"Kamu gak perlu pikirin soal yang tadi saya bilang"
"Kamu fokus kuliah saja"
"Selamat malam" Ujar cowok itu perlahan menjauhi gadis itu. Punggung kekarnya menghilang tertutupi oleh mobil.
Gadis itu menjawab "Terimakasih pak" sambil melontarkan senyuman kecil.
"Saya sudah bilang"
"Jangan panggil saya 'Pak' kalau diluar kampus" Cowok itu membuka kaca mobilnya lalu menatap gadis itu.
"Mau sampai kapan kamu panggil saya 'Pak' kalau diluar kampus?"
"Saya pulang dulu ya, selamat malam"
"Sampai ketemu besok" Cowok itu membunyikan klaksonnya lalu berlalu meninggalkan gadis itu.
Flashback
"Woi" Ucap seorang gadis dengan ikatan ekor kuda tepat dibelakang seorang cowok yang hobi membaca buku.
"Loe budek apa?" Tanya gadis itu karena cowok itu tak kunjung berbalik badan. Tanpa pikir panjang, ia melemparkan sebuah correction tape kebadan cowok itu.
Cowok itu memegangi punggungnya lalu berbalik. "Hm?" Tanyanya.
"Kenalan dulu dong"
"Nama gue ini"
"Bisa baca kan?" Gadis itu menunjuk name tagnya. Dibalas anggukan oleh cowok itu.
"Loe kenapa sih? Kaku banget kayak robot"
"Bangchan" Cowok itu tersenyum setelahnya.
Setelah berbalik, cowok itu tetap mengembangkan senyumnya. "Ada bekas tip ex dibaju loe"
"Mampus"
"Sorry" Cewek itu berusaha membersihkan seragam bangchan dengan tangannya.
Bangchan menatap cewek itu datar. "Gak usah, aku bisa sendiri"
"Loe apa apaan sih?" Tanya gadis itu lalu tetap keras kepala membersihkan tip x itu.
Setelah berbalik, cowok itu masih mengembangkan senyumnya.
Cowok itu tersenyum senang setelahnya. "Lega rasanya"
"Bisa saya sampaikan"
*****
"Aku pulang" Ucap cewek itu setelah membuka pintu rumahnya.
PRANG!!!
"Kak Vano" Panggil cewek itu melemparkan tasnya asal ke sofa lalu menyusuri satu per satu anak tangga.
"Kak"
"Kakak ngapain?" Ujar Cewek itu menatap tangan Vano yang mengeluarkan darah segar. Ia juga mengalihkan pandangannya ke arah kaca jendela dikamar Vano yang sudah retak.
Air mata Vano mengalir deras. "Kakak sedih? Kakak kecewa?" Cewek itu memeluk Vano erat setelahnya.
"Kakak gak sendiri, semua orang juga" Gadis itu mengelus rambut Vano setelahnya.
"Sebentar" Dilepasnya pelukan Vano namun Vano malah mengeratkan pelukannya. "Sebentar kak, aku mau ambil obat dulu" Dilepasnya paksa pelukan Vano.
Cewek itu mengambil obat dilemari bagian atas. Ia mengobati tangan Vano yang mengeluarkan darah segar.
"Sakitnya bagian mana?"
"Bagian sini?" Vano hanya diam tanpa berkutip.
"Vano" Panggil Gio, kakak pertama gadis itu. Langkah kaki dan suaranya terdengar walau dari luar kamar.
Baju Gio nampak sedikit basah kuyup akibat terkena air hujan namun mengering akibat AC mobil.
Gio membuka kamar itu secara tiba tiba. Ia hanya menggeleng gelengkan kepalanya saat menatap Vano bersandar dibahu gadis itu.
"Kamu keluar dulu, kakak mau bicara bentar" Gio langsung menahan pintu lalu membiarkan gadis itu mengikutinya ke luar.
"Kenapa kak?" Tanya gadis itu.
"Gue rasa Vano perlu dibawa ke spesialis lagi"
"Gue kira kita bawa dia ke Singapore, dia bakal lebih baik"
"Apalagi dia sama Mama Papa disana"
"Dia malah makin brutal"
Gadis itu hanya terdiam sesaat memikirkan solusi. "Apa perlu kita cari Kanaya?"
"Setelah putus dari Kanaya, Kak Vano jadi kayak gini ya kan?"
Hai gais, jangan lupa comment and votenya ya :)
Baca cerita / part yang lainnya juga
Thanks :)
Happy reading :)
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN • Bangchan
أدب الهواة"Jangan panggil saya 'pak' kalau diluar kampus, karena saya bukan bapak kamu"