Part 2

2K 185 1
                                    


Naruto © Masashi Kishimoto

Sasuke x Hinata

Terdengar teriakan keras dari kamar serba putih. Beberapa orang berpakaian seperti perawat melangkah masuk. Mencoba menenangkan seorang pria berambut raven yang tengah histeris. Terlihat air mata membasahi wajahnya.

" Tuan Sasuke tenanglah. Anda hanya bermimpi. Semuanya baik-baik saja."

Seorang perawat mencoba menenangkan. Namun Sasuke tidak menghiraukannya. Dia terus berontak hingga selang infusnya lepas. Darah pun mengucur. Para perawat semakin panik.

Kemudian seorang dokter masuk. Dia menyuntikkan sesuatu ke lengan Sasuke. Tak berapa lama teriakan itu semakin melemah. Tubuhnya pun berhenti berontak. Perawat segera membalut luka dan kembali memasangkan infus baru. Sasuke jatuh tertidur. Membawanya kembali pada mimpi yang selalu sama.

" Sepertinya memang tak ada perkembangan. Justru semakin parah. Apa dia tetap tidak mau makan?" Dokter bertanya pada salah seorang perawat.
" Dia hanya bangun dan berteriak histeris seperti tadi dok. Selalu seperti itu. Bagaimana mungkin dia bisa makan. Karena itu kami memasang infus padanya"

Sang dokter menghela nafas panjang. Melihat Sasuke dengan tatapan iba.
" Siapa pun yang mengalaminya mungkin akan seperti dia. Akan ku hubungi tuan Fugaku."
" Baik dokter." Dokter pun berlalu meninggalkan kamar serba putih itu.

Masuk ke ruangannya dia lalu mengambil telepon dan menghubungi seseorang.

" Halo?"
" Tuan Fugaku, ini saya Sizune. Saya ingin melaporkan kondisi tuan Sasuke."
" Ah iya. Bagaimana kondisinya? Apa ada perkembangan?"
" Sayangnya tidak, tuan. Sepertinya semakin memburuk. Dia sama sekali tidak mau makan. Dan juga intensitas teriakannya semakin sering. Kami hanya bisa memberinya suntikan penenang. "

Lama tak terdengar jawaban. Helaan nafas terdengar panjang.

" Dokter, tolong tetap cari cara terbaik untuk merawat putraku. Dia teramat penting bagiku dan kepolisian. Hanya dia yang memegang bukti-bukti kasus besar yang kami selidiki. Tolong buat putraku menemukan jalannya kembali." Suara Fugaku terdengar begitu letih. Dia telah kehilangan menantu dan cucunya. Kini ia pun menelan kenyataan pahit akan kondisi putranya.

" Baik tuan Fugaku. Seorang dokter tidak boleh berputus asa. Kami akan tetap mencoba yang terbaik."
" Terima kasih dokter Sizune."

Telepon pun terputus. Sizune menghela nafas. Dia masih belum menemukan terapi yang tepat untuk Sasuke. Menyandarkan punggungnya dia mencoba memahami. Mengandaikan dirinya yang menjadi Sasuke. Apa yang akan dia lakukan? Sebuah pertanyaan yang begitu sulit ia temukan jawabannya.

Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang