s e q u e l.

1.3K 120 8
                                    

Flashback.

2 tahun lalu tepatnya saat sebelum acara barbeque di rumah keluarga Kanemoto.

Hari itu ibu Yoshi ingin mengadakan acara makan-makan. Orang tua Mashiho di undang dan mereka datang dari Jepang 2 hari sebelum acara juga bersama Asahi.

" Asa, sibuk sekali, sedang apa? " Mashi mendekati Asahi yang sibuk dengan beberapa kamus bahasa koreanya yang lama.

" Aku mau coba belajar sedikit bahasa korea. Kau tau, kak Yoshi punya tetangga yang sangat berisik. Ia terus menyapaku padahal aku tidak begitu paham bahasa korea "

" Hm? Maksudmu Jaehyuk? "

Bahu Asahi dinaikkan.

" Aku tidak mengenalnya "

" Jaehyuk memang begitu, Asa.. Dia sebelas dua belas sama kak Yoashi "

" Pantas saja "

Meski Asahi baru mengenal Yoshi, ia sedikit banyak tau tentang kepribadian lelaki yang menjadi crush sahabat sejak dininya itu.

Tepat saat hari H, ternyata ibu Yoshi mengundang keluarga Yoon dan keluarga Choi yang ternyata memang kenalannya juga. Dan tentu teman-teman Yoshi di tempat kuliah.

Semua berjalan dengan sangat mulus. Bahkan ketika Mashi dan Yoshi mengantar orang tua Mashiho ke bandara untuk pulang malamnya.

Acara pamit-pamitan keluarga Takata dan juga Asahi selesai, Yoshi dan Mashi akhirnya kembali pulang ke apart.

Mereka tidak berdua. Ada paman Kwon yang menyetir. Dia memang asisten pribadi keluarga Kanemoto.

Sialnya semua tak berjalan dengan sangat mulus. Ketika paman Kwon akan melewati lampu hijau, sebuah truk yang saat itu remnya blong melaju cukup kencang dari sisi kanannya yang mengakibatkan mobil milik Kanemoto tertabrak.

Yoshi tentu dengan sigap memeluk erat tubuh Mashiho, namun ketika mobil selesai berguling tubuh keduanya terpisah cukup jauh.

Mobil hitam milik keluarga Kanemoto terbakar dan naasnya paman Kwon tak terselamatkan hari itu.

Luka Yoshi dan Mashiho tak bisa di bilang ringan. Kaki Yoshi patah, tangannya juga, bahkan ia menerima cukup banyak luka jahitan disana-sini.

" Ibu.. Mashi.. "

Yoshi memang melindungi tubuh Mashiho, tapi sebelum mereka terpisah tubuh Mashiho lah yang terpental lebih keras hingga kepalanya menabrak pembatas jalan.

4 hari setelahnya Yoshi di perbolehkan untuk menjenguk Mashiho yang saat ini dalam keadaan koma. Separah-parahnya luka Yoshi, luka Mashiho lah yang terparah. Bahkan ibu, dirinya, kakaknya juga beberapa teman-temannya menangis.

Orang tua Mashiho juga terpaksa kembali lagi kesini demi anak tunggal mereka.

Satu minggu di rawat, Mashiho tak kunjung bangun. Orang tuanya sudah kembali ke Jepang tersisa dirinya dan ibunya yang bergantian menjaga Mashiho. Sang kakak kembali ke Pranciss.

Walau dirinya ikut menjaga Mashiho, dirinya tetap harus mengikuti beberapa tes untuk kesembuhannya. Terlebih kembali melatih jalannya setelah kakinya pulih.

Satu bulan.

Satu bulan tak cukup untuk membuat Mashiho sadar dari komanya. Sungguh rasanya Yoshi ingin menangis saja tapi ia lelah. Air matanya tak ingin keluar lagi meski sesak rasanya.

" Mashi.. Ayo bangun.. " ucapnya sambil mengelus jemari yang pucat dan mengurus itu.

Hari berikutnya Yoshi mendapati tubuh Mashiho yang kejang-kejang. Begitu dokter selesai memeriksa, Mashiho bangun dengan membuka matanya perlahan.

Sekujur tubuhnya sakit tak tertahankan. Ia menangis dengan suara yang begitu parau.

Hampir seminggu proses penyembuhan, Mashiho tak menunjukkan efeksi apapun pada siapapun meski tetap mengikuti instruksi-instruksi yang dokter dan perawat berikan.

Ia tak banyak bicara, terus menatap kosong dan bahkan menangis. Terkadangpun tangannya akan gemetar dan keringat dingin akan muncul.

Dokter berkata Mashiho masih terjebak dengan traumanya dan butuh psikiater untuk berobat.

Selama menemani Mashiho berobat, Yoshi tak bisa menahan air matanya. Ia terus menangis. Ia tak tega melihat sahabat kecilnya seperti ini.

Yoshi merasa gagal menjaga Mashiho, padahal ia sudah berjanji pada orang tua Mashiho untuk menjaga putra satu-satunya keluarga Takata itu.

Yoshi terkadang akan memukuli dirinya sendiri. Memaki bahkan berteriak tidak jelas akibat kelalaiannya dalam menjaga Mashiho.

" Kak Yoshi jangan seperti ini " Yoshi menoleh. 

" Mashi.. " ia menarik tangannya yang tadi di genggam oleh Mashiho.

" Kakak boleh marah, tapi jangan menyakiti diri kakak sendiri " senyum yang nampak kaku namun tetap manis itu membuat air mata Yoshi tiba-tiba turun.

Ia langsung berhambur memeluk tubuh mungil Mashiho yang berangsur sembuh itu.

" Mashi.. Yoshi kangen -hiks " katanya di sela tangisnya.

" Mashi juga kangen kak Yoshi.. Tadaima, Yoshi-nii " pelukan Yoshi ia balas.

" Okaeri, Mashi-chan "

Sejak hari itu Yoshi menetapkan diri untuk menjaga Mashiho lebih ketat lagi. Ia tak peduli harus jika akan di sebut posesif. Ia sunguh-sungguh akan menjadi lebih sigap di banding sebelumnya.

Dan setelah apa yang mereka lewati selepas kecelakaan dan mindset baru yang Yoshi tanam, sejak itulah sosok Jaden hadir.

Meski awal sosok Jaden tak di ketahui, lambat laun Yoshi pun sadar akan kehadiran kepribadian itu dan mulai mengontrol diri.

Ia sadar saat Mashi di keroyok segerombol preman dan dirinya datang. Saat sudah bersiap untuk melawan, ia mendengar sebuah bisikan.

"Bertukarlah denganku, maka aku akan membuat Mashiho kita aman. Aku janji" seingat Yoshi hari itu ia tak menjawab apapun, namun ia merasa di kepalanya yang begitu sakit dan berputar. Begitu sadar, sosok Yoshi bukanlah Yoshi. Melainkan Jaden. Yang membantai mereka semua dengan hanya sebuah tongkat besi.

Sosok Jaden itu baru Mashiho ketahui kemarin. Sungguh-sungguh kemarin.

Sebelum Mashiho mendapat pelepasannya yang terakhir, ia mendengar sebuah bisikan.

" Desahkan namaku, Mashi. Aku Jaden, bukan Yoshi "

" Ahh.. J- Jadehn... Mashi- Mashi mau keluar~ "

Dan beberapa hentakan kemudian keduanya sampai pada titik putih.

" Ku harap Yoshi bisa lebih gantle saat melakukannya nanti " ucap Jaden sebelum mengecup bibir Mashiho.

.
.
.
.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ E N D ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Yoshiho - Untittle✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang