.
.
.Sore itu menjadi saksi kembalinya hubungan antara sepasang kekasih. Kedua temannya yang sebelumnya break kini kembali.
Ia turut tersenyum melihat keduanya berpelukan di tengah-tengah sorakan kawannya yang lain.
Sejujurnya drama ini sudah sangat biasa untuknya ataupun kawannya yang lain. Mereka berdua akan bermusuhan lalu ujung-ujungnya kembali bersama.
Dan setiap kali itu terjadi, akan ada hal lain yang terjadi. Yang untuknya pun adalah hal biasa.
Selepas mereka semua pamit untuk pulang mengingat waktu juga sudah mulai larut, seorang temannya menahan dirinya.
" Jika dia datang lagi, maka aku minta maaf.. atas namanya "
Dirinya tersenyum. " Tidak perlu. Tidak ada yang salah disini, Ruto.. jangan meminta maaf " katanya dengan lembut.
Haruto atau Ruto tau kalau dirinya akan mendapat balasan demikian dan dirinya tidak bisa berkata lagi.
Haruto tau di tengah hubungannya yang selalu putus-nyambung ini ada hati lain yang berharap. Ada hati lain yang tersakiti. Haruto sudah tau sejak lama.
" Maaf.. "
Kembali dirinya mendapat senyuman. Haruto merasakan kepalanya di usap.
" Aku tidak menyalahkan siapapun disini. Kamu jaga Junkyu baik-baik.. jangan terlalu sering putus kemudian bersama kembali. Entah kamu atau Junkyu pasti lelah seperti ini. Mulailah serius, kendalikan emosi kalian, oke? "
Haruto mengangguk.
" Kalau begitu kakak pulang dulu.. besok ada kuliah pagi " ucapnya di akhiri dengan kekehan.
***
Jam 2 siang kelasnya selesai.
Lelaki tampan ini berencana untuk mencari bahan tugasnya lalu pulang.
Tapi begitu keluar dari toko tempatnya membeli, ia terhenti dan menatap dua orang yang tengah berbincang tak jauh dari tempatnya.
Salah satunya pergi dan satunya seperti tak berniat mengejar.
Bisa ia tebak hal ini akan terjadi jadi dirinya memutuskan mengikuti salah satunya.
Hingga tibalah dia di satu taman yang cukup sepi. Entah tempatnya yang memang terpencil atau orang-orang lebih banyak kelelahan karena kerja atau sekolah intinya sangat minim orang yang lewat disini.
Setelah menaruh belanjaannya tadi di mobil, ia berjalan perlahan menuju sosok yang duduk bersila sambil menunduk.
" Hei.. "
Dirinya duduk di samping orang itu.
" Jangan di tahan " ucapnya sambil mengelus surai hitam itu.
Tak ada respon apapun namun beberapa saat kemudian dia bisa pastikan lelaki di sampingnya ini menangis. Bahu itu bergetar dan samar ia dengar isakan. Itu membuktikan tebakannya tadi.
Ia rengkuh tubuh itu sambil terus mengelus punggung itu.
" Mereka kembali.. " lirihnya.
Ia mengangguk. Ia tau siapa yang lelaki ini maksud.
" Aku bodoh sekali ya? Mau-mau saja di jadikan pelarian. Aku selalu menerima setiap kali ia bermasalah dengan kekasihnya dan aku tak bisa apa-apa saat keduanya berbaikan "
Ia usap air mata yang kembali menetes. Jujur saja ia pun merasa sakit namun ia juga bisa apa?
" Aku merasa seolah memiliki celah untuk setidaknya bisa ia lihat. Bisa ku tunjukkan rasa sayangku padanya tapi apa? Aku termakan khayalanku sendiri " ucapnya lagi sambil tertawa renyah.
Lelaki itu menoleh ke arahnya.
" Sebegitu salahnya perasaanku? Apa aku salah karna menyukainya? "
Lantas ia menggeleng dan tersenyum. Ia usap pipi yang ia tangkup dengan satu tangannya itu dengan ibu jarinya.
" Tidak ada yang salah dengan perasaanmu, Mashi.. perasaan tidak pernah salah, mungkin hanya waktunya yang tidak tepat "
Bisa ia lihat mata dengan kilatan air mata itu menatapnya. Gemas bercampur sedih.
" Kamu mungkin salah karena berekspektasi terlalu tingga hingga saat kenyataan menarikmu kembali, kamu tersakiti. Tapi aku yakin ekspektasimu tidak akan timbul begitu saja. Pasti ada pemicunya jadi itu bukan salahmu sepenuhnya. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, oke? "
Tanpa aba-aba tubuhnya di peluk. Ia terkejut sesaat kemudian membalas pelukan itu. Dirinya kembali tersenyum. Hanya saja kali ini tersenyum getir.
Bisa-bisanya ia berkata demikian disaat dirinyapun ada di posisi itu.
" Aku tau kamu ingin menangis lagi. Menangis saja, jangan di pendam. Biarkan semuanya hilang dengan air matamu. Sesalmu, kesalmu, semuanya. Aku akan menemanimu sampai kamu tenang, Mashi " ucapnya sambil mengelus punggung Mashiho.
" Jangan mencoba untuk tegar. Tidak masalah untuk menangis.. " lanjutnya.
Dan kembali, begitu pintarnya dirinya berujar di saat hatinya juga merasakan kesedihan. Matanya juga ingin menangis tapi dirinya menolak.
" Kamu boleh bertahan dengan perasaanmu untuknya. Kamu juga boleh pergi dan meralakan rasamu. Apapun itu, aku akan ada untukmu. Aku akan meminjamkan bahu dan pelukanku.. "
Mashiho melepaskan pelukannya. Ia menggenggam tangan Yoshi.
" Terimakasih, kak "
Dirinya kembali tersenyum lalu mengangguk. Ia mengusap kepala Mashiho.
" Aku tau kalau kamu memutuskan untuk pergi rasanya akan sakit, tapi bertahan pun akan sama saja bukan? Keputusan itu tergantung padamu. Dan jika kamu memilih pergi, berdamailah dengan semuanya. Dengan dirimu, dengan masa lalumu, aku akan menunggu disini.. "
Mashiho mengangguk lagi. Ia merasa sangat hangat mendengar semua penuturan Yoshi tanpa tau Yoshi menahan sakitnya sendirian.
Sudah lebih 3 tahun lelaki berparas dewa ini menahan perasaannya untuk lelaki manis yang secara terang-terangan menyatakan bahwa ia memiliki rasa untuk seorang kawannya.
Setelah tau bahwa keduanya dekat, ia kembali mengubur rasanya. Saat kawannya ternyata memilki sosok lain yang sudah lebih lama bersamanya, disitulah pertama kalinya Yoshi menemani lelaki mungil ini dengan kesedihannya.
Dan hal ini menjadi hal yang biasa baginya. Ingin hati berteriak untuk menghentikan si manis agar tidak kembali terjatuh pada hal yang sama namun siapa dirinya? Apa hubungannya dengan si manis?
Hatinya tak tega untuk berujar setiap melihat binar cantik dari mata bulat si manis saat keduanya bertemu namun juga tak ikhlas saat melihat manik indah itu pada akhirnya harus kembali basah karena menangisi hal yang sama.
Si manis menjadi pelarian sahabatnya dan si manis sadar akan hal itu. Namun ia terlalu di bodohi perasaannya sendiri.
Yoshi cukup tau dengan itu semua. Dirinya hanya perlu ada disini. Dirinya hanya perlu menenangkan si manis. Ia takkan berharap lebih meskipun sulit.
Namun hal yang akan selalu ia ucapkan akan selalu sama. Meski tak terucap lewat lisan, Yoshi akan tetap berpegang pada hal itu.
" .. Aku akan menyatakan perasaanku. Jika kamu siap untuk berdamai dan merelakan semuanya, aku akan berdiri disini untuk menyambutmu. Membuatmu milikku. Sampai saat itu datang, aku akan menunggu "
••• the end •••
Aku pernah up ini as one tweet tapi aku cari lagi di acc ku ga nemu :"))) ku cari mentahannya juga ga ketemu jadi yaudah aku bikin ini gak tau sesuai sama one tweetnya apa engga y sdhlah..
Aku lagi dengerin Deep end sama Limbo dari stray kids replay trus tetiba inget :>
02:53. Cus tidur~
![](https://img.wattpad.com/cover/287563343-288-k594879.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Yoshiho - Untittle✨
Fanfic(Randomly happend sih).. Kalau berkenan, mari mampir. Mungkin ada yang haus work Yoshiho? Here some one shoot ^^ bxb and 🔞 in some part