Pada akhirnya kekuatan takdir akan selalu menang.
Sore itu Jingga berangkat lagi, ke tempat yang sama ketika ia beranjak petang menjelang malam. Saat berteriak, lalu mendapat teguran dari gadis seangkatan.Kali ini, ia datang dengan niat berbeda. Bukan untuk menumpah emosi, melainkan mencari sosok Melodi. Ia merasa harus mengembalikan bookmark yang ia temui kemaren. Ia yakin benda tersebut adalah milik si gadis pendiam itu.
Sebenarnya ia bisa saja mengembalikan itu di sekolah, kalau saja dalam waktu dekat akan diadakan sekolah tatap muka. Tapi, daripada menunggu lama, ia memilih melakukan cara ini. Sebab, mungkin akan sedikit sulit berbicara dengan gadis itu di tempat publik seperti sekolah. Namun, entah telat atau memang Melodi yang memang tak datang hari ini, ia tak menemukan gadis itu sama sekali.
"Kemana dia?" gumam Jingga.
Lama menunggu dan tak kunjung terlihat eksistensi yang ditunggu, alhasil, Jingga duduk sendiri di atas bebatuan yang sama seperti tempo hari. Tempat Melodi mendudukkan diri berteman cerita yang menyuguhi puan-puan diksi.
Detik selanjutnya, Jingga memasang earphone di kedua telinga, mengangkat topi hoodie untu melindungi kepala dari hempasan angin, menyender pada bebatuan, kemudian memejamkan mata. Menikmati suara alam dari sebagian ombak, angin, burung, juga melodi-melodi yang lantas menyeruak di kepala.
🍒🍒🍒
"Dek, mau kemana lagi?"
"Pantai, Kak Meggy!"
"Udah mau malem, heh!"
🍒🍒🍒
"Dek, temenin kakak ke plaza yuk sore nanti. Katanya lagi banyak diskon!"
"Diskon mulu yang dikejar! Mau aja lu ditipu sama sales-nya," ketus Jingga.
"Dih, sotoy! Pokoknya temenin ya sore nanti."
"Enggak! Malem nanti aja. Sore mau ke pantai."
🍒🍒🍒
"Jingga! Apa-apaan kamu! Kenapa nilai kek gini bisa nyampah di kertas ulangan kamu, hah!"
"Nanti malam aja Jingga jelasin. Mau ke pantai dulu. Bye, Bunda!"
"Jingga! Bunda belum selesai!"
🍒🍒🍒
Dalam dua minggu, ia rutin melakukan tindakan bodoh itu. Pergi sore, lalu pulang malam. Harap-harap menemui gadis yang membuatnya sedikit penasaran itu, hasilnya, ia hanya akan pulang dengan benda yang sudah lama ia niatkan untuk dikembalikan.
"Btw, gue ngapain ya rela pergi tiap sore cuma buat kembaliin ni benda?" Jingga mengacak rambut sedikit frustasi dengan perasaan linglung yang menjamahi. Padahal belum tentu Melodi akan datang ke tempat itu setiap hari.
🍒🍒🍒
Setelah sekian lama menghadapi sekolah daring yg menggerogoti otak para siswa, melatih kesabaran saat jaringan terkabar binasa, atau menuntut pelajarnya kerja ekstra, antara tugas rumah dan tugas sekolah, antara kemarahan guru dan pekikan orangtua, akhirnya kabar yang sedikit enak didengar muncul di grup pekumpulan SMA TMalaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Jingga
Random⚪[On Going] "Cape, Tuhan!" "... 17 tahun tinggal di dunia, tapi susah banget buat lakuin apa yang Jingga suka! Kenapa harus pandangan orang yang dipeduliin Ayah Bunda?!" "DAMN! I DESERVE DIE!" 🍒 "Kalo Ayah Bunda marah, kalian masih punya Jingga bua...