Part 15

972 96 4
                                    


Naruto © Masashi Kishimoto

Sasuke x Hinata


Tiga minggu telah berlalu. Keadaan Uchiha Sasuke semakin memburuk. Dia kini dalam pengawasan penuh. Selain mengawasi kondisi tubuhnya, juga mencegah Sasuke mengikuti jejak Neji.

Duka seolah enggan pergi dari kehidupan Uchiha Fugaku. Dia merasa teramat lelah. Rasa sesak di dadanya tak kunjung mau pergi. Hatinya begitu pilu menyaksikan keadaan putranya.

Ditengah rasa kalutnya, ia memutuskan untuk pergi ke sebuah bar. Selain membutuhkan efek etanol ia juga akan menemui seorang kawan lama.

Bangunan bar kecil itu terletak di pinggiran kota. Tak banyak yang tahu pemiliknya justru pelanggan tetap yang kerap kali mabuk hingga tak berdaya. Sebuah fakta mengejutkan lain karena dia adalah mantan seorang dokter yang sangat berbakat.

Fugaku memasukinya dan langsung menuju bartender. Ia duduk dan memesan segelas minuman beralkohol. Diteguknya minuman itu hingga tandas dan memesan lagi.

" Lama tak jumpa Tsunade. Makin tua kau makin parah saja."

Wanita berambut pirang di samping Fugaku menoleh. Wajahnya memerah karena mabuk. Ia menyipitkan matanya berusaha mengenali siapa yang menyapanya.

" Oh ternyata kau Fugaku. Hei wajahmu jadi jauh lebih tua dari terakhir kuingat. Sudah kubilang berhenti saja jadi polisi. Wajahmu jadi boros sekali. Hahaha."

Wanita itu tertawa keras sekali sampai beberapa orang menoleh. Fugaku menghela nafas lelah. Sejenak ia memejamkan matanya.

" Aku membutuhkanmu Tsunade. Aku yakin kau pasti punya cara untuk sembuhkan putraku."
" Memangnya kenapa putramu? Bukankah ia jadi seorang polisi sekarang? Lagi pula aku bukan dokter. Sekarang aku hanyalah seorang pemabuk yang selalu kalah judi."

Fugaku terdiam. Tak tahu harus memulai dari mana. Menghela nafas sekali lagi Fugaku memantapkan hati.

" Putraku baru saja kehilangan istri dan calon anaknya. Kejadian saat kematian Itachi dulu terulang. Tapi kini jauh lebih parah. Setiap bangun ia hanya akan berteriak histeris. Dan hampir satu bulan dia seperti itu. Aku tak tahu harus berbuat apa lagi. Selain ia satu-satunya yang kumiliki di dunia ini, Sasuke juga tengah memegang kasus besar yang teramat penting."

Tsunade diam. Ia menatap Fugaku yang menunduk. Pria yang selalu terlihat keras itu kini tampak begitu rapuh. Tentu banyak hal berat yang telah dilaluinya.

" Kematian memang brengsek. Sepertinya aku tahu bagaimana perasaan putramu itu."

Tak ada sahutan dari Fugaku.

" Aku berhenti jadi dokter karena tak bisa menyelamatkan adik dan tunanganku. Aku membiarkan mereka terjerat kematian didepan ku sendiri. Cih, apa gunanya semua gelar dan penghargaan ya kudapat? Aku hanya seorang yang gagal. Lalu kau meminta bantuan dari orang gagal yang pemabuk sepertiku?"
" Aku tahu kau melakuan semua itu untuk melarikan diri dari rasa sakitmu. Tapi itu semua tak menutupi bahwa sesungguhnya kau adalah dokter yang hebat."

Mendengarnya Tsunade tertawa sinis. Seolah semua perkataan Fugaku adalah ejekan baginya.

" Aku tak melarikan diri. Setiap mabuk aku melihat semua orang berwajah seperti Nawaki dan Dan. Andai aku bertemu orang yang mirip mereka aku mungkin akan berhenti menjadi pemabuk. Tak ada yang bisa mengobati kehilangan jika tak ada gantinya."

Fugaku meremas rambutnya. Pikirannya kacau. Hampir saja ia menyerah. Namun hati kecilnya tetap menolak. Ia tak mau kehilangan putranya lagi.

Di tengah percakapan buntu itu, seorang pelayan mendekat. Ia mengenakan tube top dan hotpants. Memamerkan kulit seputih porselen. Rambut panjangnya berwarna pirang. Wajah cantiknya terlihat begitu tak acuh. Dia datang menyapa Tsunade.

" Bos ada pelanggan yang mengajakku keluar. Boleh aku pergi sekarang?"
" Hei jam kerjamu belum selesai. Jangan karena berkali-kali kuijinkan kau jadi seenaknya sendiri. Nanti saat jam kerjamu selesai kau boleh pergi sesukamu."

Gadis itu cemberut dan pergi meninggalkan Tsunade begitu saja.

" Dasar tidak sopan. Entah apa yang terjadi dengan anak muda jaman sekarang."

Tsunade mengomel sendiri. Dia menoleh pada Fugaku dan mendapati pria itu tak berkedip menatap gadis pirang yang telah berlalu. Tsunade berdecih.

" Ternyata polisi juga seorang pria. Kau bisa membooking nya jika mau. Tapi tarifnya mahal dan harus atur jadwal."

Tsunade menyalakan rokok dan menghisapnya. Fugaku yang tersadar segera menanggapi.

" Kau salah sangka. Bukan itu maksudku. Aku hanya terkejut saat melihatnya."
" Sudahlah. Kau tak perlu malu Fugaku. Aku tahu kau butuh perempuan. Sudah berapa tahun kau melajang huh?"
" Sudah kubilang bukan begitu. Dia.. Dia sangat mirip dengan menantuku."

Tsunade hampir tersedak minumannya. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja Fugaku katakan.

" Jangan bercanda. Aku tahu menantumu wanita berkelas. Bagaimana mungkin kau menyamakannya dengan seorang wanita jalang."
" Tidak seratus persen. Tapi dia memang mirip."

Fugaku lalu mengeluarkan ponselnya. Ia menunjukkan potret Hinata pada Tsunade. Kali ini Tsunade benar-benar tersedak. Ia terbatuk-batuk beberapa saat. Matanya mengarah pada pelayan berambut pirang lalu ke ponsel Fugaku.

" Kau benar Fugaku. Hanya berbeda warna rambut dan matanya. Mereka benar-benar mirip."

Sungguh sebuah kebetulan yang aneh. Tiba-tiba sebuah ide melintas di benak Tsunade.

" Bagaimana jika sementara dia menggantikan menantumu? Hanya sampai putramu sembuh. Kita buat jadi semirip mungkin dengan Hinata."

Giliran Fugaku yang tersedak mendengar ide gila Tsunade.

" Tidak mungkin. Sungguh tak mungkin. Memang penampilannya bisa dibuat sama. Tapi dilihat dari sikap dan sifatnya jelas jauh berbeda."
" Kita bisa berunding dengannya. Suruh dia belajar jadi Hinata. Tapi pasti ia akan meminta bayaran yang mahal."

Tak ada sahutan. Fugaku masih diam.

" Tak ada salahnya mencoba. Mungkin saja bisa membantu penyembuhan putramu. Dia bisa jadi pengganti Hinata."

Berbagai pemikiran berkecamuk di kepala Uchiha Fugaku. Haruskah ia mengambil rencana ini? Bagaimana jika nanti Sasuke tahu? Takdir memang senang sekali mempermainkannya.


Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang