Dandelion (one shoot)

414 38 30
                                    

°°°°°

Musim semi kembali datang untuk yang ke-3 kalinya. Musim semi yang membawa banyak kenangan pada hari kelulusannya lalu juga musim yang membuatnya dapat bertukar rasa pada sosok yang kini duduk di sampingnya.

Ia selalu teringat pada masa itu. Dimana ia di suruh datang pada kolam renang outdoor sekolah untuk menemui seseorang selepas acara mengisi buku tahunan sekolah dengan kata-kata random ataupun tanda tangan dari teman-temannya.

Ya, dia datang. Di hadapannya berdiri figur seseorang dengan sebuah buket dan buku tebal yang ia yakini itu buku tahunannya.

" Kamu sudah datang.. " mereka berjalan saling mendekat sebelum berhenti dan saling bertukar senyum.

Ah dia suka sekali senyum itu.

Senyuman yang terasa sespesial itu karena sang pemilik tak pernah tersenyum seperti itu pada orang lain dengan tatapan mata teduh seolah kau bisa percaya pada sang pemilik.

Dia terlalu percaya diri? Tentu saja. Mereka sering bersama dan saling menempeli satu sama lain. Sudah bukan hal sulit untuk memahami karakteristik dan gestur masing-masing.

" Ini, hadiah kelulusan untukmu " katanya. Ia melirik kearah buket bunga yang diberikan padanya.

Bukan bunga asli sejujurnya, namun tak apa. Juga beberapa, " Coklat? " tanyanya.

Sebuah anggukan dan senyuman lebar ia terima sebagai jawaban. " Kami lupa aku tak begitu suka yang manis-manis? " katanya sembari terkekeh.

" Ayolah ini coklat putih dan dark coklat. Tak seperti coklat-coklat lain yang sangat manis! " dirinya mencebik.

" Semua coklat sama saja untukku " tapi dia tetap menerima buket berisi bunga dan beberapa coklat bar putih maupun dark coklat di dalamnya.

" Terimakasih tapi aku tak menyiapkan apapun untukmu.. "

Lawan bicaranya tertawa kemudian menggeleng pelan. " Tak perlu. Kau selalu ada untukku jadi untuk apa aku meminta hal lain? "

" Ck.. Aku bosan mendengar ucapan manismu "

" Setidaknya ucapan manisku selalu benar adanya "

Entah bagaimana keduanya berakhir duduk di tepi kolam dengan celana yang mereka lipat hingga lutut dan kaki yang terendam ke dalam kolam. Keduanya saling bertukar rencana setelah lulus ini akan bagaimana. Begitu banyak rencana.

" Omong-omong tujuan utamaku mengajakmu kesini bukan hanya untuk berbincang seperti ini "

Lelaki itu menoleh. Menelan potongan terakhir coklat yang tadi sibuk ia kunyah.

Coklat-coklat dalam buket itu berakhir menjadi santapan keduanya saat sibuk bercerita.

" Aku hanya ingin mengutarakan sesuatu. Mengatakan hal yang sangat-sangat jujur dan aku tak memintamu untuk menjawabnya. Hanya.. Dengarkan saja "

Setelah helaan nafas pelan itu sang kawan berucap, " Setelah semua yang kita lalui bahkan sejak kita di taman kanak-kanak hingga saat ini, bohong jika aku tidak menyadari bahwa aku memiliki rasa lebih dari sekedar sahabat kepadamu. Aku selalu mencoba mencari cara dan memberanikan diri untuk mengatakannya tapi aku tak bisa.. Aku takut. Aku- aku takut persahabatan ini rusak dan kau menjauh. Jikapun tidak, pasti akan terasa berbeda jika pada akhirnya kau menolakku kan? Hal-hal seperti itu terus berputar di otakku dan membuatku semakin sulit untuk membicarakannya denganmu " dia menoleh. Menatap langsung pada mata coklat yang sedari tadi sudah memperhatikannya.

" Tapi untuk kali ini, aku singkirkan rasa takut itu. Aku coba hiraukan semua kemungkinan yang akan terjadi setelah aku jujur padamu. Aku sayang padamu. Mungkin tahap cinta? Entahlah aku bahkan tidak tau sejak kapan rasa ini ada. Yang aku tau aku selalu ingin bersamamu. Jadi.. Ku mohon, tetaplah seperti ini setelah kau tau apa yang ku rasakan. Jangan ada kecanggungan meski kau tidak membalas perasaanku " ucapnya agak pelan di akhir. Ia menunduk.

Yoshiho - Untittle✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang