Part 13

990 124 6
                                    


Naruto © Masashi Kishimoto

Sasuke x Hinata

Mencelos. Perasaan aneh tiba-tiba merasuki hati Sasuke. Namun ia mencoba mengabaikannya. Dia sedang bertugas sekarang. Sasuke selalu bekerja secara profesional. Tak mungkin ia membiarkan perasaan mempengaruhinya.

Entah mengapa bayangan wajah istri tercinta berkelebat beberapa kali dalam benaknya. Hari ini ia memang belum menghubungi Hinata. Setiap hari Sasuke menyempatkan waktu untuk sekedar menanyakan kabar wanita itu. Meski sebentar, mendengar suara lembut sang istri sudah cukup menenangkan hatinya.

Perasaan gundah dihatinya semakin menjadi. Dalam hati terus bertanya apa terjadi sesuatu kepada Hinata. Menepis sekali lagi perasaannya. Berharap penyelidikan ini segera selesai sehingga ia bisa pulang lebih cepat.

Menjelang sore, Sasuke tak tahan lagi. Ia mengaktifkan ponselnya dan terkejut mendapati begitu banyak panggilan tak terjawab. Satu dari Hinata dan delapan belas dari Fugaku ayahnya.

Sasuke segera mendial nomor Hinata. Lama menunggu tak kunjung ada sahutan. Perasaan cemas mulai merasukinya. Lalu ia menghubungi ayahnya. Nada tunggu terdengar begitu menjengkelkan bagi Sasuke saat ini. Beberapa saat kemudian terdengar sahutan. Tak mau menunggu lagi Sasuke segera memberondong ayahnya dengan pertanyaan.

" Ayah apa ada sesuatu yang terjadi? Hinata tak mengangkat teleponku. Lalu ayah meneleponku berkali-kali. Sedari tadi perasaanku juga tak enak. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Pertanyaan Sasuke seolah tanpa jeda. Sementara diseberang Fugaku lama tak menjawab. Sedang berpikir bagaimana cara ia menyampaikannya pada putranya. Menghela nafas Fugaku akhirnya menjawab.

" Sasuke. Maafkan ayah. Segera pulang. Ada hal yang harus ayah bicarakan padamu."

Suara Fugaku terdengar begitu berat. Sasuke tahu ada sesuatu yang terjadi. Ayahnya tak pernah bertele-tele. Tak pernah Fugaku menyuruhnya pulang dari tugasnya hanya untuk bicara.

" Ayah tahu aku tak mungkin pulang sekarang. Penyelidikanku belum selesai. Bicara sekarang jika memang ada hal yang perlu kau sampai-"
" PULANG SEKARANG!"

Sasuke tak mengerti mengapa ayahnya memotong ucapannya dengan bentakan. Sekali lagi Fugaku meminta maaf dan menutup teleponnya setelah Sasuke mengiyakan.

Dengan perasaan tak menentu Sasuke menginjak pedal gas. Membawa mobil hitam itu meliuk di jalanan bagai macan kumbang. Dalam perjalanan ia beberapa kali mencoba menghubungi istrinya namun nihil. Masih tak ada jawaban.

Sasuke sampai dirumahnya saat matahari hampir tenggelam. Dicarinya Hinata disetiap sudut rumah. Hatinya terasa kalut ketika tak menemukannya. Ia menelepon istrinya sekali lagi dan hasilnya tetap sama.

Ia lalu keluar dan memacu mobilnya ke tempat ayahnya. Dalam perjalanan ia menghubungi mertua dan adik iparnya. Namun hasilnya tetap sama. Sesaat setelah mematikan sambungan, telepon dari Fugaku masuk. Meminta Sasuke ke rumah sakit.

Perasaan kalut semakin menguasainya. Membuatnya semakin gusar karena tak seorangpun yang memberinya penjelasan. Kepalanya memikirkan beberapa kemungkinan. Apa Hinata sudah melahirkan? Atau ada anggota keluarganya yang sedang sakit? Atau hal lainnya? Kepalanya mendadak berdenyut sakit.

