Part 24

1.2K 103 11
                                    


Naruto © Masashi Kishimoto

Hari berlalu berganti bulan. Waktu berputar terus berjalan. Tak peduli pada siapapun yang ingin menghentikan.

Hari penghakiman untuk para mafia telah tiba. Menghadirkan nama-nama orang berpangkat tinggi negara. Sungguh suatu ironi. Bagaimana bisa menghilangkan peredaran obat-obatan terlarang jika para pembesar negara ada dibelakang mereka.

Setelah beberapa kali ditunda entah karena apa, sidang akhirnya dilakukan. Yang anehnya tanpa pengawalan sangat ketat. Mengingat para tersangka sebagian orang-orang penting.

Sasuke duduk tanpa ekspresi. Membaur bersama para detektif dan kepala polisi. Satu persatu para saksi telah dihadirkan. Namun tak ada satu pun yang dianggap mampu memberatkan tersangka.

Hingga tiba waktu dihadirkannya saksi kunci. Seorang penasehat negara, Nara Shikamaru, memberi kesaksian sekaligus bukti yang tak terbantahkan.

Sasuke mengikuti persidangan dalam diam. Tiba-tiba insting dalam dirinya seolah menyuruhnya menoleh. Ia mulai memperhatikan sosok orang asing yang bergelagat mencurigakan.

Saat sosok itu mulai mengeluarkan suatu benda dari sakunya, Sasuke mendadak menyadari sesuatu. Saksi kunci berada dalam bahaya. Secepat kilat Sasuke beranjak berlari menerjang Shikamaru. Bersamaan dengan suara letusan senjata api.

Seketika suasana ricuh. Kepanikan melanda. Beberapa polisi mencari sumber suara tembakan. Sebagian berlari kearah Sasuke yang terlungkup melindungi sang penasehat negara.

Fugaku menjadi yang pertama menghampiri mereka. Memerintahkan untuk mengamankan saksi kunci. Hatinya mencelos saat melihat noda darah merembes dari punggung putranya. Ia segera mencoba menghentikan pendarahan.

Setelah memastikan saksi kunci aman, pelaku pun berhasil ditangkap. Fugaku segera membawa Sasuke ke rumah sakit. Ia merasa teramat berang. Bagaimana mungkin seseorang yang membawa pistol bisa ikut memasuki persidangan.

Ia berkendara seperti kesetanan. Memencet klakson berkali-kali untuk menyingkirkan yang menghalangi meski suara sirine telah ia bunyikan. Perjalanan terasa begitu jauh. Ditengah rasa frustasi, Fugaku mendengar suara lirih putranya.

" Ayah, aku minta maaf. Maafkan aku karena tak mampu menjadi anak yang bisa kau banggakan. Aku memang sempat membencimu. Tapi percayalah. Aku sangat menyayangimu."

" Sasuke diamlah. Kau harus bertahan. Kau bukan orang yang lemah."

Sasuke menurut. Ia hanya diam menatap wajah kalut ayahnya. Rasa panas membakar punggung hingga menembus perutnya. Ia bisa merasakan darah tak berhenti mengalir dari tubuhnya.

Dalam hati ia bertanya, sesakit inikah yang dirasakan Hinata sebelum kematian merenggutnya. Pandangan matanya mulai memburam. Ia tersenyum.

" Ayah jangan pernah merasa bersalah. Aku menyayangimu."

Lalu gelap menguasai. Suara Fugaku berteriak memanggil namanya dan memintanya bertahan menjadi hal terakhir yang didengarnya.

**"**

" Sasuke-kun."

Suara lembut yang begitu dirindukannya terdengar. Ia takut untuk membuka mata. Ia takut suara itu menghilang dan hanya imajinasinya.

" Sasuke-kun. Ayo bangun."

Sekali lagi suara lembut itu terdengar memnjakan telinganya. Lalu ia merasakan sentuhan lembut dipipinya. Menyadari ini bukan hanya halusinasi.

Perlahan Sasuke mulai membuka matanya. Cahaya putih terang begitu terasa menyilaukan. Ia mengerjap beberapa kali. Saat mulai mampu melihat, ia begitu terpana.

Seorang wanita cantik berdiri dihadapannya. Senyuman manisnya seolah tak pernah sirna. Tangannya terulur menyambutnya. Saat itulah ia menyadari bahwa ia tengah duduk di padang bunga entah dimana.

Jemarinya meraih wanita yang paling dicintainya. Ia berdiri. Mendekapnya begitu erat.

" Aku sangat merindukanmu. Jangan tinggalkan aku lagi."

Hinata melepas pelukan. Memberi senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya.

" Selamat datang Sasuke-kun. Kami ada kapanpun kamu datang."

Sasuke mengernyit tak mengerti.

' Kami? Siapa?'

Hinata seolah mengerti. Ia meminta Sasuke menoleh. Sasuke menurut. Seketika perasaan haru menyelimuti.

Disana ada Itachi. Kakak yang begitu disayanginya. Berdiri berdampingan bersama seorang wanita cantik yang menggendong seorang balita. Mereka semua tersenyum.

Air mata Sasuke luruh. Ia mengenali wanita itu. Beliau adalah ibundanya. Meski hanya pernah melihat dari fotonya, ia begitu yakin bahwa wanita disamping Itachi adalah Uchiha Mikoto. Sang ibu yang tak pernah dilihatnya sejak lahir.

" Kakak.. Ibu.. "

Lalu pandangannya jatuh pada seorang bayi laki-laki dipelukan ibunya. Air mata mengalir semakin deras. Ia menyadari sesuatu.

Hinata menggenggam erat jemarinya. Mengajaknya bergabung bersama Itachi dan Mikoto. Diraihnya bayi laki-laki yang kini membuka matanya. Mengerjap lucu menampilkan iris mata berwarna kelabu. Bayi itu tertawa dalam pelukan Sasuke.

" Putraku.."

Perasaan haru dan bahagia terasa membuncah. Sasuke tak ingat kapan terakhir kali merasa seperti ini. Segalanya terasa ringan. Terasa begitu lega. Berkali-kali ia mengucap syukur. Mampu berkumpul bersama orang-orang yang begitu ia cintai. Lalu perlahan cahaya hadir. Manyilaukan. Semuanya tampak samar. Lalu segalanya hilang.

Saat itulah Uchiha Sasuke menghembuskan nafas terakhirnya. Setelah berjuang bertahan selama empat jam di meja operasi. Kematian datang memeluknya. Membawanya kembali pada keluarga tercinta yang telah berpulang mendahuluinya.


Selesai


Akhirnya selesai juga cerita tidak jelas ini. Ini cerita pertama yang saya tulis. Begitu banyak ide cerita dikepala saya. Namun ternyata menuangkannya dalam sebuah tulisan tak semudah yang saya bayangkan. Kesibukan menjadi penghalang utama tak memberi waktu untuk menulis.

Tak terhingga rasa terima kasih untuk yang sudah mau membaca, voting dan memberi komentar dalam cerita ini. Saya sungguh tak menyangka akan mendapat dukungan sebanyak ini.

Saya sungguh meminta maaf atas update cerita yang sangaaat lamaa. Sekali lagi terima kasih buat semua pembaca. Semoga lain waktu saya bisa membuat cerita yang lebih baik lagi.

Kritik dan saran saya terima dengan senang hati.

Terima kasih...

Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang