ㅡ 𝓟𝓵𝓾𝓿𝓲𝓪 𝓯𝓵𝓸𝓼 ㅡ (two shoot)

321 29 7
                                    

Ini reupload dari twt.

Sedikit peringatan, ada sedikit adegan kekerasan disini ya..

.
.
.

Setiap hari selalu seperti ini.

" Anak sialan! Kerjamu hanya keluyuran dan menghabiskan uang. Kau fikir mudah untuk mendapatkan uang-uang itu hah?! "

PLAK!

Tenang saja, aku sudah terbiasa dengan sakitnya.

Ah itu baru ibuku. Belum ayah

BUGH

Tubuh lelaki itu menghantam dinginnya lantai kamar mandi.

Setelah ini aku pasti akan di kunci semalaman.

Aku bahkan tidak yakin besok akan di bukakan pintu.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Oh, sungguh sial dirimu Kanemoto Yoshinori. Bagaimana bisa dirimu pulang terlambat hari ini?

Yoshi baru saja menapakkan diri di kediamannya. Ia melirik lewat jendela kemudian menghela nafas.

Ia tau apa yang akan terjadi berikutnya.

.

.

.

Yoshi menatap kepulan asap yang mulai menghilang. Ia meninggalkan tempatnya membakar beberapa kertas tadi.

Kertas-kertas itu tidak berguna.

Tidak akan pernah.

Kenapa?

Kertas itu hanya berisikan nilai nilai yang menentukan dirinya akan dipukuli atau dikasihani.

Satu angka berubah saja maka tidak akan ada jatah makan.

Satu nilai menurun bisa saja tidak ada kesadaran yang membuatnya masih bisa membuka mata.

Jika di sekolah dia di rundung karena menjadi murid teladan dimana prestasinya begitu menjulang tinggi, maka di rumah ia akan dipukuli karena kesalahan yang sejujurnya tidak begitu ia ketahui.

Yoshi kembali pada rumah tempatnya dan kedua orang tuanya tinggal.

Baru saja akan membuka pintu, tubuh Yoshi terhuyung karena mendapat lemparan tas berisikan pakaiannya yang tak tersusun rapi.

Yoshi menatap sang ibu yang nampak sangat kesal.

" Kamu tidak di terima di universitas itu hah? "

Mata Yoshi membulat. Darimana ibunya tau?

" Jawab aku anak sialan! Kau tidak bisu dan masih bisa berbicara maka jawab aku, biadab!! "

" Y- Yoshi sudah belajar dengan giat.. Mungkin bukan- "

Rambut Yoshi di tarik oleh sang ibu masuk ke dalam rumah.

Tubuh Yoshi di dorong hingga jatuh di lantai dingin ruang tamu. Ia meringkuk saat ibunya sibuk menendang dan menginjak-injak tubuhnya.

" Tidak berguna! Apa susahnya mendapatkan prestasi agar keluarga ini tidak malu?! Kita boleh miskin asal kita tidak bodoh, Yoshinori!! "

Tamparan keras telak mengenai wajah tampan dengan pipi tirus itu hingga memerah padam.

Ia tak bisa apa-apa selain bergumam mengucap maaf.

Ia ingin memeluk ibunya yang menangis saat ini tapi ia tak mampu. Ia mempertahankan keseimbangan tubuhnya sendiri sulit.

Yoshiho - Untittle✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang