love me
So Eun menatap miris ke arah pria yang kini sedang bersama dengan teman-temannya. Sejak tadi netranya tidak teralihkan dari pemandangan di depannya. Helaan nafas terdengar beberapa kali dari bibirnya. Pandangan sayu itu juga tidak lepas dari paras ayunya.
Ia tergelak dalam lamunannya ketika seseorang menepuk bahu kirinya cukup keras. Ia mengalihkan pandangannya ke arah sang pelaku keterkejutannya.
"Menatapnya lagi?"
"Hmm.."
"Tidak bosan? Kuperhatikan pandangamu tidak pernah lepas darinya."
"Mana ada kata bosan." So Eun terkekeh kecil kemudian merapikan bukunya dan beranjak dari duduknya.
"Berhentilah sebelum lukamu semakin menganga, So Eun!" So Eun mengehentikan langkahnya yang belum terlalu jauh. Kalimat yang dilontarkan sahabatnya itu membuatnya terdiam seketika.
"Bagaimana bisa aku berhenti, bahkan aku baru saja melangkah." So Eun menjawabnya dengan kalimat datar. Mungkin bagi dirinya masih baru memulai melangkah, tetapi bagi gadis yang kini tengah dipunggunginya menilai bahwa dirinya sudah tertatih. Sudah terlalu lama dirinya mengejar.
"Aku tidak bisa berhenti sebelum aku tahu alasan dibalik kebenciannya padaku."
"Aku mengerti So Eun, tapi kau juga tidak boleh menyakiti dirimu."
"Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan aku, Yoona." Gadis berambut sebahu itu bernama Yoona. Gadis yang sudah menjadi sahabatnya sejak masa Senior High School. Satu-satunya tempat untuknya berbagi cerita. Tempat untuknya berkeluh kesah dengan hidupnya.
"Kita ini sahabat." Ujar Yoona kemudian gadis itu merangkul So Eun dan meninggalkan tempat itu.
***
Sekumpulan pria kini tengah menikmati waktu santai mereka di bangku taman yang tersedia di kampusnya. Sekumpulan pria dengan wajah bak dewa Yunani. Pria yang menjadi incaran seluruh kaum hawa di kampus Chungang University."Kau lihat tatapannya tadi?"
"Hmm, tatapan yang begitu dalam dan sepertinya menyimpan luka."
"Bum, kau tidak kasihan padanya?" Tanya pria yang berada di depannya, namanya lee Seunggi. Pria manis dengan lesung pipi miliknya.
"Siapa?" Tanya Kim Bum yang memang sejak tadi tidak terlalu memperhatikan sekitar. Dirinya terlalu fokus pada layar ponsel miliknya, memainkan sebuab game online yang kini sedang digandrungi para remaja.
"Adik manismu itu." Mendengar kata adik membuat Kim Bum mengalihkan netranya pada Seunggi, sedetik kemudian ia kembali pada ponselnya, menghiraukan.
"Biarkan saja. Memang dirinya sudah seperti itu." Kim Bum membalas tak acuh.
"Sebenarnya aku bingung dengan hubungan kalian. Kakak-adik tetapi seperti musuh saja." Ujar pria bernama choi Minho. Pria penyuka olah raga itu menatap bingung Kim Bum yang masih tidak peduli topik pembahasan mereka.
Merek berdua sudah mengetahui hubungan dingin antara Kim Bum dan keluarganya. Bahkan pria itu juga jarang sekali pulang ke rumah. Kim Bum memilih untuk tinggal di apartemen dari pada pulang ke rumah dan bertengkar dengan keluarganya.
"Sudahlah jangan membahasnya lagi, aku sudah muak mendengarnya."
"Setidaknya kau memberikan penjelasan untuk kami agar tidak bingung."
"Kalian bukan bingung, hanya saja ingin mencampuri urusan keluargaku, bukan?" Begitulah bibir Kim Bum, pedas.
"Kau hobi sekali memakan cabai ya, pedas sekali bicaramu." Mereka berdua tentunya tidak tersinggung, karena mereka sudah biasa dengan mulut pedas Kim Bum. Pria berhati dingin dan berwajah datar tersebut sudah biasa mengeluarkan kata-kata pedasnya.