Part 4

1.5K 142 2
                                    


Naruto © Masashi Kishimoto

Sasuke x Hinata


Waktu adalah hal yang kejam. Ia selalu berputar tanpa memperdulikan segala yang terjadi. Tanpa menoleh sedikitpun dia akan terus melangkah. Tak akan mau kembali meski begitu banyak yang memohon. Tuhan telah menjadikannya sesuatu tanpa perasaan.

Penantian panjang telah dilalui ayah dan anak bermarga Uchiha. Sasuke tertidur di kursi tunggu. Tidurnya tampak gelisah. Dengan harap cemas sang ayah menghampiri dokter yang keluar dari ruang tindakan. Seorang dokter terbaik kenalan Fugaku bernama Hiashi. Dia terlihat lelah. Tentu, selama berjam-jam ia telah berjuang menyelamatkan seorang remaja dari jerat kematian.

Menghela nafas dia meminta waktu sejenak. Berkata akan menjelaskan semuanya di ruang pribadi miliknya. Fugaku menurut. Langkahnya terasa berat. Sebagai polisi tentu ia memahami arti ekspresi seseorang. Dan dengan melihat wajah Hiashi, dia tau ada sesuatu yang tidak baik.

Fugaku menidurkan Sasuke di sofa ruang Hiashi. Sebuah ruangan yang rapi dan sunyi. Beberapa lama kemudian Hiashi muncul. Dia membawa beberapa lembar rekam medis Itachi. Fugaku beranjak mengikuti. Duduk diam dihadapan sang dokter.

" Kondisi Itachi bisa dibilang kurang baik. Kini dia masih kritis. Bisa kau lihat beberapa tulang rusuknya patah. Lengan kanan dan kakinya juga. Keadaan semakin parah saat patahan tulang rusuk melukai paru-parunya. Dia juga kehilangan banyak darah. Tapi sepertinya harapan hidupnya sangat tinggi. Usaha terbaik sudah dilakukan. Kini kita hanya bisa berdo'a." Hiashi menjelaskan panjang lebar.

Fugaku menghela nafas. Dia memang sudah menyiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Tapi mendengar ucapan Hiashi barusan tentu membuatnya terpuruk.

Itachi adalah putra kebanggannya. Bayi yang mampu membuatnya tersenyum ketika ia menggendongnya untuk pertama kali. Itachi selalu bisa memenuhi harapannya. Dia tumbuh penuh bakat. Semakin sempurna karena tidak angkuh dan egois seperti ayahnya.

Kehilangan sosok ibu diusia tujuh tahun pun tak mampu mengubah pribadi seorang Itachi. Dia tetap tumbuh menjadi anak baik yang begitu menyayangi adiknya. Bahkan Fugaku mengakui ada segores luka dihatinya ketika menatap Sasuke. Padahal ia tahu betul kepergian istrinya bukanlah kesalahan putra keduanya.

Sebuah fakta pahit yang membuktikan bahwa Itachi lebih kuat dari dirinya. Dia tidak tahu bagaimana jika seandainya Sasuke tumbuh tanpa kakaknya. Sekali lagi ia bersyukur memiliki seorang Itachi.

Malam panjang terlewati. Sang surya memulai tugasnya menerangi seluruh makhluk di bumi. Cahaya menyilaukan menembus jendela kaca bangunan putih. Rumah sakit itu masih sepi. Sesunyi hati Uchiha Fugaku. Dia menunggu didepan ruang ICU. Disana Itachi terbaring lemah dengan segala alat penopang hidupnya.

Sasuke mulai terbangun. Matanya terasa berat. Menangis seharian tentu membuat netranya tersiksa. Dia menoleh kearah ayahnya yang terjaga sepanjang malam. Lalu pandangannya teralih ke pintu ruang ICU. Dia berdiri dan melangkah mendekat. Dari kaca kecil dia melihat kakaknya. Begitu banyak perban melilit tubuhnya. Sungguh pemandangan yang menyesakkan.

