Naruto © Masashi Kishimoto
Sasuke x Hinata
Malam berganti pagi. Hari-hari musim gugur terus berganti. Dedaunan jatuh seolah ikut merasakan duka. Pemakaman Uchiha Itachi telah berlangsung beberapa hari lalu. Namun belenggu nestapa tak jua pergi.
Fugaku diangkat menjadi kepala polisi atas jasanya. Tapi hidupnya terasa hampa. Upacara pelantikan dijalaninya setengah hati. Kekecewaan terpampang nyata saat vonis hukuman untuk Orochimaru tak sesuai kehendaknya. Penjahat itu mengaku tak sengaja karena rem mobilnya blong. Hakim mempercayai nya begitu saja. Entah apa yang terjadi diantara mereka.
Sementara itu setelah mendengar berita kematian kakaknya, Sasuke yang jatuh pingsan tak kunjung bangun juga. Dia seolah enggan untuk menghadapi kenyataan yang menanti. Kesedihan Fugaku semakin dalam. Ia takut takdir akan membuatnya merasa kehilangan lagi. Dokter mengatakan Sasuke mengalami syok. Tapi kondisi tubuhnya baik-baik saja.
Fugaku menangis diam-diam. Hal yang hanya dilakukannya ketika sendirian. Sama seperti ketika dia kehilangan sang istri. Dia tak pernah pandai menunjukkan perasaannya. Terlihat sangat kuat dan tegar dimata orang lain. Padahal tidak. Dia hanya seorang manusia. Sejujurnya hatinya begitu rapuh setelah dihujam begitu banyak luka dan duka.
Ditengah air mata Fugaku yang berderai, perlahan Sasuke mulai membuka matanya. Iris sehitam batu onyx terlihat. Dengan cepat Fugaku menghapus air matanya. Beranjak menghampiri ranjang rumah sakit tempat putra bungsunya tertidur selama empat hari. Bertanya bagaimana keadaannya. Namun Sasuke hanya diam. Menatap hampa langit-langit ruangan.
Fugaku tidak tahu harus bagaimana. Dia kebingungan menghadapi putranya sendiri. Berpikir tentang cara mengobati luka hati putranya. Padahal dia sendiri hanya berpura-pura tak terluka.
Sejak hari itu Sasuke menjadi pendiam. Dia lebih senang menyendiri. Tiap pulang sekolah ia akan masuk ke kamar Itachi. Berbaring di ranjang kakaknya lalu menangis diam-diam. Fugaku mengetahuinya tapi bertindak seolah ia tak tahu. Memberi waktu pada putranya untuk sembuhkan luka. Meskipun mungkin sama sepertinya. Hanya berpura-pura.
Suatu waktu, Sasuke berjalan pulang dari sekolahnya. Langkahnya terhenti saat mendengar suara isakan anak perempuan. Saat menoleh ia mendapati seorang gadis kecil tengah berusaha memanjat sebuah pohon, namun gadis itu terus terjatuh. Air mata tampak mengalir di pipinya. Sasuke mendengus seolah berkata betapa bodohnya.
Tanpa peduli Sasuke kembali beranjak pulang. Baru beberapa langkah tiba-tiba dia teringat pesan Itachi. Kakinya terhenti. Menimbang harus berbuat apa. Akhirnya dia memutuskan berbalik. Kembali ketempat gadis kecil tadi.
" Apa yang kau lakukan? Sudah tahu jatuh kenapa kau terus mengulanginya?" Gadis itu menatap Sasuke. Lalu menunduk sambil mengusap air matanya.
" A-aku hanya mencoba mengambil ranselku." Suaranya begitu kecil. Terus menunduk seolah Sasuke adalah makhluk yang menyeramkan.Sasuke mendongak ke atas pohon. Benar disana ada sebuah ransel yang tersangkut ranting. Sasuke mendengus kemudian dengan cepat memanjat pohon. Dengan mudah mengambil ransel itu. Sang gadis memperhatikan dengan takjub.
" Dasar bodoh. Bagaimana mungkin ranselmu bisa sampai ada diatas sana?" Sasuke mengomel sambil menyerahkan ransel ditangannya. Si gadis menerimanya dengan malu-malu. Wajahnya memerah dengan lucu.
Sasuke hendak berbalik saat sebuah tangan mungil menahannya.
" Te-terima kasih. Namaku Hinata. Hyuuga Hinata. Tadi kakak sepupuku iseng melempar ranselku ke atas pohon."Si bungsu Uchiha masih diam mengamati. Nama Hyuuga sepertinya tidak asing baginya. Tapi ia lupa siapa.
" Namaku Uchiha Sasuke. Harusnya kau hajar saja sepupumu itu." Sasuke menyahut asal. Gadis itu kembali menunduk.
" Tapi aku takut padanya." Suaranya begitu pelan seperti mencicit. Sasuke mendengus lagi." Kalau begitu biar aku yang menghajarnya. Bilang padaku jika dia berbuat buruk lagi." Hinata mendongak. Tersenyum manis. Manis sekali. Sejenak Sasuke dibuat terpana.
" Terima kasih Sasuke-kun."
Hanya sebuah kalimat tapi mampu membuat Sasuke kehilangan kata-kata.
" Hn." Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Lalu ia berbalik dan beranjak pergi. Jantungnya berdetak tak wajar. Entah kenapa dia merasa senang.Langkahnya begitu ringan. Tak sabar segera pulang dan menceritakan semuanya pada kakaknya lewat buku jurnal. Ya dia menepati janjinya untuk menulis semua kisahnya di buku jurnal Itachi.
Ia ingin memberitahu kakaknya tentang perasaan asing ini. Sebuah debar tak wajar dan hati berbunga-bunga. Oh si bungsu Uchiha ternyata tengah merasakan indahnya cinta pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Rose
FanfictionDetektif jenius yang kehilangan kewarasan karena kehilangan sosok paling dicintai. Namun, pagi itu dia menemukan istrinya kembali padanya. Nyatakah ini? Atau hanya serangkaian mimpi indah yang selalu berakhir buruk? Seperti mimpi-mimpi yang mengha...