Sampai di rumah sakit Fugaku sudah menunggunya di pintu lobby. Sasuke kembali melayangkan pertanyaan namun ayahnya hanya diam dan menyuruhnya mengikutinya.

Sasuke menurut. Berbagai perasaan bercampur aduk membuatnya semakin gusar. Dia semakin kebingungan saat Fugaku membawanya melangkah ke tempat paling jarang dikunjungi di rumah sakit.

Tentu Sasuke hafal dengan denah rumah sakit ini. Ia sering menangani kasus yang membawa korban maupun pelakunya kesini.

Jantungnya berdebar kencang saat Fugaku membuka kenop pintu berlabel kamar mayat. Hatinya mencelos lagi saat melihat ayah mertuanya disana dengan raut sedih yang sama sekali tak ditutupi.

Langkahnya semakin lemas saat Hiashi membuang pandangannya dari Sasuke. Tak ada kata yang terucap dari mereka bertiga. Sebuah keheningan ganjil yang entah mengapa terasa menyesakkan. Suhu dingin ruangan semakin memperburuk suasana. Sasuke yang tak tahan kembali bersuara.

" Ayah apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kalian membawaku kesini? Apa ada kasus baru yang harus kutangani?"

Sasuke bahkan hampir tak mengenali suaranya sendiri. Tak tahu mengapa suara yang keluar dari bibirnya bergetar. Lagi tak ada yang menjawab. Hanya ekspresi sedih yang terlihat. Fugaku dan Hiashi hanya menundukkan kepala mereka. Ditengah kegusarannya pandangan Sasuke tertuju disebuah ranjang dekat Hiashi.

Ada seseorang terbaring disana. Tertutupi kain putih dengan banyak bercak darah. Tapi ada hal yang tak biasa. Seseorang itu terlihat lebih besar. Atau mata Sasuke yang bermasalah.

Perlahan Sasuke mendekati ranjang itu. Tubuhnya gemetar. Ia begitu membenci perasaannya saat ini. Apa ia takut pada mayat? Cih, dia sudah ratusan kali berurusan dengan tubuh orang mati. Lalu apa yang kini ia takutkan?

Tangan dingin dan bergetar bergerak perlahan membuka kain penutup. Tersingkap hingga menampakan wajah seseorang. Seketika pikiran Sasuke kosong. Ia merasa aneh.

Seraut wajah yang sangat tak asing baginya. Layaknya seorang mayat kulitnya begitu pucat. Ada bekas darah mengering di sudut bibirnya. Rambutnya panjang terlihat acak-acakan dan lengket dengan darah.

Sasuke melanjutkan menyingkap penutup hingga kain bernoda darah jatuh ke lantai. Terlihat seseorang itu dengan perut buncit. Terlihat satu lubang bekas tembakan di dadanya dan satu lagi di perut buncitnya.

Mata Sasuke terasa begitu pedih. Tak mampu berkedip sedari tadi. Ia masih mencoba mengerti apa yang terjadi. Sasuke lalu mendongak menatap ayahnya. Mencoba mencari jawaban. Namun Fugaku masih tak mau memandangnya.

Matanya beralih ke ayah mertuanya yang melakukan hal sama seperti Fugaku. Bedanya kini ada sebulir air mata meluncur dari netranya.

Tak mendapatkan jawaban, Sasuke menjatuhkan pandangannya pada seseorang yang terbaring dihadapannya lagi. Seolah semua kinerja otaknya kembali berfungsi, Sasuke merasakan sesuatu tiba-tiba remuk dalam dirinya.

Pandangannya buram karena air mata mulai membanjir keluar. Tubuhnya terasa lemas. Dadanya begitu sesak hingga nyaris tak bisa bernafas. Sasuke meraih sosok itu dalam pelukannya. Saat mendapatkan kekuatannya kembali Sasuke berteriak.

Sebuah teriakan menyanyat hati siapapun yang mendengarnya. Sasuke terus menangis dan berteriak sampai tenggorokannya terasa pedih. Memeluk seseorang yang ternyata adalah istrinya. Uchiha Hinata yang telah tiada.

Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang