Naruto © Masashi KishimotoSasuke x Hinata
Awan kelabu nampak menghiasi angkasa. Udara lembab terasa begitu pengap. Mekar bunga sakura tak mampu memberi warna pada suasana suram. Segalanya terlihat kelam.
Alam seakan ikut berduka atas kepergian Uchiha Hinata. Indahnya musim semi meredup. Bahkan burung enggan berkicau.
Pagi itu terdengar isak tangis di kediaman keluarga Hyuuga. Suasana duka begitu terasa. Kepergian Hinata begitu tragis. Saat akan melahirkan putranya beberapa hari lagi justru maut datang menjemputnya.
Kerabat dan teman-temannya datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Neji memilih mengunci diri di kamar. Sejak mendengar kabar kepergian Hinata ia sama sekali tak mau makan dan minum. Hatinya remuk tak bersisa. Baginya tak apa ia terluka asal tetap masih bisa melihat senyum Hinata. Tapi kini segalanya sirna.
Fugaku memilih menyendiri. Segala rasa sakit yang dulu dikuburnya dalam-dalam terasa lagi. Ia merasakan kehilangan untuk kesekian kalinya. Menantu satu-satunya. Dan cucu yang telah lama dinantinya.
Perasaan duka Fugaku bertambah saat putra semata wayangnya kini tak kunjung sadarkan diri. Sama seperti saat kematian Itachi dulu, Sasuke seolah tak mau terjaga. Trauma yang dialaminya dulu kini memburuk. Kini Sasuke terbaring di ranjang rumah sakit dengan pengawasan penuh.
Di tengah suasana duka tiba-tiba terdengar suara tembakan. Semua panik mencari sumber suara. Hiashi menyadari sesuatu. Ia berlari ke kamar Neji. Namun pintunya terkunci. Beberapa saat kemudian Fugaku datang. Mereka mencoba mendobraknya.
Pintu kamar terbuka. Sebuah pemandangan menyakitkan lain terlihat. Neji terbaring di lantai bersimbah darah. Sisi kepalanya hancur. Pistol masih menempel di tangannya.
Hiashi seketika lemas. Begitu banyak duka mampu menghancurkan seorang Hiashi yang terkenal tegas dan keras. Fugaku kehilangan kata-kata. Ia merasa hampir gila.
Langkah terburu-buru terdengar. Hanabi dan ibunya datang menyusul. Seketika terdengar jeritan pilu. Mengundang penasaran para tamu. Fugaku membawa mereka keluar. Menutup pintu dan menghubungi polisi.
Beberapa waktu kemudian polisi datang. Diikuti mobil ambulans yang membawa Neji ke rumah sakit. Sungguh kejadian tak terduga. Luka tak henti-hentinya menghujam keluarga Hyuuga.
Seminggu berlalu setelah pemakaman kedua Hyuuga. Sasuke tak kunjung sadar. Fugaku menemani disisi ranjangnya. Terus membisikkan kalimat penguat pada putra semata wayang. Berharap sang putra segera terjaga dari tidur panjangnya.
Do'a dan harapan Fugaku terkabul. Ia melihat jemari Sasuke bergerak. Tak lama mata sehitam batu onyx terbuka. Namun hanya tatapan kosong yang terlihat. Fugaku memanggil nama Sasuke untuk meraih atensinya.
Namun yang kemudian didapatinya Sasuke justru berteriak histeris. Ia memanggil nama Hinata. Tangannya terulur seolah mencoba meraih sesuatu. Air mata mengalir membasahi wajah pucatnya. Fugaku berusaha menguasai diri dari keterkejutannya. Mencoba menenangkan Sasuke. Dirasa usahanya tak ada hasil, Fugaku memanggil dokter.
Dokter dan beberapa perawat masuk. Fugaku keluar ruangan. Kepalanya terasa berat. Entah kejadian apa lagi yang harus ia hadapi. Berbagai hal buruk datang silih berganti. Dia merasa Tuhan begitu kejam padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Rose
FanfictionDetektif jenius yang kehilangan kewarasan karena kehilangan sosok paling dicintai. Namun, pagi itu dia menemukan istrinya kembali padanya. Nyatakah ini? Atau hanya serangkaian mimpi indah yang selalu berakhir buruk? Seperti mimpi-mimpi yang mengha...