aku menatap Junghyun tepat di irisnya.
“Aku tidak apa-apa selama bisa bersamamu Hyein, perasaan itu mungkin akan tumbuh nanti, siapa yang tahu kan”
Aku melepaskan genggamanku pada garpu dan pisau waffle, pria itu berhasil menghilangkan seluruh nafsu makanku.
“Tentu aku tahu, kalau itu tidak akan pernah bisa”
KAMU SEDANG MEMBACA
PHEROMONES
RomansaSebaiknya enyahkan stereotip; dokter itu pecinta buku dan membosankan. Karena, Kim Hyein─gadis itu bukan pecinta roman picisan, lebih mengarah ke pencinta casino dan club terlebih dengan tato di belakang telinga, tindikan dan rambut diwarna. Hidup...