Husband?

12K 667 41
                                    

Sakura-sensei
.
Chapter 7
.
Rated M
.
© Masashi Kishimoto
.
.
.

Gemeletuk langkah kaki berhiaskan sepatu dengan tumit tinggi berwarna biru itu menggema di sepanjang koridor, jalan menuju tempatnya bekerja. Memecah keheningan di udara tempat itu. Maklum, tak banyak orang yang datang ke kantornya. Hanya segelintir siswa-siswi yang bermasalah yang akan singgah ke dalam kantornya.

Sakura mendudukkan dirinya dan meletakkan tasnya di atas meja. Dirinya mulai mengambil satu buku yang sudah teronggok di mejanya sedari tadi. Membaca deretan kata dan frasa lalu terkadang menuliskan sesuatu di buku kecilnya.

Sejenak pikirannya teralihkan kala mendengar derap langkah yang ia sudah tau siapa itu. Ino. Pasti dia sudah siap mengganggu Sakura dengan segala ke-kepo-annya. Sakura hanya menatap malas wanita di depannya. Lalu kembali fokus dengan pekerjaannya.

Ino, perempuan itu kalau tidak mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan pasti akan menceritakan cerita mesumnya dengan kekasihnya. Sakura sudah malas duluan mengingat temannya itu.

Tanpa disuruh Ino duduk di kursi berhadapan dengan Sakura seperti orang yang sedang berkonsultasi.

"Apa kau melakukan kasus? Pagi-pagi sudah ke ruanganku." Ucap Sakura tak memperdulikan Ino yang mulai mengacak-mengacak mejanya.

"Eh, bagaimana kau dengan anakmu itu?" Tanya Ino tiba-tiba bersemangat. Sakura kembali menatapnya malas.

"Anakku anakku, matamu."

"Yeh serius. Kau dengannya bagaimana? Sudah berbaikan?"

"Sudah. Dia meminta maaf semalam."

"Baguslah dia menyadari kesalahannya. Lalu hukuman apa yang kau beri?"

Sakura mematung. Benar juga, Ino menyarankan dirinya untuk menghukum Sasuke? Tapi dengan apa?

"Belum hehe."

"Kau ini bukannya berpikir malah cengengesan."

"Omong-omong, aku sudah dapat surat cerai darinya." Ucap Sakura tiba-tiba membuat Ino terkejut. Ino tidak menyangka kalau masalah kedua temannya ini malah berujung pada perceraian. Walaupun sudah mengira tetap saja Ino terkejut kala mendengar Sakura menerima surat cerai.

"Lalu? Kapan sidangnya mulai?"

"Lusa. Aku bahkan belum memberitahu ibu kalau aku akan bercerai."

Sakura menghela nafas kasar. Semua begitu mendadak terjadi padanya. Ia bahkan masih belum percaya semenjak menerima telepon itu. Suaminya berkata kalau dia ingin berpisah dengannya setelah beberapa waktu pisah ranjang karena Sakura menaruh kecurigaan. Dan benar dugaannya. Bagaikan dihantam ribuan ton batu, jantungnya seperti berhenti berdetak kala melihat suaminya tengah bercumbu dengan wanita lain. Dan lebih sakitnya lagi wanita itu adalah temannya sendiri yang selama ini Sakura percayakan segala cerita kepadanya.

Menelungkupkan kepalanya di atas meja, menjadikan tangannya sebagai tumpuan. Sakura akhirnya terisak. Tangis yang ia tahan untuk beberapa waktu malah berakhir keluar di tempat ini. Tanpa bisa ia kendalikan hati dan perasaannya, isak tangis itu semakin mengudara. Mewakili getirnya hati dan lelahnya batin, tubuh itu bergetar bersamaan dengan lolosnya tetesan-tetesan air mata membahasi lengannya.

"Ssh… aku tau ini berat tapi aku yakin kau kuat. Kau wanita yang tangguh selama aku mengenalmu." Ucap Ino menenangkan, menepuk pundak Sakura yang bergetar.

Ino tak habis pikir bagaimana bisa nasib ini menimpa temannya. Bak sinetron di televisi, nasib itu dialami temannya sendiri. Tak ada yang bisa Ino lakukan selain menenangkan Sakura. Urusan Kiba dan Sakura di luar kuasanya. Ia hanya sekedar wadah cerita bagi Sakura.

SAKURA-SENSEITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang