Bahkan kamu menjadi satu-satunya alasanku untuk tetap tertawa ketika semesta lainya justru menginginkanku binasa.
Kakinya menapak menyusuri festival malam yang masih tak ia ketahui. Melewati transaksi di tempat si penjual pandai menggunakan keahlian mesin untuk membuat buntalan kapas berwarna varian menjikuhibiniu yang manisnya tak tertulung. Pantas lah dengan sebutannya sebagai kembang gula.
Terlalu manis untuk alur hidup yang tak terkendali jalan ceritanya. Berlanjut menyaksikan kebahagiaan anak kecil dengan ibu mereka yang setia memantau pergerakan ketika anak-anak yang belum mengenal beban itu sibuk menarik ulur kail pancing plastik dengan mahluk laut plastik yang dirasa sungguhan.
Di sisi lain, seorang ayah sibuk mengajari anak lelaki mereka dengan permainan tembak panah menuju kaca atau ledak peluru dengan pistol mainan menuju suatu objek di hadapan. Sama sekali tak ditemukan wajah murung tanpa keluarga. Semua orang tua bermain riang menciptakan arti kebahagiaan, agar tak terbuang sia-sia masa kecil yang eepat terlampau dan usai.
Gitu doang, gua aja ga pernah, haha!
Jingga membatin pedih. Cerita kecilnya sudah usai. Bahkan kisah pendewasaan yang ia rasakan ingin segera ditamatkan. Andai saja ada keajaiban.
Penataan festival di samping pantai dengan ombak menggebur mengalahkan teknologi mesin dan kebisingan. Beberapa tawa si kecil yang pecah dengan cuaca sejuk pendukung keremangan, lalu kerlap-kerlip bianglala yang berputar bermain dengan gravitasi rasanya seperti sebuah alunan meditasi sistesis kombinasi original.
Jingga benar-benar berdiri di hadapan sebuah bianglala megah dengan paduan warna estetik yang kadang menyala kadang memadam. Rasanya wahana yang satu ini masih cocok untuk lelaki 17 tahun sepertinya. Lagian beberapa remaja juga tampak menaiki benda itu dengan kebucinan yang tersebar tak merata.
Ia mencari pusat pembayaran untuk mencoba sebuah wahana yang terakhir kali ia naiki sewaktu kelas 6 SD bersama Meggy, itu pun secara diam-diam. Karena bila liburan yang mengaitkan zona nyaman terdengar oleh telinga kedua orangtua, bisa saja dia tertampik berbagai sanksi. Dengan pidana tak dapat uang jajan, atau dicampakkan berbulan-bulan karena melanggar pasal 'menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak penting itu sungguh harus dihapuskan. Itu menganggu otak dan mengurangi jam belajar.'
Terlebih dahulu ia memesan satu boba rasa greentea tanpa es batu. Sekedar berniat membasahi kerongkongan tanpa menyakiti. Selepasnya, niat awal membawa menuju pusat pembayaran seketika terurung sementara. Ia melihat sosok yang tampak ia kagumi akhir-akhir ini.
Seorang gadis dengan rok daisy berwarna putih dan cardigan mocca polos, serta segiempat polos berwarna selaras dengan cardigan tengah duduk di sebuah bangku panjang tak jauh dari bianglala. Dengan tenang meraup oksigen, meneliti antariksa dengan matanya tajamnya yang berniat menjadi penguasa dari segala keindahan, dengan pendengaran tersedia leluasa untuk ombak yang bermusisi di depan sana.
Sudut bibir Jingga tertarik, jelas sekali perasaannya berubah drastis dengan warna baru. Ia berlari, meninggalkan penjaga pusat pembayaran yang tadinya sudah menelan saliva berharap sehelai lembar hijau dari dompet milik Jingga mendarat menjadi miliknya. angannya gugur tanpa aba-aba, ditinggalkan, digugurkan pengharapannya.
Dari belakang kursi, tampak Melodi dengan note mini dan pulpen berlogo cappucino tengah saling menari. Jingga hendak mengintip hal apa yang ditulis Melodi di dalam sana. Sayangnya gagal saat tak sengaja seorang wanita paruh baya dengan jas menguasai tubuh, menunjukkan bahwa ia seorang wanita pengusaha, menabarak tubuhnya dari belakang. Ia terdorong, pergerakan itu terdeteksi oleh Melodi.
Buru-buru Melodi menutup note-nya, lalu memasukan pulpen beserta buku mini itu ke sebuah slingbag rajut berwarna putih motif bunga daisy. Sebab teranjur diketahui, Jingga segera mengambil alih posisi kosong di samping Melodi, menahan gadis itu untuk pergi. Seperti yang biasa ia lakukan saat melihat Jingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Jingga
Random⚪[On Going] "Cape, Tuhan!" "... 17 tahun tinggal di dunia, tapi susah banget buat lakuin apa yang Jingga suka! Kenapa harus pandangan orang yang dipeduliin Ayah Bunda?!" "DAMN! I DESERVE DIE!" 🍒 "Kalo Ayah Bunda marah, kalian masih punya Jingga bua...