Fugaku hanya diam mengamati. Tiba-tiba ponselnya bergetar. Ada sebuah panggilan masuk dari rekannya. Dia beranjak menjauh untuk menjawab telepon.

" Uchiha-san, kami menemukan pelaku tabrak lari putra anda. Sekarang dia ada di ruang interogasi."
Tanpa sadar Fugaku mencengkeram ponselnya. Emosinya mendadak naik. Semalam ia sempat menghubungi rekannya. Melaporkan kejadian yang menimpa putranya. 
" Aku segera kesana."

Fugaku kembali ke tempat Sasuke. Mengajaknya pulang. Awalnya Sasuke menolak. Namun ketika melihat raut wajah ayahnya dia menurut. Ia selalu takut pada ayahnya. Fugaku mengantar Sasuke pulang. Meminta tolong pada tetangga sebelah untuk menjaga Sasuke sebentar.

Gemuruh didada mengiringi perjalanan menuju tempat ia bekerja. Setir kemudi menjadi pelampiasan sedikit amarahnya. Entah apa yang akan dilakukannya ketika bertatap muka dengan si tersangka.

Tak butuh waktu lama ia sampai. Bergegas menuju ruang interogasi. Sama sekali tak memperdulikan sapaan rekan-rekannya. Pintu terbuka. Sosok Fugaku masuk. Terlihat seseorang yang tak asing duduk disana. Tenang mengamati wajah Fugaku. Lalu tiba-tiba dia menyeringai menyebalkan.

" Lama tak jumpa Fugaku. Ekspresimu menjelaskan semua. Apa dia mati? Putramu yang berharga? Hahaha. Sudah kukatakan jangan pernah berurusan denganku."

Tangan Fugaku mengepal erat. Berani beraninya bajingan itu tertawa setelah apa yang dia lakukan. Tak kuat menahan amarahnya Fugaku menerjang sosok itu. Melayangkan pukulan berkali-kali. Salah seorang rekannya masuk melerai.

" Uchiha-san tenangkan dirimu."
" Haha.. Hahahaha.." Pria bermata ular itu masih bisa tertawa. Mengejek seorang Uchiha yang tengah terbeliak.
" Seperti inikah Fugaku sekarang? Tak mampu kendalikan emosinya hanya karena anaknya mati. Kudengar kau bahkan tak menangis saat istrimu mati. Ternyata benar kelemahanmu adalah anak-anakmu. Ah seandainya saja bisa kugilas dua-duanya."

Mendengarnya Fugaku mengambil kursi didepannya. Melemparnya ke kepala pria bernama Orochimaru. Karena keributan yang terjadi beberapa polisi masuk. Membawa Fugaku keluar dari sana. Sebelum keluar dia mendesis
" Akan ku pastikan kau dihukum mati Orochimaru. Dan aku sendiri yang akan melubangi kepala sialan mu itu!"

Tawa mengejek kembali terdengar. Meski darah tampak mengalir dari kepalanya, Orochimaru sama sekali tak gentar. Dia dulu pernah ditangkap Fugaku karena menjadi bandar obat terlarang. Entah bagaimana dia bisa keluar dari penjara. Seharusnya dia menerima hukuman seumur hidup.

Ternyata dendam Orochimaru pada Fugaku tidak pernah surut. Beberapa kali dia mencoba mencelakai Itachi. Namun bocah itu terlalu waspada. Hingga akhirnya kesempatan itu datang. Mengorbankan dirinya demi selamatkan adiknya.

Fugaku menjambak rambutnya. Dia marah, sedih, takut dan lelah. Dia frustasi. Inilah yang selama ini dia khawatirkan. Memiliki banyak musuh membuat keluarganya selalu dalam bahaya. Dia sadar itu. Fugaku menyesali kelalaiannya. Dalam hati terus bertanya sesulit inikah ujian untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya? Pantaskah ia menerima bayaran ini? Takdir memang senang berlaku kejam pada seorang Uchiha Fugaku.

Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang